C. Kedudukan Jaminan Produk Garansi Dalam Sistem Kitab Undang - Undang Hukum Perdata
Bila dilihat dari pengelompokan jenis-jenis lembaga jaminan diatas, maka sesuai uraian diatas maka kedudukan jaminan produk dalam sistem hukum
Indonesia dikelompokkan kedalam kelompok yang terjadinya akibat perjanjian dan sifatnya merupakan jaminan perorangan. Sebelum kedudukan jaminan produk
garansi dalam sistem Kitab Undang - Undang Hukum Perdata diuraikan, terlebih dahulu dijelaskan apa yang dimaksud dengan Jaminan Produk itu sendiri.
1. Pengertian Jaminan Produk Garansi
Jaminan Produk atau yang lazim disebut dengan kata garansi adalah surat keterangan dari suatu produk bahwa pihak produsen menjamin produk tersebut
bebas dari kesalahan pekerja dan kegagalan bahan dalam jangka waktu tertentu.
12
Adrian Sutedi mengemukakan pengertian jaminan produk warranty adalah suatu jaminan atau garansi bahwa barang-barang yang dibeli akan sesuai
dengan standar kualitas produk tertentu. Biasanya pelanggan sebagai pengguna terakhir dan penjual melengkapi
pengisian data pada surat keterangan tersebut untuk kemudian dikirim ke produsen agar didaftarkan tanggal mulai periode jaminan produk atau pun
garansinya.
13
12
Misalnya laptop, maka jaminan yang dimaksud adalah jaminan atau garansi bahwa barang – barang yang dibeli sesuai
dengan standar kualitas produk laptop. Jika standart itu tidak dipenuhi, maka
http:id.wikipedia.orgwikiGaransi20090102 diakses pada tanggal 30
September 2010, Wikipedia Indoesia, “Garansi”,
13
Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Bogor : Ghalia Indonesia, 2008. Hal. 75.
Universitas Sumatera Utara
pembeli atau konsumen dapat memperoleh ganti rugi dari pihak produsen penjual.
Istilah jaminan produk dalam Bahasa Inggris sering kita dengar dengan kata “warranty”.
2. Macam – Macam Jaminan Produk Garansi Jaminan atas kualitas produk dapat dibedakan atas dua macam, yaitu sebagai
berikut.
14
1. Express Warranty Jaminan secara tegas
Express Warranty adalah suatu jaminan atas kualitas produk, baik dinyatakan secara lisan maupun tertulis. Dengan adanya express warranty
ini, berarti produsen sebagai pihak yang menghasilkan barang produk dan juga penjual sebagai pihak yang menyalurkan barang atau produk dari
produsen atau pembeli bertanggung jawab untuk melaksanakan kewajibannya terhadap adanya kekurangan atau kerusakan dalam produk
yang dipasarkan. Dalam hal demikian, konsumen dapat mengajukan tuntutannya berdasarkan wan prestasi.
2. Implied Warranty
Implied warranty adalah suatu jaminan yang dipaksakan oleh undang – undang atau hukum, sebagai akibat otomatis dari penjualan barang –
barang dalam keadaan tertentu. Jadi, dengan implied warranty dianggap bahwa jaminan ini selalu mengikuti barang yang dijual, kecuali dinyatakan
lain. Misalnya, kewajiban penjual untuk menanggung cacat tersembunyi verborgen gebrek pada barang yang dijualnya, meskipun ia tidak
14
Ibid. Hal.75.
Universitas Sumatera Utara
mengetahui adanya cacat tersebut, kecuali ia dalam keadaan demikian telah minta diperjanjikan bahwa ia tidak diwajibkan menanggung suatu
apapun pasal 1506 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata
3. Jaminan Produk Garansi sebagai Bentuk Layanan Purna Jual Dalam pengertian dan prakteknya, jaminan produk baru dapat
menjalankan fungsinya sebagai penjamin atas kualitas atau mutu barang pada saat setelah proses jual – beli terlaksana. Sebab perjanjian jaminan Produk merupakan
perjanjian assesoir atau perjanjian yang mengikuti perjanjian lain. Jadi tanpa adanya perjanjian atau kesepakatan sebelumnya, misalnya jual – beli maka tidak
akan ada pulalah perjanjian jaminan produk atau garansi. Bentuk jaminan yang baru dapat berjalan fungsinya setelah terjadinya proses jual – beli ini disebut
bentuk Layanan Purna Jual after sales. Layanan Purna Jual adalah jasa yang ditawarkan oleh Produsen kepada
konsumennya setelah transaksi penjualan dilakukan sebagai jaminan atas kualitas atau mutu produk yang ditawarkannya.
