Latar Belakang Bakteriemia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah Bennet,

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Bakteriemia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah Bennet,

2010. Neonatus merupakan periode 4 minggu pertama kehidupan sesudah lahir Kliegman, 1996. Masa Neonatus merupakan waktu yang sangat rentan pada bayi, yang sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang diperlukan untuk kehidupan ekstra uteri. Bayi yang berisiko tinggi selama periode Neonatus harus diidentifikasi seawal mungkin agar dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas Neonatus Berhman, 1996. Angka mortalitas tertinggi terjadi selama 24 jam pertama setelah lahir, dan secara keseluruhan kira-kira merupakan 65 kematian dibawah umur 1 tahun Kliegman, 1996. Secara ringkas, infeksi pada neonatus dapat melalui 3 cara yaitu; infeksi antenatal, infeksi intranatal dan infeksi pascanatal Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985. Infeksi sering dimulai dari dalam uterus tetapi muncul selama hari-hari pertama kehidupan, dengan rata-rata onset 20 jam. Bayi-bayi ini sering merupakan bayi prematur dan lahir setelah pecah ketuban dini atau adanya demam pada ibu atau korioamnionitis. Mortalitasnya tinggi yaitu antara 30 - 50 Remington, 1983. Mortalitas perinatal juga mengambarkan kematian janin dan Neonatus yang dipengaruhi oleh keadaan prenatal dan keadaan di sekitar saat persalinan Kliegman, 1996. Lamanya pemaparan dalam uterus, besarnya inokulum, status imun, dan agen etiologi mempengaruhi ekspresi penyakit pada janin atau bayi baru lahir. Berbagai organisme termasuk bakteri, virus, jamur, protozoa dan mikroplasma merupakan agen penyebab Gotoff, 1996. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi nosokomial didalam NICU Neonates Intensive Care Unit. Ini termasuk berat badan lahir rendah, lama tinggal, prosedur invasif, serta penggunaan antimikroba spektrum luas Gutoff, 1996. Sistem imun pada bayi muda juga masih belum matang dimana lemahnya respon immunoglobulin G IgG terhadap bakteri dan penurunan Universitas Sumatera Utara aktivitas opsonin, fungsi makrofag serta aktivitas neutrofil Bennet, 2010. Bakteremia mungkin tidak bergejala atau disertai dengan sedikit gejala. Bila bakteri tidak dibersihkan secara efektif oleh mekanisme pertahanan hospes, respons radang sistemik mulai terjadi dan dapat progresif tanpa tergantung infeksi asalnya. Sepsis merupakan suatu respons sistemik yang berat terhadap infeksi Powell, 1996. Spektrum organisme penyebab infeksi neonatal selalu berubah dan bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa penyebab bakteremia berbeda antar rumah sakit selaras dengan jenis pelayanan spesialisnya, kekerapan infeksi nosokomial, dan jenis pelayanan kesehatan bagi masyarakatnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tifla dan Farida pada tahun 2004, yang meneliti tentang Bakteriemia pada Neonatus: Hubungan Pola Kuman dan Kepekaannya terhadap Antibiotik Inisial serta Faktor Risikonya di Bangsal Bayi Risiko Tinggi BBRT Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang, mendapatkan kuman penyebab utama bakteriemia pada Neonatus adalah Pseudomonas sp 21,6, diurutan pertama, diikuti oleh Enterobacter sp 12,4 diurutan kedua, kemudian S. epidermidis 7,2 dan S. aureus 4,1. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa sebagian besar kuman penyebab bakteriemia telah mengalami resistensi pada Ampisilin, Gentamisin, dan Sefotaksim. Pada penelitian lain yang dilakukan di India oleh Kumhar, Ramachandran dan Gupta pada tahun 2002 yang meneliti tentang Analisis Bakteriologi pada Kultur Darah Pasien Neonatus pada Rumah Sakit Tingkat Pelayanan Tertier di India mendapatkan kuman penyebab utama untuk bakteri gram- negatif adalah Klebsiella sebanyak 33.8 , dikut i oleh Enterobacter sebanyak 7,5 dan Escherichia coli sebanyak 4.6 . Untuk Bakteri gram positif pula diperoleh Staphylococi sebagai penyebab utama sebanyak 32.3 . Hampir 80 bakteri gram positif yang diisolasi sensitif terhadap Vankomisin, sedangkan untuk bakteri gram negatif masih sensitif terhadap Ciprofloxacin dan Amikasin. Pada penelitian yang dilakukan di Gaza pada tahun 2009 oleh Abed El Hakeem Noman El Jadba, Mansour Sobhi El Yazji yang meneliti tentang Universitas Sumatera Utara Septikaemia Neonatal di Rumah Sakit-Rumah Sakit di Kota Gaza mendapatkan bakteri Coagulase Negatif Staphylococus sebagai penyebab utama yaitu sebanyak 57.3, E . coli 10.4 dan diikuti Klebsiella spp sebanyak 8.0 berdasarkan hasil pemeriksaan kultur darah. Untuk sensivitas antibiotik, pada penelitian ini didapatkan bahwa antibiotik yang paling sensitif untuk bakteri gram negatif adalah Meropenem, diikut i oleh Amikacin, Ceftriaxone, Chloramphenicol, Ciprofloxacin, Cefuroxime, Gentamycin, Ceftazidim, Cefataxime, Pipracellin dan Ampicillin. Untuk bakteri gram positif pula dikatakan paling sensitif terhadap Vancomycin, diikut i oleh Chloramphenicol, Cefuroxime, Ceftriaxone, Amikacin, Gentamycin, Penicillin dan Ceftazidim. Selain itu, satu lagi penelitian yang dilakukan oleh Karki S. Rai GK dan Mandhar R pada tahun 2010 di Kanti, Nepal, yang meneliti tentang analisis bakteriologi dan pola sensitivitas antibiotik dari isolasi kultur darah pada anak di Rumah Sakit Kanti mendapatkan kuman penyebab terbanyak adalah E.coli sebanyak 76.0, diikuti oleh S.aureus 62,1 dan Klebsiella pneumoniae sebanyak 46.2. E.coli sensitif terhadap Amikacin sebanyak 74,7 diikuti Ofloxacin sebanyak 69.9 dan Ciprofloxacin 56.4 . Pola penyebab infeksi senantiasa berubah sejalan dengan kemajuan teknologi. Demikian juga pola resistensinya yang cenderung berubah sejalan dengan pemakaian antibiotik. Oleh karena itu pengetahuan tentang pola penyebab, resistensinya dan faktor risiko perlu terus dipantau sebagai landasan dalam pemilihan antibiotik yang tepat bagi penderita bakteriemia khususnya pada neonatus. Untuk itu, masih perlu dilakukan penelitian tentang pola kuman dan sensitivitasnya terhadap antibiotik penyebab bakteremia pada neonatus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah