Septikaemia Neonatal di Rumah Sakit-Rumah Sakit di Kota Gaza mendapatkan bakteri Coagulase Negatif Staphylococus sebagai penyebab utama yaitu sebanyak
57.3, E . coli 10.4 dan diikuti Klebsiella spp sebanyak 8.0 berdasarkan hasil pemeriksaan kultur darah. Untuk sensivitas antibiotik, pada penelitian ini
didapatkan bahwa antibiotik yang paling sensitif untuk bakteri gram negatif adalah Meropenem, diikut i oleh Amikacin, Ceftriaxone, Chloramphenicol,
Ciprofloxacin, Cefuroxime, Gentamycin, Ceftazidim, Cefataxime, Pipracellin dan Ampicillin. Untuk bakteri gram positif pula dikatakan paling sensitif terhadap
Vancomycin, diikut i oleh Chloramphenicol, Cefuroxime, Ceftriaxone, Amikacin, Gentamycin, Penicillin dan Ceftazidim.
Selain itu, satu lagi penelitian yang dilakukan oleh Karki S. Rai GK dan Mandhar R pada tahun 2010 di Kanti, Nepal, yang meneliti tentang analisis
bakteriologi dan pola sensitivitas antibiotik dari isolasi kultur darah pada anak di Rumah Sakit Kanti mendapatkan kuman penyebab terbanyak adalah E.coli
sebanyak 76.0, diikuti oleh S.aureus 62,1 dan Klebsiella pneumoniae sebanyak 46.2. E.coli sensitif terhadap Amikacin sebanyak 74,7 diikuti
Ofloxacin sebanyak 69.9 dan Ciprofloxacin 56.4 . Pola penyebab infeksi senantiasa berubah sejalan dengan kemajuan
teknologi. Demikian juga pola resistensinya yang cenderung berubah sejalan dengan pemakaian antibiotik. Oleh karena itu pengetahuan tentang pola penyebab,
resistensinya dan faktor risiko perlu terus dipantau sebagai landasan dalam pemilihan antibiotik yang tepat bagi penderita bakteriemia khususnya pada
neonatus. Untuk itu, masih perlu dilakukan penelitian tentang pola kuman dan sensitivitasnya terhadap antibiotik penyebab bakteremia pada neonatus di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut : Bagaimana pola kuman penyebab bakteriemia pada pasien neonatus di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan, serta sensitivitasnya terhadap antibiotik ?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Memperoleh informasi ilmiah mengenai pola kuman penyebab
bakteriemia dan sensitivitasnya terhadap antibiotik pada pasien Neonatus, di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, periode 1 Juli 2009 sampai
dengan 30 Juni 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
Memperoleh informasi tentang angka kejadian bakteriemia pada pasien Neonatus berdasarkan usia kelahiran.
1.4. Manfaat Penelitian
1.
Hasil atau data dari penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian yang selanjutnya .
2.
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para klinis untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam pemberian terapi
antimikroba yang rasional.
3.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi atau rujukan dalam pemberian terapi bagi tenaga-tenaga kesehatan di daerah terpencil
dengan fasilitas yang terbatas.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bakteriemia
2.1.1. Latar Belakang Bakteriemia merupakan suatu keadaan ditemukan mikroorganisme
patogen di dalam sirkulasi Soedarno dkk,2008. Bakteriemia dapat merupakan fenomena sementara yang tidak disertai peyakit atau perluasan serius dari infeksi
bakteri invasif yang berasal dari saluran gastrointestinum Salmonella, Pseudomonas, Escerichia coli, Klebsiella-Enterobacter, Enterococcus, saluran
genitourinarius E.coli, Klebsiella enterobacter, Proteus, Neisseria gonorrhoea atau saluran pernapasan Pneumococus, Haemophilus influenza, Staphylococus
aureus atau kulit S.aureus, S.epidermidis, Streptococcus pyogenes. Bakteriemia dapat muncul mendahului atau terjadi bersama dengan infeksi fokus metastasis
lokal spesifik, misalnya bakteriemia yang terjadi bersama dengan meningitis, osteomielitis, endokarditis, epiglottis, dan selulitis wajah. Bakteremia sementara
atau ringan 100 unit pembentuk – koloni [colony-forming units=CFUml darah dapat menyertai instrumentasi saluran pernapasan, gastrointestinum, atau
genitourinaria. Bakteriemia mungkin tidak bergejala atau disertai dengan sedikit gejala. Bila bakteri tidak dibersihkan secara efektif oleh mekanisme pertahanan
hospes, respons radang sistemik mulai terjadi dan dapat progresif tanpa tergantung infeksi asalnya. Sepsis adalah salah satu penyebab sindrom respons
radang sistemik SRRS, tetapi juga merupakan penyebab noninfeksius. Jika tidak diketahui dan diobati secara dini, sepsis dapat menjelek menjadi SRRS
Sindrom Respons Radang Sistemik, syok septik, syok refrakter, disfungsi banyak organ, dan kematian. Bakteriemia berat 100-1.000 CFUml seringkali
ditemukan pada penderita sepsis dan pada mereka yang keadaannya menjelek menjadi syok septik Powell, 1996.
