C. Hak – Hak Konsumen Atas Produk Yang Dibeli
Dalam perjanjian jual beli, hak dan kewajiban terletak secara timbal-balik antara kedua belah pihak, yaitu pihak penjual berkewajiban untuk menyerahkan
hak milik atas barang yang dijualnya, dan pada saat itu juga memberikan kepadanya hak untuk menuntut pembayaran harga yang telah disetujui kepada
pembeli. Di pihak lainnya, pembeli berkewajiban membayar harga barang sebagai imbalan atas haknya untuk menuntut penyerahan hak milik atas barang yang
dibelinya. Kitab Undang - Undang Hukum Perdata menganut sistem bahwa perjanjian jual beli itu hanya obligatoir, artinya baru meletakkan hak dan
kewajiban secara timbal-balik. Perjanjian ini menimbulkan hak pada penjual serta kewajiban pada pembeli, dan secara bersamaan menimbulkan hak pada pembeli
dan kewajiban pada penjual. Dalam bagian ini, yang dibahas adalah mengenai hak pada pembeli atau yang
disebut juga dengan konsumen. 1. Pengertian Konsumen
Istilah konsumen berasal dari bahasa Belanda “Konsumen”. Menurut kamus bahasa Indonesia, Konsumen diartikan sebagai pemakai barang-barang
hasil industri bahan pakaian, makanan, elektronik, dan sebagainya. Para ahli hukum Legileius, Legum Peritus pada umumnya sepakat bahwa konsumen
diartikan sebagai pemakai terakhir dari benda dan jasa yang diserahkan kepada mereka oleh pengusaha.
24
24
Tan Kamello, Praktek Perlindungan Bagi Konsumen di Indonesia Sebagai Akibat Produk Asing di Pasar Nasional. Medan : Makalah dalam Pelatihan Manajemen
dan Hukum Perdagangan, 1998. Hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
A.Z. Nasution memberikan pengertian konsumen adalah “setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa tersedia dalam masyarakat , digunakan untuk
kebutuhan pribadi, keluarga atau rumah tangga tidak untuk keperluan komersil.”
25
Konsumen sebagai alih bahasa dari consumer secara harafiah dalam buku Collins English Languange Dictionary memberikan pengertian konsumen adalah
“seseorang yang membeli barang atau mempergunakan jasa seseorang atau sesuatu perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa
tertentu; juga seseorang yang menggunakan suatu persediaan barang.
26
Setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Undang – Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
Pasal 1 angka 2 mendefenisikan Konsumen sebagai berikut :
27
Tan Kamello dalam makalah Pelatihan Manajemen dan hukum Perdagangan secara yuridis mengemukakan bahwa hak konsumen merupakan
wewenang yang diberikan oleh hukum untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu perbuatan hukum. Hak konsumen ini tertuju kepada pihak-
phak yang mengedarkan produk sampai ke pasar yakni mereka yang memegang kewajiban terhadap hak tersebut.
2. Pengertian Hak Konsumen
28
25
A.Z. Nasution, Konsumen dan Hukum, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995. Hal. 66.
26
John Sinclair, Collins Cobuild English Language Dictionary, Wiliams Collins Sons Co, Glaslow, 1998. Hal. 303.
27
UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
28
Tan Kamello, Op.cit, Hal.10.
Universitas Sumatera Utara
3. Hak-Hak Konsumen atas Produk yang Dibeli Dalam membeli produk elektronik tentu konsumen memiliki hak. Dalam
prakteknya, secara khusus hak tersebut dapat diklasifikasikan dalam dua situasi, yaitu hak saat membeli dan hak setelah membeli. Hak saat membeli misalnya
dalam hal pelayanan service yang baik, pembeli harus dilayani dengan baik oleh si penjual saat hendak membeli suatu produk.. Sedangkan Hak sesudah membeli
selain memperoleh barang adalah misalnya mendapatkan suatu garansi, hak setelah proses jual beli terjadi ini disebut hak layanan purna jual.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diaturkan mengenai hal-hal yang merupakan hak
konsumen. Hak konsumen tersebut terdapat pada Pasal 4 yang berisi, hak konsumen adalah :
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi
barang danatau jasa; b.
hak untuk memilih dan mendapatkan barang danatau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang danatau jasa; d.
hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan;
e. hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut; f.
hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;
Universitas Sumatera Utara
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secar benar dan jujur serta tidak
diskriminatif . h.
hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggntian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya; i.
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan pperundang-undangan lainnya.