15
Layanan purna jual dimaksudkan bertujuan untuk menjaga minat konsumen atau calon konsumen dan memperluas sikap positif dari keunggulan
produk yang telah dijanjikan. Layanan purna jual tidak terbatas hanya pada produk konkret, namun
produk abstrak seperti pendidikan pun oleh produsen misalnya universitas kadang – kadang memiliki layanan purna jual, dimana mahasiswa dijanjikan
mendapatkan pekerjaan setelah lulus dengan berbagai macam saluran untuk mencari pekerjaan yang disediakan.
15
http: id.wikipedia.orgwikiLayanan_purna_jual. Diakses 30 September 2010.
Universitas Sumatera Utara
4. Kedudukan Jaminan Produk Garansi Dalam Sistem Kitab Undang - Undang Hukum Perdata
Seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sub bab sebelumnya Bab II, sub Bab B, bahwa salah satu bentuk jaminan perseorangan adalah perjanjian
garansi. Dalam skema dibawah ini dapat diperlihatkan kedudukan Perjanjian Garansi tersebut dalam sistem hukum Perdata :
16
Piutang yang Diistimewakan
Gadai Hipotek
Penanggungan Utang Perikatan Tanggung
Menanggung
Perjanjian Garansi
Hipotek atas Kapal Laut
Hak Tanggungan - UU No. 4 Tahun 1996
Jaminan Fidusia -
UU No. 42 Tahun 1999
UU No. 16 Tahun 1982
UU No. 7 Tahun 1992 Juncto UU No. 10
Tahun 1998
UU No. 15 Tahun 1992 UU No. 17 tahun 2008
16
Rachmadi, Hukum Jaminan Keperdataan, Jakarta : Sinar Grafika, 2009. Hal.30
Tempat dan Sumber Hukum
Jaminan
Di dalam KUH Perdata
Buku Kedua
Buku Ketiga
KUH Dagang
Perundang- undangan
Jaminan Lainnya
Perundang- undangan
Jaminan lainnya yang
Terkait dengan Jaminan
Di Luar KUH Perdata
Universitas Sumatera Utara
Dalam Kitab Undang - Undang Hukum Perdata, kedudukan perjanjian garansi adalah dalam Buku Ke III tiga yaitu tentang perikatan dan landasan
hukum dasarnya adalah pasal ketentuan-ketentuan umum perikatan seperti Pasal 1233 dan 1234.
Pasal 1233 berbunyi : “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang.” Dalam hal ini, perjanjian garansi lahir
karena adanya persetujuan. Pasal 1234 berbunyi : “Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan
sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu.” Dalam hal ini, perjanjian garansi adalah perikatan yang ada untuk berbuat sesuatu, yaitu
menjamin atau berbuat “menjamin”. Seperti yang telah diuraikan dalam pengertian tentang Jaminan produk
atau Garansi, pada dasarnya perjanjian garansi yang dimaksud dalam hal jaminan produk ini adalah suatu perjanjian penjaminan dimana pihak ketiga dalam hal ini
podusen atau importir menjamin bahwa produk yang dijual oleh pihak pertama yaitu penjual atau distributor kepada pihak kedua pembeli atau konsumen
adalah produk yang terbebas dari kesalahan pekerja dan kegagalan bahan. Dalam Pasal 1316 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata dikatakan
bahwa adalah diperbolehkan untuk menanggung atau menjamin seorang pihak ketiga, dengan menjanjikan bahwa orang ini akan berbuat sesuatu, dengan tidak
mengurangi tuntutan pembayaran ganti rugi terhadap siapa yang telah menanggung pihak ketiga itu atau yang telah berjanji, untuk menyuruh pihak
Universitas Sumatera Utara
ketiga tersebut menguatkan sesuatu, jika pihak ini menolak memenuhi perikatannya.