Menurut Blanc 1961, infeksi pada neonatus dapat terjadi melalui 3 cara yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilousitis. Selanjutnya terjadi
infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan kemudian masuk ke janin. 2.
Infeksi intranatal Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara infeksi yang lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama jarak waktu antara pecahnya ketuban dan
lahirnya bayi lebih dari 12 jam mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun
ketuban masih utuh misalnya pada partus lama . 3.
Infeksi pascanatal Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat
infeksi silang. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985
2.1.2. Bakteriemia dan komplikasi-komplikasi lanjut Proses perubahan dari keadaan bakteriemia sampai ke sepsis, gangguan
fisiologis dan komplikasi berikutnya diilustrasikan pada gambar 1 dibawah:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Bakteriemia dan komplikasi-komplikasi lanjut
INFEKSI SETEMPAT
SEPSIS
SINDROM SEPSIS BAKTEREMIA
SYOK SEPTIK AWAL
SYOK SEPTIK REFRAKTER
MODS
KEMATIAN
SEPSIS PLUS SETIDAKNYA SALA
SATU DARI BERIKUT INI: •
PERUBAHAN MENTAL AKUT
• HIPOKSEMIA
• LAKTAT PLASMA
• OLIGURIA
BUKTI KLINIS ADANYA INFEKSI PLUS
• HIPERTERMIAHI
POTERMIA •
TAKIKARDIA •
TAKIPNEA •
KELAINAN JUMLAH
LEUKOSIT
SINDROM SEPSIS PLUS HIPOTENSI ATAU
PENGISIAN KEMBALI KAPILER JELEK YANG
BERLANSUNG LEBIH DARI 1 JAM WALAUPUN
SUDAH DIBERI CAIRAN IV DAN INTERVENSI
FARMAKOLOGIK, DAN MEMERLUKAN
DUKUNGAN VASOPRESSOR
SINDROM SEPSIS PLUS
HIPOTENSI ATAU PENGISISAN KEMBALI
KAPILER JELEK YANG BERESPONSSEGERA
TERHADAP CAIRAN IV DANATAU
INTERVENSI FARMAKOLOGIK
SETIAP KOMBINASI •
DIC •
ARDS •
GAGAL GINJAL AKUT
• GAGAL HATI
AKUT •
DISFUNGSI SSS AKUT
Powell, 1996 BAKTERI
B k iBAKT
Universitas Sumatera Utara
Infeksi pada neonatus dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Ada beraneka ragam cara penularan agen penyebab infeksi dari ibu ke janin bayi baru
lahir. Penyebaran hematogen transplasenta dapat terjadi pada setiap waktu selama kehamilan. Manifestasi infeksi kongenital dapat dilihat pada saat lahir atau
setelah beberapa bulan kelahiran, bahkan beberapa tahun. Penularan infeksi secara vertikal dapat terjadi selama di dalam uterus, tepat sebelum kelahiran atau
selama proses kelahiran. Setelah dilahirkan, bayi baru lahir terpapar terhadap penyakit infeksi dalam ruang perawatan atau di permukiman. Sehubungan dengan
makin kompleksnya perawatan intensif neonatus, bayi baru lahir kurang bulan dan yang lahir dengan berat badan kurang akan dapat tetap hidup dan dapat bertahan
lebih lama dalam lingkungan dengan risiko infeksi yang lebih tinggi. Bayi baru lahir mungkin kurang mampu berespons terhadap infeksi, karena menderita
defisiensi satu atau lebih faktor imunologis yang melibatkan sistem retikuloendotelial, komplemen, leukosit, polimorfonuklear, sitokin, antibodi, atau
imunitas seluler. Infeksi perinatal didapat terjadi tepat sebelum atau selama kelahiran dengan cara penularan mikroorganisme secara vertikal dari ibu ke bayi
baru lahir Gutoff, 1996. Gambaran skematis di bawah ini menunjukkan mode penularan agen
penyebab infeksi dari ibu ke janin atau ke bayi baru lahir:
Sirkulasi Maternal
Gambar 2 Mode Penularan Agen Penyebab Infeksi Dari Ibu Ke Janin Atau Ke Bayi Baru Lahir
Plasenta Cairan Amnion Sekret vagina Sirkulasi Janin Aspirasi Tertelan Luka
Paru Saluran GI Monitor janin Akses vascular
Umbilikus Bedah
Gutoff, 1996 Enterokolitis nekrotikans
Universitas Sumatera Utara