Undang – Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen jelas memang menjamin adanya kepastian hukum untuk konsumen dan
menyeimbangkan posisi konsumen terhadap produsen. Namun dalam peristiwa jual beli barang, seringkali pelaku usaha
melakukan kecurangan untuk menghindarkan diri dari kewajiban ganti kerugian, seperti melakukan pencantuman klausul baku , antara lain seperti “barang yang
telah dibeli tidak dapat dikembalikan” telah dianggap biasa oleh pelaku usaha dan konsumen juga tidak mempunyai pilihan. Namun pencantuman klausul baku yang
demikian tetap tidak dapat menghilangkan hak konsumen untuk mendapatkan ganti kerugian, karena melanggar Pasal 18 ayat 1 huruf b Undang – Undang
No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
29
Ada 3 hal yang dapat dipergunakan konsumen dalam melindungi hak- haknya dari segi hukum perdata dan dapat menuntut pertanggungjawaban
Oleh karena itu konsumen harus sadar akan hak-hak yang mereka punyai sebagai seorang konsumen sehingga dapat melakukan sosial kontrol terhadap
perbuatan dan perilaku pengusaha.
29
Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2008. Hal.107
Universitas Sumatera Utara
produsen atas kerugian akibat produk yang dihasilkannya terdapat cacat yang tersembunyi, yaitu:
30
1. Karena adanya perikatan atau perjanjian antara konsumen dengan Pengusaha
atau Produsen privity of contract sebagaimana adanya prinsip yang mengatakan tidak ada perikatan atau perjanjian tidak ada tanggung jawab no
privity no liability seperti yang tertulis dalam pasal 1338 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata yang berbunyi :
“Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang- undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan-persetujuan itu tidak
dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang.”
Syarat sahnya suatu perjanjian harus memenuhi isi Pasal 1320 dan Pasal 1339 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata. Adapun isi Pasal 1320 yaitu :
“Untuk sahnya persetujuan-persetujuan diperlukan empat syarat sebagai berikut:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Isi Pasal 1339 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata adalah sebagai berikut:
“Persetujuan-persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
30
Adrian Sutedi, Op.Cit. hal. 89
Universitas Sumatera Utara
menurut sifat persetujuan diharuskan oleh keputusan, kebiasaan, atau undang-undang.
2. Konsumen juga dapat menuntut produsen dalam hal Perbuatan Melawan
Hukum yang terdapat dalam Pasal 1365 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata dimana pasal ini berkaitan dengan Pasal 1366 dan 1367 Kitab
Undang - Undang Hukum Perdata. Pengusaha atau produsen tidak hanya bertanggung jawab terhadap kerugian yang disebabkan kesalahannya tetapi
juga oleh karena kelalaiannya dan pengusaha atau produsen juga bertanggung jawab terhadap kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang
menjadi tanggungannya dibawah pengawasannya. Pasal 1365 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata ini menganut prinsip
praduga tidak bersalah presumption of fault dimana pengusaha atau produsen diduga tidak bersalah atas suatu perbuatan yang dilakukan olehnya
sebelum dapat dibuktikan perbuatan itu merupakan kesalahan maka beban pembuktian adanya kesalahan yang menggugat di pengadilan sebagaimana
yang terdapat dalam Pasal 1865 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata. Hal-hal yang perlu dibuktikan konsumen dalam suatu gugatan terhadap
produsen adalah : a.
adanya kesalahan dari produsen atau pengusaha b.
adanya sifat melawan hukum. c.
Adanya kerugian yang diderita konsumen atau penggugat. d.
Adanya hubungan antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian yang diderita konsumen.
Universitas Sumatera Utara
3. Prinsip Strict Liability dimana hal ini tetap menggunakan konstruksi tort atau
perbuatan melawan hukum yang menganut prinsip praduga tidak bersalah presumption of fault. Dalam hal tersebut adanya kesalahan yang tidak perlu
dibuktikan oleh konsumen, beban pembuktian terbalik sebab pengusaha dianggap bersalah jadi dalam hal ini konsumen diringankan. Beban
pembuktian dialihkan kepada produsen untuk membuktikan bahwa dirinya tidak melakukan kesalahan atau perbuatannya bukan merupakan suatu
kesalahan yang menimbulkan kerugian bagi konsumen. Dalam sejarah lahirnya hak konsumen pada Tahun 1962, Presiden
Amerika Serikat John F. Kennedy mencetuskan hak-hak konsumen dalam sebuah Kongres Gabungan Negara-Negara Bagian di Amerika Serikat. Hak-hak
konsumen itu antara lain meliputi : 1.
hak untuk memperoleh keamanan, 2.
hak memilih, 3.
hak mendapat informasi, 4.
hak untuk didengar Kemudian pada tahun 1975, hak-hak konsumen yang dicetuskan oeh John
F. Kennedy dimasukkan dalam rogram konsumen European Economic Community EEC yang meliputi
31
1. hak perlindungan kesehatan dan keamanan,
:
2. hak perlindungan kepentingan ekonomi,
3. hak untuk memperoleh ganti rugi,
31
Norbert Reich, “Protection of Consumers’ Economic Interest by the EC”, The Sydney Law Review, Faculty of Law University of Sydney and authors, the Law Book
Company Ltd. No.1, Volume 14, March 1992, Hal.24.
