Pembagian Pangan Persyaratan Kesehatan Pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pangan

Pangan menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman Saparinto dan Hidayati, 2006. Pada hakikatnya pangan adalah kebutuhan dasar setiap insan manusia yang paling hakiki yang tidak dapat dihindari untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya di muka bumi. Karena pangan inilah manusia dapat tumbuh dan berkembang baik fisik, mental maupun otaknya, sehingga pangan menjadi sangat penting peranannya bagi manusia di dalam meningkatkan kualitas intelektualitas dan produktivitas kerjanya Seto, 2001.

2.1.1. Pembagian Pangan

Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu Saparinto dan Hidayati, 2006: 1. Pangan segar Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan. Pangan segar dapat dikonsumsi langsung ataupun tidak langsung, yakni dijadikan bahan baku pengolahan pangan. Universitas Sumatera Utara 2. Pangan olahan Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses pengolahan dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Pangan olahan bisa dibedakan lagi menjadi pangan olahan siap saji dan tidak siap saji. a Pangan olahan siap saji adalah makanan dan minuman yang sudah diolah dan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan. b Pangan olahan tidak siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum. 3. Pangan olahan tertentu Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan. Contoh: ekstrak tanaman stevia untuk penderita diabetes, susu rendah lemak untuk orang yang menjadi rendah lemak, dan sebagainya.

2.1.2. Persyaratan Kesehatan Pangan

Persyaratan kesehatan pangan terdiri dari Moehyi, 1992: 1. Persyaratan bahan pangan Persyaratan untuk bahan pangan yang akan diolah, seperti daging, susu, telur, ikan dan sayuran harus segar atau tidak rusak dan harus dibeli di tempat resmi yang diawasi. Persyaratan untuk bahan pangan terolah, seperti kecap, mie, sosis, kornet harus memenuhi persyaratan peraturan menteri kesehatan. Universitas Sumatera Utara 2. Persyaratan pangan terolah Persyaratan untuk pangan terolah terdiri dari dua golongan, yaitu persyaratan untuk pangan terolah yang dikemas dan persyaratan untuk pangan yang tidak dikemas. Persyaratan untuk pangan terolah yang dikemas harus mempunyai label, mempunyai nomor tanda pendaftaran, kemasan tidak rusak, pecah, atau kembung, dan belum kadarluarsa. Persyaratan untuk pangan terolah yang tidak dikemas adalah pangan masih baru dan segar, tidak basi, busuk, atau berjamur, dan tidak mengandung bahan yang terlarang. 3. Persyaratan pangan jadi Persyaratan untuk pangan jadi yaitu pangan yang diolah oleh produsen dan kemudian disajikan, yang harus dipenuhi adalah tidak rusak, tidak busuk dan tidak basi ditandai dari rasa, bau, adanya lendir, perubahan warna dan aroma, adanya jamur atau tanda-tanda kerusakan lain, jumlah kandungan logam berat seperti merkuri, residu pestisida tidak boleh melebihi ambang batas yang tidak diperbolehkan, dan angka bakteri E. Coli harus 0 per gram. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses produksi makanan antara lain sebagai berikut Saparinto dan Hidayati, 2006 : 1. Mencegah tercemarnya makanan oleh cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan konsumen. Universitas Sumatera Utara 2. Mematikan atau mencegah hidupnya jasad renik patogen, serta mengurangi jumlah jasad renik lainnya. 3. mengendalikan proses, antara lain pemilihan bahan baku, penggunaan bahan tambahan pangan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan, serta cara penyajian.

2.2. Keamanan Pangan

Dokumen yang terkait

Analisa Kandungan Rhodamin B dan Formalin pada Gula Merah Serta Pengetahuan dan Sikap Pedagang di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

11 127 76

Analisa Kuantitatif Residu Insektisida Profenofos Pada Cabai Merah Segar Dan Cabai Merah Giling Di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2012

4 63 92

Analisis Kandungan Formalin Pada Ikan Kembung Rebus Di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2009

6 103 70

Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007

1 62 90

ANALISIS RHODAMIN B DALAM SAOS DAN CABE GILING DI PASAR KECAMATAN LAWEYAN KOTAMADYA SURAKARTA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS.

0 1 14

Kata Kunci : Rhodamin B, KLT, Cabe PENDAHULUAN - ANALISIS RHODAMIN B PADA CABE

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gula 2.1.1. Pengertian Gula - Analisa Kandungan Rhodamin B dan Formalin pada Gula Merah Serta Pengetahuan dan Sikap Pedagang di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

0 0 25

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B DAN FORMALIN PADA GULA MERAH SERTA PENGETAHUAN DAN SIKAP PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013 SKRIPSI

0 0 13

ANALISA KUANTITATIF RESIDU INSEKTISIDA PROFENOFOS PADA CABAI MERAH SEGAR DAN CABAI MERAH GILING DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

0 0 14

Analisis Kandungan Rhodamin B pada Kosmetik Perona Pipi yang beredar di Pasar Tradisional Kota Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 87