Menurut sorang praktisi hukum Rachmadi Usman pasal tersebut merupakan landasan hukum dasar perjanjian garansi dan ini juga dapat dijadikan
dasar hukum garansi jaminan produk dengan menggunakan penafsiran analogi, karena bila langsung menjadi dasar hukum tanpa adanya penafsiran analogi maka
substansi yang terkandung dalam pasal tersebut sedikit berbeda dengan garansi jaminan produk. Kalau pada pasal tersebut substansi perjanjian lebih cenderung
mengarah pada perjanjian garansi yang dicontohkan pada bank garansi misalnya. Dimana pihak bank merupakan suatu pihak yang menjamin atau disebut
“penanggung”, “guarantor”, atau “borg” yang bersedia bertindak sebagai penanggung bagi nasabahnya yang menjadi debitur dalam mengadakan suatu
perjanjian pokok dengan pihak lain sebagai kreditur. Perjanjian pokok tersebut biasanya adalah perjanjian kerjasama antara nasabah bank A dengan pimpinan
proyek Y untuk mengerjakan suatu proyek tertentu. Dan pengerjaan proyek oleh si “A” inilah yang dijamin oleh si Bank, sehingga Pimpinan Proyek “Y” dapat
merasa aman bila bekerjasama dengan si “A” tentunya proyek yang dijaminkan dengan bank garansi adalah proyek yang mahal atau yang menghabiskan dana
besar. Sedangkan bila dikaitkan dengan perjanjian garansi dalam hal jaminan produk maka akan ditemukan kesesuaian sebab pada dasarnya adalah sama-sama
suatu perjanjian jaminan, dimana kalau dalam hal ini, produsen atau pelaku usaha lah yang berperan sebagai penjamin atau penanggung atau guarantor atau borg
yang bersedia bertindak sebagai penanggung akan kualitas produk yang diperjualbelikan oleh penjual distributor kepada pembeli konsumen. Jadi bila
Universitas Sumatera Utara
dianalogikan maka peran produsen atau pelaku usaha dalam perjanjian garansi jaminan produk sama dengan peran bank dalam perjanjian garansi bank garansi
sama-sama sebagai penjamin, peran produk yang dijual si penjual atau distributor sama dengan peran kerja nasabah bank atau si “A” yaitu sama-sama yang
menjadi objek jaminan dengan perbedaan kalau si penjual atau distributor yang dijamin adalah kualitas produk yang dijualkannya sedangkan si nasabah bank si
“A” yang dijamin adalah kualitas kerjanya yaitu baahwa dia mampu mengerjakan proyek tersebut, sedangakan peran pembeli konsumen sama
dengan peran si Pimpinan Proyek si “Y”, dalam hal ini sama-sama mendapat penjaminan sehingga merasa aman dan terlindungi dari berbagai bentuk kerugian,
dimana si pembeli atau konsumen produk akan merasa aman dan terlindungi dari cacat bahan atau kerusakan dari kesalahan pekerja sedangkan Pimpinan proyek
atau “Y” merasa aman dan terlindungi dari kerugian kegagalan proyek. Sebab kedua pihak yang mendapat penjaminan itu pun telah membayar mahal segala
sesuatunya jadi memang pantaslah mendapatkan suatu jaminan atau garansi. Uraian diatas inilah yang dimaksudkan penafsiran analogi tadi.
Dalam Kitab Undang - Undang Hukum Perdata perjanjian garansi serupa dapat kita lihat juga pengaturannya pada Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850
dengan juga meperhatikan Pasal 1831 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata atau Pasal 1832 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata.
Sedangkan untuk menjamin produk dari cacat tersembunyi yang mengakibatkan kerugian dipihak konsumen maka Pasal 1504 Kitab Undang -
Undang Hukum Perdata mewajibkan penjual untuk menjamin cacat tersembunyi yang terdapat pada barang yang dijualnya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN