Menumbuhkan Rasa Keingintahuan Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata

hanya diberi tugas orang tuanya untuk bersekolah saja tanpa harus bekerja. Bisa menjadi pelecut agar siswa SMA juga menjadi seperti Ikal dengan menyamai prestasinya. Dari uraian di atas tergambar bahwa psikologi tokoh Ikal dengan siswa SMA sangat terkait. Analisisnya berupa jenjang SMA yang ada pada tokoh Ikal. Hal ini cukup menjadi aspek psikologi yang mendukung novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata menjadi bahan ajar yang baik bagi siswa pada jenjang SMA.

4.3.3 Menumbuhkan Rasa Keingintahuan

Rasa ingin tahu berarti di awali dengan rasa heran. Keheranan sebenarnya dapat terlukiskan melalui cerita di dalam novel ini. Bagaimana tidak, cerita yang diangkat Andrea Hirata adalah cerita anak-anak Melayu miskin yang berani bercita-cita bersekolah ke luar negeri. Sejak SMA saja, tokoh-tokohnya — Ikal, Arai, dan Jimbron —harus bekerja untuk menghidupi sekolahnya. Bagaimana mereka dapat bersekolah ke luar negeri? Itulah yang sebenarnya ingin disampaikan oleh pengarang. Membuka jalan untuk mencapai cita-cita mereka diawali dengan lulus kuliah terlebih dahulu. Ikal dan Arai berhasil menyelesaikan kuliahnya. Mereka juga kuliah dengan bekerja. Dan, mereka benar-benar memegang apa yang diimpikan sejak awal. Mereka tidak berhenti hanya dengan lulus kuliah. Mereka masih bermimpi bersekolah ke luar negeri. Lagi-lagi sebuah cerita yang menimbulkan rasa heran karena di zaman sekarang banyak sekali mahasiswa yang hanya mengandalkan kiriman orang tua. Melihat kuli-kuli itu, aku melihat diriku sendiri, Arai, dan Jimbron, sempoyongan memmikul puluhan kilogram ikan dari perahu menuju stanplat. Tiga tahun kami menghambakan diri pada pekerjaan paling kasar di pelabuhan. Menahan kantuk, lelah, dan dingin. Bertahan karena meraupi seluruh tubuh dengan hangatnya mimpi-mimpi. Betapa kami adalah para pemberani, para patriot nasib. Kaki kami tenggelam dalam lumpur sampai ke lutut, namun tak pernah surut menggantungkan cita-cita di angkasa: ingin sekolah ke Perancis, ingin menginjakkan kaki-kaki miskin kami di atas altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajahi Eropa sampai Afrika. Tak bisa ditawar-tawar. Sekarang, aku masih seekor pungguk buta dan mimpi- mimpi itu masih rembulan, namun semeriah dini hari ini, mimpi-mimpi itu masih bercahaya dalam dadaku. hal. 243-244 Pada akhirnya, dengan bekerja keras, mimpi-mimpi yang tinggi itu dapat mereka capai. Bersekolah ke luar negeri bukan hal yang tidak mungkin dilakukan oleh Ikal dan Arai. Surat beasiswa mereka menuliskan bahwa mereka lulus masuk di sebuah uniersitas impian, Sorbonne, Perancis. Aku mengambil surat beasiswa Arai dan membacanya, lalu jiwaku seakan terbang. Hari itu seluruh ilmu umat manusia menjadi setitik air di tengah samudra pengetahuan. Hari itu, Nabi Musa membelah Laut Merah dengan tongkatnya dan miliaran bintang-gemintang berputar dalam lapisan tak terhingga di luar jangkauan akal manusia. Hanya itu kalimat yang dapat menggambarkan betapa indahnya Tuhan telah memeluk mimpi- mimpi kami. Karena di atas kertas itu tertulis nama universitas yang menerima Arai sama dengan universitas yang menerimaku. Di sana, jelas tertulis: Univesite de Paris, Sorbonne, Perancis. hal. 247 Cerita heroik itu tentu saja menjadi pertanyaan dari siswa SMA pada zaman sekarang. Apakah bisa melakukan itu semua? Nah, keingintahuan siswa SMA akan terjawab jika memang kerja keras untuk mengejar mimpi benar-benar dilakukan. Karena tidak ada yang tidak mungkin jika semua dilakukan dengan kesungguhan. Itulah rasa keingintahuan yang diberikan novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata untuk siswa SMA.

4.3.4 Mengembangkan Imajinasi