Faktor Neonatus terpenting yang memberi kecenderungan pada infeksi adalah prematuritas atau berat badan lahir rendah. Terdapat 3-10 kali lebih tinggi
insidens infeksi dan sepsis pada bayi-bayi ini daripada bayi cukup bulan dengan berat badan lahir normal. Laki-laki memiliki insidens sepsis sekitar 2 kali lebih
tinggi daripada wanita, dimana kemungkinan adanya faktor-faktor terkait seks dan kerentanan hospes. Resusitasi saat lahir, terutama jika melibatkan intubasi
endotrakea, pemasangan kateter pembuluh darah umbilikus, atau keduanya, dihubungkan dengan peningkatan risiko infeksi bakteri. Hal ini kemungkinan
berkaitan dengan prematuritas atau infeksi pada saat lahir. Infeksi neonatus pascalahir didapat setelah kelahiran, selama 28 hari pertama. Namun infeksi
serupa juga terlihat pada bayi, terutama bayi prematur selama usia beberapa bulan pertama. Agen etiologi dapat ditularkan dari berbagai sumber manusia, seperti
ibu, kontak keluarga, dan orang-orang di rumah sakit, atau dari sumber tidak hidup, seperti peralatan yang terkontaminasi Gutoff, 1996.
Identifikasi infeksi bakteri dapat dilakukan dengan cara mengisolasi agen etiologi yang berasal dari cairan tubuh yang biasanya steril darah, cairan
serebrospinal [CSS], urin, cairan sendi dengan menemukan endotoksin atau antigen bakteri pada cairan tubuh CSS, urin, atau serum atau dengan cara
menemukan infeksi bakteri saat autopsi. Lebih disukai mengambil 2 spesimen dari biakan darah dengan cara pungsi vena dari tempat berbeda untuk menghindari
kekacauan yang disebabkan oleh kontaminasi kulit. Sampel yang diperoleh dari kateter umbilikus harus diambil hanya pada saat awal penusukan. Sampel dari
vena perifer juga harus dikumpulkan jika sampel untuk biakan diambil dari kateter vena sentral. Biakan darah yang dilakukan dengan metode radiometri
dapat menghasilkan pertumbuhan dalam waktu 24-72 jam. Meskipun biakan darah biasanya menjadi dasar untuk diagnosis infeksi bakteri, fase bakteriemia
pada keadaan sakit mungkin luput karena waktu pengambilan yang kurang tepat atau jumlah sampel darah yang kurang jumlah sampel sedikitnya 0,2 ml, tetapi
optimalnya lebih dari 0,5-1 ml Gutoff, 1996. Pada tahun 1930, Group A Streptococcus merupakan penyebab terbanyak
infeksi neonatal dan bisa dikendalikan dengan penisilin. Pada tahun 1940 insiden
Universitas Sumatera Utara
infeksi gram negatif khususnya E. coli meningkat,sedangkan pada tahun 1950 yang meningkat adalah infeksi S.aureus. Pada tahun 1960 sampai dengan 1970,
infeksi Group B Streptococcus yang menonjol Berhman dkk, 1996. Pola kuman penyebab bakteriemia berbeda antar negara dan selalu berubah dari waktu ke
waktu. Di Australia, Amerika Serikat, Inggris, dan banyak negara maju lainnya, kuman penyebab bakteriemia onset dini adalah Group B Streptokokus dan E coli.
Di negara yang sedang berkembang, sebagian besar kuman penyebab bakteriemia adalah kuman gram negatif seperti Enterobacter sp, Klebsiella sp,
Coli sp dan Psudomonas sp, sedangkan Group B Streprokokkous yang merupakan kuman penyebab bakteriemia di negara-negara maju belum pernah ditemukan
pada negara berkembang Amir dkk, 2005. Menurut Wiswell 2001 dan Amir 2005, perbedaan pola kuman ini mempunyai arti penting dalam penatalaksanaan
bakteriemia, yaitu terhadap pemilihan antibiotik yang digunakan dan berkaitan dengan prognosis dan komplikasi jangka panjang yang mungkin terjadi.
Pemberian antibiotik hendaknya disesuaikan dengan pola kuman yang ada pada masing-masing unit perawatan Neonatus. Tidak adanya pola kuman yang