4.3.4 Mengembangkan Imajinasi
Imajinasi pembaca diaduk Andrea Hirata sejak awal novel ini. melalui ketiga tokohnya, Ikal, Arai, dan Jimbron saat mereka sedang berkejaran dengan
Pak Mustar karena telat apel senin di sekolah. Lihat imajinasi yang diuraikan Ikal melalui mata Arai. Ikal saat itu malah menjadi kagum dengan apa yang terlihat di
mata Arai. Saat itu mereka yang sedang terjebak di dalam peti es tempat penyimpanan ikan. Peti es yang dipakai oleh mereka ternyata diangkat oleh Pak
Mustar dan penjaga sekolah bersama anak buah capo. Seperti pencuri yang diselamatkan seorang polisi. Dan, memang benar, Arai menganggap hal terebut
merupakan petualangan yang mengasyikkan. Sekarang, delapan orang memikul peti dan peti es
meluncur menuju pasar pagi yang ramai. Di sekitar peti, tukang parkir berteriak-teriak menimpali obrolan pedagang Minang
yang menjual baju di kaki lima. Klakson sepeda motor dan kliningan sepeda sahut-menyahut dengan jerit mesin-mesin
parut dan ketukan para palu tukang sol sepatu. Lenguh sapi yang digelandang ke penjagalan beradu nyaring dengan suara bising
dari balon kecil yang dipencet penjual mainan anak-anak. Di punggungku, kurasakan satu per satu detakan jantung Jimbron,
lambat namun keras, gelisah dan mencekam.
Namun, aneh sekali tingkah Arai. Waktu peti melewati para pengamen, dia menjentikkan jemarinya mengikuti
kerincing tamborin. Dia tersenyum. Aku mengerti bahwa baginya apa yang kami alami adalah sebuah petualangan yang
asyik. Dia melirikku yang terjepit tak berdaya,senyumnya semakin girang.
“Fantastik, bukan?” pasti itu maksudnya. hal. 14 Andrea Hirata bukan hanya mengajak pembaca untuk berimajinasi
membentuk sebuah khayalan menjadi kenyataan, namun pengarang juga mengajak pembaca untuk berani menikmati imajinasi sehingga menjadi sesuatu
yang menakjubkan. Seperti yang ditunjukkan Arai dalam penggalan novel di atas.
Kejadian yang seharusnya membuat mereka takut setengah mati karena berurusan dengan wakil kepala sekolah, ternyata menjadi petualangan yang mengasyikkan.
Dari hasil analisis tentang kevalidan novel, dapat disimpulkan bahwa novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata sesuai dengan aspek kevalidan yang
meliputi kevalidan bentuk dan kevalidan isi. Kevalidan bentuk dianalisis melalui unsur intrinsik novel. Unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam novel lengkap dan
disusun pengarang dengan sangat baik. Oleh karena itu, novel ini merupakan novel yang valid secara bentuk. Kevalidan isi dianalisis berdasarkan kompetensi
dasar, nilai pedagogis yang ada di dalam novel —dijabarkan dengan adanya nilai
pendidikan karakter —nilai estetis novel, dan novel ini menarik dan bermanfaat
bagi siswa SMA. Selain itu, nilai-nilai kehidupan yang ada di dalam novel merupakan muatan tersendiri yang dapat menambah pengetahuan dan bahan
pembelajaran bagi siswa untuk mengetahui sekaligus menerapkan nilai-nilai yang ada di dalamnya.
Berdasarkan uraian di atas tentang kesesuaian novel sebagai bahan ajar yang baik maka novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dapat dijadikan bahan
ajar sastra di SMA. Bahasa yang digunakan pengarang merupakan bahasa yang mudah dipahami siswa. Selain itu, istilah Melayu dan istilah asing menjadi
kekayaan tersendiri yang dapat menambah wawasan siswa. Cerita yang dibangun di dalam novel ini juga membelajarkan siswa untuk berimajinasi dengan kalimat-
kalimatnya yang imajinatif. Dari segi psikologi, lewat tokoh Ikal yang duduk di jenjang SMA sangat tepat dan pas jika diajarkan pada siswa SMA. Rasa
keingintahuan siswa juga dirangsang oleh pengarang dengan cara implisit. Siswa
dibuat bertanya-tanya apakah dengan segala keterbatasan yang mereka miliki benar-benar dapat mencapai mimpi yang tinggi. Dari situlah, novel ini
mengandung pesan pada siswa untuk mencari tahu jawabannya sendiri dengan contoh tokoh Ikal dan Arai. Novel ini juga merupakan novel yang sangat
imajinatif. Pengarang dengan baik menyusun kalimat-kalimat yang dapat memancing imajinasi pembaca. Secara mengalir imajinasi pembaca akan diaduk
oleh pengarang lewat cerita dan kalimatnya yang menginspirasi. Berdasarkan kesimpulan mengenai aspek kevalidan dan aspek kesesuaian
maka novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata bermuatan nilai-nilai pendidikan karakter dapat dijadikan alternatif bahan ajar sastra yang baik bagi siswa SMA.
138
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan