4. Meningkatkan kualitas pangan
5. Menghemat biaya.
Bahan tambahan makanan tidak boleh digunakan untuk : 1.
Penipuan bagi konsumen 2.
Menyembunyikan kesalahan dalam teknik penanganan atau pengolahan 3.
Menurunkan nilai gizi makanan 4.
Tujuan penambahan yang lebih praktif.
2.3.2. Jenis dan Fungsi Bahan Tambahan Makanan
Pada umumnya bahan tambahan makanan dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu dengan sengaja ditambahkan dan tidak sengaja ditambahkan Fardiaz, 2007.
a. Dengan sengaja ditambahkan Direct Additives atau Intentional food Additives Adalah bahan tambahan makanan yang sengaja ditambahkan pada makanan.
Jumlah penambahannya telah ditentukan untuk menghindari dampak yang kurang baik bagi kesehatan. Untuk hal ini dibagi dalam 3 kategori :
1. Yang bersifat aman atau GRAS Generally Recognize As Safe, dengan dosis
yang relatif tidak dibatasi, misalnya; pati sebagai pengental. 2.
Bahan tambahan makanan yang boleh digunakan namun harus mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan. Misalnya, zat warna yang sudah dilengkapi sertifikat dari negara asalnya bahwa aman dan boleh digunakan
pada makanan Diluar daftar Permenkes RI No 722MenkesPerIX88.
Universitas Sumatera Utara
3. Bahan tambahan makanan yang digunakan dengan dosis tertentu, dimana
untuk menggunakannya ditentukan dosis maksimum, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No. 722MenkesPerIX88.
b. Tidak sengaja ditambahkan Indirect Additives atau Incidental food Additives Adalah bahan tambahan makanan yang tanpa sengaja masuk pada rantai
makanan, penyebabnya timbul dari berbagai akibat penyimpangan dalam; produksi, pembuatan, cara kerja, pengemasan maupun pemasaran makanan. Beberapa bahan
kimia ikutan yang dapat menimbulkan indirect additives ialah : 1.
Residu pestisida kimia yang terdapat pada hasil-hasil pertanianperkebunan akibat penggunaan pestisida kimia pada saat penanaman.
2. Bahan tambahan makanan atau obat-obatan yang diberikan pada makanan
ternak, berupa antibiotik, hormon dan lain-lain. Umumnya terbawa pada produk daging, telur dan susu.
3. Unsur-unsur bahan pengemas yang terlepas pada makanan.
4. Zat pencemar yang berasal dari proses pengolahannya, misalnya : minyak
pelumas yang digunakan pada mesin pembuat makanan. Bila dilihat dari asalnya, additives dapat berasal dari sumber alamiah seperti
lesitin, asam sitrat, dan lain sebagainya; dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa benar dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan
kimia maupun sifat metabolismenya seperti β-karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan sintetik mempunyai kelebihan yaitu pekat, lebih stabil, dan
lebih murah. Walaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi
Universitas Sumatera Utara
kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogenik yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia Winarno, 2004.
Adapun fungsi penambahan dari bahan tambahan makanan tersebut secara umum adalah Saparinto dan Hidayati, 2006 :
1. Memperbaiki daya tahan makanan agar tidak mengalami perubahan struktur
kimia atau pembusukan, misalnya anti oksidan 2.
Memperbaiki rasa dan warna, misalnya ungu, kuning matahari, orange, hijau dan warna-warna lainnya, dan
3. Menambah gizi makanan, dan vitamin.
Banyak konsumen khawatir dengan pemakaian bahan tambahan makanan karena kemungkinan dapat membahayakan kesehatan dan potensial menimbulkan
penyakit kanker. Menurut Robert 1981, ada lima 5 kemungkinan yang dapat menimbulkan resiko tinggi pada tubuh manusia yang berasal dari makanannya.
Kelima kemungkinan ini adalah sebagai berikut Fardiaz, 2007 : 1.
Karena adanya mikroba pada makanan tersebut. 2.
Zat gizi yang terkandung didalam makanan, bila dimakan berlebihan berdampak buruk bagi kesehatan.
3. Zat pencemar yang berasal dari lingkungan seperti misalnya residu sisa
pestisida kimia yang masih tertinggal pada buah-buahan atau sayuran. 4.
Adanya zat yang mengandung racun secara alami pada makanan tersebut. 5.
Adanya berbagai bahan tambahan pada makanan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Bahan Tambahan Makanan Yang Diijinkan