Universitas Sumatera Utara
4. hak atas penerangan,
5. hak untuk didengar.
Dari hak-hak tersebut terlihat bahwa hak untuk mendapatkan ganti rugi telah disepakati oleh Masyarakat Ekonomi Eropa sebagai hak konsumen.
Selanjutnya, International Organization of Consumer Union IOCU telah menambahkan hak-hak konsumen yang dikemukakan oleh John F.Kennedy, yakni
1 hak untuk mendapatkan ganti rugi, 2 hak untuk mendapatkan pendidikan konsumen.
32
Menurut Ernest Barker, agar hak-hak konsumen itu sempurna harus memenuhi tiga syarat, yakni hak itu dibutuhkan untuk perkembangan manusia,
hak itu diakui oleh masyarakat , dan hak itu dinyatakan demikian , dan Karena itu dilindungi dan dijamin oleh lembaga Negara.
33
32
IOCU, Message to Yayasan Lembaga Konsumen, 26 April 1982, dalam buku : Gerak dan Langkah Yayasan Lembaga Konsumen, Jakarta : Gunung Agung, 1982. Hal
20.
33
Sunarjati Hartono, Kapita Selecta Perbandingan Hukum, Bandung : Alumni, 1976 Hal. 35.
Ketiga persyaratan ini umumnya telah dipenuhi oleh Negara-negara yang menganut Common Law atau Anglo Saxon, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan
Eropa kontinental yang menganut sistem hukum Code Civil, khususnya Belanda, dimana hak-hak konsumen itu terjadi karena adanya kaidah hukum perlindungan
konsumen yang kuat, yang dapat menjamin anggota-anggota masyarakat sepenuhnya, yang timbul karena adanya kesadaran hukum. Indonesia yang
merupakan salah satu penganut sistem hukum Eropa Kontinental juga termasuk dalam Negara yang mulai menerapkan persyaratan ini dalam sistem hukum
nasionalnya.
Universitas Sumatera Utara
Selain hak-hak konsumen yang tercantum diatas, ada dua hak konsumen yang berhubungan dengan product liability, yakni sebagai berikut.
34
1. Hak untuk mendapatkan barang yang memiliki kuantitas dan kualitas yang
baik serta aman. Dengan hak ini berarti konsumen harus dilindungi untuk mendapatkan
barang dengan kuantitas dan kualitas yang bermutu. Ketidaktahuan konsumen atas suatu produk barang yang dibelinya seringkali
diperdayakan oleh pelaku usaha. Pelaku usaha dapat saja mendikte pasar dengan menaikkan harga dan konsumen menjadi korban dari ketiadaan
pilihan. Konsumen sering dihadapkan pada kondisi “jika setuju beli, jika tidak silahkan cari ditempat lain”, padahal ditempat lain pun pasar telah
dikuasainya. Dalam situasi yang demikian, biasanya konsumen terpaksa mencari produk alternatif bila masih ada, yang mungkin kualitasnya
lebih buruk. 2.
Hak untuk mendapatkan ganti kerugian. Jika barang yang dibelinya itu dirasakan cacat, rusak, atau telah
membahayakan konsumen, ia berhak mendapatkan ganti kerugian yang pantas. Namun, jenis ganti kerugian yang diklaimnya untuk barang yang
cacat atau rusak, tentunya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau atas kesepakatan masing-masing pihak, artinya konsumen tidak dapat
menuntut secara berlebihan dari barang yang dibelinya dan harga yang dibayarnya, kecuali barang yang dikonsumsinya itu menimbulkan
34
Adrian Sutedi, Op.Cit. Hal. 51.
Universitas Sumatera Utara
gangguan pada tubuh atau mengakibatkan cacat pada tubuh konsumen maka tuntutan konsumen dapat melebihi dari haga barang yang dibelinya.
Dalam aspek hukum perdata yang paling cukup menonjol dalam perlindungan konsumen adalah hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi atas
kerugian yang dideritanya sebagai akibat dari pemakaiaan barang konsumsi. Ganti rugi merupakan hak pokok konsumen. Hak atas ganti rugi ini berfungsi sebagai :
a. pemulihan hak-haknya yang telah dilanggar.
b. Pemulihan atas kerugian materiil maupun immateriil yang telah
dideritanya, c.
Pemulihan pada keadaan semula. Kerugian yang dapat diderita konsumen sebagai akibat dari pemakaian
barang-barang konsumsi itu dapat diklasifikasikan kedalam : a.
kerugian materiil, yaitu berupa kerugian pada barang-barang yang dibeli; b.
kerugian immaterial, yaitu kerugian yang membahayakan kesehatan dan atau jiwa konsumen.
Kerugian yang dialami konsumen akibat barang yang cacat diatur dalam ketentuan Pasal 1367 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata.
D. Tanggung Jawab Pelaku Usaha