Jenis Pewarna Makanan Bahan Pewarna Makanan 1. Defenisi Pewarna Makanan

6. Untuk identifikasi produk misalnya warna kuning adalah margarine.

2.4.2. Jenis Pewarna Makanan

Di Indonesia, penggunaan zat pewarna untuk makanan baik yang diizinkan maupun dilarang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239MenkesPerV1985 dan direvisi melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 722MenkesPerIX1988 mengenai bahan tambahan makanan. Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yaitu : 1. Pewarna alami Bahan pewarna alami dapat diperoleh dari tanaman ataupun hewan. Bahan pewarna alami ini meliputi pigmen yang sudah terdapat dalam bahan atau terbentuk dalam proses pemanasan, penyimpanan atau pemprosesan. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain : klorofil, karotenoid, tanin, antosianin, dan antoxantin. Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya dan PH tertentu. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Contoh-Contoh Bahan Pewarna Alami Kelompok Warna Sumber Karamel Coklat Gula dipanaskan Anthosianin Jingga Merah Biru Tanaman Flavonoid Tanpa kuning Tanaman Leucoantho Sianin Tidak berwarna Tanaman Tannin Tidak berwarna Tanaman Batalain Kuning, merah Tanaman Quinon Kuning, hitam Tanaman Bakteria lumut Xanthon Kuning Tanaman Karotenoid Tanpa kuning-merah Tanamanhewan Klorofil Hijau, coklat Tanaman Heme Merah, coklat Hewan Sumber : Tranggono dkk dalam : Yuliarti, 2007. Sesungguhnya tidak ada data yang menunjukkan bahan pewarna alami lebih aman dari yang sintetik atau buatan. Namun umumnya orang percaya bahan-bahan tersebut relatif lebih aman dibandingkan dengan bahan kimia karena faktor kelarutannya dalam tubuh yang agak mudah diserap. Meskipun relatif lebih aman akan tetapi jika dibandingkan dengan zat pewarna sintetik, bahan pewarna alami mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain Fardiaz, 2007: 1. Seringkali memberikan rasa dan aroma khas yang tidak diinginkan 2. Konsentrasi pigmen rendah 3. Stabilitas pigmen rendah 4. Keseragaman warna kurang baik 5. Spektrum warna tidak seluas seperti pada warna sintetik. 2. Pewarna Buatan Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung Universitas Sumatera Utara pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan adalah tartazin untuk warna kuning, allura red untuk warna merah, dan sebagainya. Tabel 2.2 Bahan Pewarna Buatan Yang Diizinkan Di Indonesia Pewarna Nomor Indeks Warna C.I.No. Batas Maksimum Penggunaan Amaran Amaranth: CI Flood Red 9 Briliant blue FCF: CI 16185 Secukupnya Biruberlian Food red 2 42090 Secukupnya Eritrosin Eritrosin: CI Food red 14 Fast 45430 Secukupnya Hijau FCF Green FCF: CI Food green 3 42053 Secukupnya Hijau S. Green S: CI Food Green 4 44090 Secukupnya Indigotin Indigotin: CI Food Blue 1 73015 Secukupnya Penceau 4R Penceau 4R: CI Food red 7 16255 Secukupnya Kuning Quineline yellow 74005 Secukupnya Kuinelin CI. Food yellow 13 Sunset yellow FCF 15980 Secukupnya Kuning FCF CI. Food yellow 3 - Secukupnya Riboflavina Tartrazine Riboflavina Tartrazine 19140 Secukupnya Sumber : Peraturan Menkes RI. N0. 722MenkesPerIX88 dalam : Yuliarti, 2007. Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan. Sedangkan pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan Anonimous, 2006. Kemajuan teknologi pangan memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintesis. Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa memberi warna yang stabil Universitas Sumatera Utara pada produk pangan. Dengan demikian, produsen bisa menggunakan banyak pilihan warna untuk menarik minat calon konsumen Syah, 2005. Tabel 2.3 Bahan Pewarna Buatan Yang Dilarang Di Indonesia Bahan Pewarna Nomor Indeks Warna C.I.No. Citrus red No. 2 12156 Ponceau 3 R Red G 16155 Penceau SX Food Red No. 1 14700 Rhodamin B Food Red No. 5 45170 Guinea Green B Acid Green No. 3 42085 Magentha Basic Violet No. 14 42510 Chrysoidine Basic Orange No. 2 11270 Butter yellow Solveent yellow No. 2 11020 Sudan I Food Yellow No. 2 12055 Methanil yellow Food Yellow No. 14 13065 Auramine Ext. D C Yellow No. 41000 Oil Oranges SS Basic Yellow No. 2 12100 Oil Oranges XO Solvent Oranges No. 7 12140 Oil yellow AB Solvent Oranges No. 5 11380 Oil yellow OB Solvent Oranges No. 6 11390 Sumber : Peraturan Menkes RI. N0. 722MenkesPerIX88 dalam : Yuliarti, 2007. Dari berbagai warna tekstil yang disalahgunakan sebagai pewarna makanan, yang paling banyak digunakan adalah Rhodamin B dan Metanyl Yellow. Padahal keduanya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang mungkin baru muncul bertahun-tahun setelah kita mengonsumsinya Yuliarti, 2007. Beberapa alasan utama menambahkan zat pewarna pada makanan yaitu Wiryanta, 2002: 1. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara, atau temperatur yang ekstrim akibat proses pengolahan dan penyimpanan. 2. Memperbaiki variasi alami warna. 3. Membuat identik produk pangan. 4. Menarik minat konsumen dengan pilihan warna yang menyenangkan. Universitas Sumatera Utara 5. untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruhi sinar matahari selama produk disimpan.

2.4.3. Rhodamin B

Dokumen yang terkait

Analisa Kandungan Rhodamin B dan Formalin pada Gula Merah Serta Pengetahuan dan Sikap Pedagang di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

11 127 76

Analisa Kuantitatif Residu Insektisida Profenofos Pada Cabai Merah Segar Dan Cabai Merah Giling Di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2012

4 63 92

Analisis Kandungan Formalin Pada Ikan Kembung Rebus Di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2009

6 103 70

Analisa kandungan rhodamin B dan natrium benzoat pada cabai merah ( capsicum annum l.) Giling yang dijual dibeberapa pasar di kota medan tahun 2007

1 62 90

ANALISIS RHODAMIN B DALAM SAOS DAN CABE GILING DI PASAR KECAMATAN LAWEYAN KOTAMADYA SURAKARTA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS.

0 1 14

Kata Kunci : Rhodamin B, KLT, Cabe PENDAHULUAN - ANALISIS RHODAMIN B PADA CABE

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gula 2.1.1. Pengertian Gula - Analisa Kandungan Rhodamin B dan Formalin pada Gula Merah Serta Pengetahuan dan Sikap Pedagang di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

0 0 25

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B DAN FORMALIN PADA GULA MERAH SERTA PENGETAHUAN DAN SIKAP PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013 SKRIPSI

0 0 13

ANALISA KUANTITATIF RESIDU INSEKTISIDA PROFENOFOS PADA CABAI MERAH SEGAR DAN CABAI MERAH GILING DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

0 0 14

Analisis Kandungan Rhodamin B pada Kosmetik Perona Pipi yang beredar di Pasar Tradisional Kota Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 87