Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI pada tahun 2004 menyatakan bahwa cabe merah giling di DKI Jakarta
mengandung zat pewarna yang tidak diizinkan untuk dimakan seperti Rhodamin B. Penggunaan Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan
merupakan zat karsinogenik dapat menyebabkan kanker serta dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Walaupun penggunaan Rhodamin B
telah dilarang digunakan tetapi ada produsen yang sengaja menambahkan zat Rhodamin B pada produk cabe merah giling sebagai pewarna merah. Alasan
penggunaan pewarna ini adalah untuk memperbaiki warna merah cabe yang berkurang menjadi pudar akibat penambahan bahan campuran seperti wortel dan
kulit bawang putih Djarismawati, 2004. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian
cabe merah giling yang dijual di beberapa pasar tradisional di Kota Medan. Mengingat cabe merah giling banyak diperdagangkan, banyak dijumpai
penggunaannya dalam masyarakat dan dari warna cabe merah giling yang berbeda sehingga dicurigai mengandung Rhodamin B.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini apakah adanya penambahan zat pewarna Rhodamin B pada cabe merah
giling di beberapa pasar tradisional di Kota Medan tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pemakaian zat pewarna Rhodamin B pada cabe merah giling yang diproduksi oleh pedagang di beberapa pasar tradisional di Kota Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui ada tidaknya zat pewarna Rhodamin B pada cabe merah giling yang dijual di beberapa pasar tradisional di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui kadar zat pewarna Rhodamin B pada cabe merah giling
yang dijual di beberapa pasar tradisional di Kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Memberi masukan bagi Departemen Kesehatan dan BPOM untuk lebih memperhatikan penggunaan bahan pewarna buatan yang disalahgunakan ke
dalam makanan khususnya pada cabe merah giling yang beredar di pasaran.
2. Sebagai bahan masukan atau petunjuk bagi produsen maupun pengolah
makanan dalam memproduksi cabe merah giling. 3.
Sebagai informasi bagi masyarakat dalam memilih makanan olahan yang
aman untuk dikonsumsi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pangan
Pangan menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak
diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman Saparinto dan Hidayati, 2006.
Pada hakikatnya pangan adalah kebutuhan dasar setiap insan manusia yang paling hakiki yang tidak dapat dihindari untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya di muka bumi. Karena pangan inilah manusia dapat tumbuh dan berkembang baik fisik, mental maupun otaknya, sehingga pangan menjadi sangat
penting peranannya bagi manusia di dalam meningkatkan kualitas intelektualitas dan produktivitas kerjanya Seto, 2001.
2.1.1. Pembagian Pangan
Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu Saparinto dan Hidayati, 2006:
1. Pangan segar
Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan. Pangan segar dapat dikonsumsi langsung ataupun tidak langsung, yakni dijadikan bahan baku
pengolahan pangan.
Universitas Sumatera Utara