BAB IV LARANGAN KEPEMILIKAN SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS
A. Pengaturan Larangan Kepemilikan Saham Dalam Perseroan Terbatas Untuk Dimiliki Sendiri Dan Atas Nama Orang Lain
Saham adalah bukti telah dilakukannya penyetoran penuh modal yang diambil bagian oleh para pemegang saham Perseroan Terbatas. Saham diterbitkan segera
setelah Perseroan Terbatas memperoleh status sebagai badan hukum, yaitu segera setelah Perseroan Terbatas disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM. Perlu diketahui
bahwa sebelum permohonan pengesahan diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM, para pendiri perseroan diwajibkan untuk melakukan penyetoran penuh peningkatan
Modal Dasar. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 melarang Perseroan Terbatas untuk
mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki oleh Perseroan Terbatas lain, yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh
Perseroan Terbatas tersebut.
89
Jadi dalam hal ini jika PT. A adalah pemegang saham dalam PT. X, maka PT.A tidak diperbolehkan untuk mengeluarkan saham kepada
atau untuk dimiliki oleh PT. X, termasuk oleh perusahaan-perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh PT. X
Crossholding atau kepemilikan silang adlah suatu keadan dimana perseroan terbatas memilki saham yang dikeluarkan oleh Perseroan Terbatas lain juga yang
89
Lihat Pasal 36 ayat 1 Undang-Undang 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
73
Universitas Sumatera Utara
memiliki saham Perseroan Terbatas tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengertian kepemilikan silang secara langsung adalah apabila Perseroan pertama memiliki saham pada Perseroan kedua tanpa melalui kepemilikan pada satu
”Perseroan Terbatas antara” atau lebih dan sebaliknya Perseroan kedua memiliki saham pada Perseroan pertama.
Pengertian kepemilikan saham silang secara tidak langsung adalah kepemilikan Perseroan pertama atas saham pada perseroan kedua melalui kepemilkan
pada satu ”perseroan antara” atau lebih dan sebaliknya perseroan kedua memiliki saham pada perseroan pertama. Makna kepemilikan silang ini berbeda dengan makna
kepemilikan silang yang dikenal dalam hukum persaingan usaha. Dalam konteks hukum persaingan usaha, perusahaan dikatakan memiliki kepemilikan silang, jka
suatu perusahaan memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang
sama atau mendirikan bebarapa perusahaan yang memiliki kegiaan usaha yang sama pada pasar yang bersangkutan yang sama, salah satu jenis kepemilikan silang yang
sangat diperhatikan dalam hukum persaingan usaha adalah kepemilikan silang dalam industri media komunikasi.
90
Dalam konteks ini, kepemilikan silang dianggap terjadi jika PT. A sebagai induk perusahaan yang memiliki saham dalam PT. C yang bergerak dalam industri
penyiaran audio visual, juga memiliki saham dalam PT. D yang bergerak dalam
90
Gunawan Widjaya, Op.Cit, hal. 31
Universitas Sumatera Utara
industri surat kabar harian, dan saham dalam PT. E yang bergerak dalam industri penyiaran radio. Sebagai contoh, dalam perkara telkomsel yang dipersoalkan dengan
pemilikan silang adalah pemilikan temasek sebagai induk perusahaan secara tidak langsung pada PT. Indosat dan PT. Telkomsel.
Dalam kepemilikan dan pengendalian perusahaan dikenal adanya dua jenis kepemilikan, yaitu kepemilikan dengan sistem piramid dan kepemilikan silang.
Kepemilikan dengan sistem piramid terdiri dari piramid dua tingkat dan piramid tiga tingkat. Dalam piramid yang terdiri dari dua tingkat, pemegang saham
minoritas pengendali memegang saham pengendali di dalam suatu perusahaan induk holding company yang selanjutnya memegang saham pengendali controlling stake
di perusahaan yang menjalankan operasional operating company. Di dalam piramid yang terdiri dari tiga tingkat, perusahaan induk utama primary holding company
memegang kendali atas perusahaan induk sekunder second-tier holding company yang selanjutnya memegang kendali atas perusahaan yang menjalankan operasional
operating company.
91
Berbeda dengan sistem piramid holding, perusahaan-perusahaan dalam suatu struktur cross-ownership mempunyai hubungan kepemilikan yang bersilang secara
horizontal horizontal cross-holding pada saham pengendali yang mempunyai kekuatan pengendalian secara terpusat. Dengan demikian, struktur kepemilikan silang
berbeda dengan piramid terutama bahwa hak suara yang digunakan untuk
91
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
mengendalikan kelompok perusahaan tetap didistribusikan ke seluruh anggota grup bukan terkonsentrasi di tangan satu perusahaan atau pemegang saham.
Kepemilikan silang sangat populer di Asia, hal ini karena dengan sistem kepemilikan silang ini para pemilik dapat membuat kepemilikan dan pengendalian
atas perusahaan menjadi tersembunyi. Contoh yang paling jelas adalah Charoen Pokphand Group CP yang ada di Thailand, CP memiliki secara langsung 33 persen
saham CP Feedmill agribisnis dan real estate, perusahaan ritel, pabrik, dan telekomunikasi, 2 persen saham CP Northeastern agribisnis, dan 9 persen saham
Bangkok Agro-Industrial agribisnis. Selanjutnya CP Feedmill memiliki 57 persen saham Northeastern. CP Feedmill juga memiliki 60 persen saham Bangkok Agro-
Industrial, dan CP Northeastern memiliki 3 persen saham Bangkok Agro-Industrial. Bangkok Agro-Industrial memiliki 5 persen saham CP Feedmill. saham-saham CP
Feedmill, CP Northeastern, dan Bangkok Agro-Industrial tercatat di Bangkok Stock Exchange.Dengan kepemilikan seperti ini, memang sulit bagi masyarakat umum
untuk mengetahui struktur kepemilikan dan pengendalian perusahaan tersebut.
92
Contoh lainnya adalah Lippo group. Lippo mengendalikan konglomerasi di bidang keuangan yang terdiri dari tiga perusahaan utama yang saling berhubungan
dengan struktur kepemilikan silang, yaitu: Bank Lippo, Lippo Life, dan Lippo Securities. Meskipun keluarga Mochtar Riady telah mendivestasikan hampir seluruh
sahamnya di Bank Lippo dan Lippo Life pada tahun 1996, mereka tetap terus mengendalikan perusahaan-perusahaan tersebut melalui saham minoritas di Lippo
92
http:pihilawyers.comblog?p=3020 , diakses pada tanggal 10 November 2008
Universitas Sumatera Utara
Securities, yang memegang 27 persen saham Lippo Life. Lippo Life selanjutnya memegang 40 persen saham Lippo Bank. Ketika restrukturisasi diajukan, banyak
pengamat yang mencurigai bahwa hal itu hanyalah sebagai cara bagi keluarga Riady untuk menarik asetnya dari Lippo Life dan Lippo Bank, dan semula memang terjadi
keraguan apakah hal itu akan dicegah oleh para pemegang saham atau oleh Bapepam. Namun ternyata rencana restrukturisasi Lippo berjalan terus, dengan adanya
berdasarkan jaminan dari keluarga Riady untuk mengurangi kepemilikan silang di dalam kelompok itu nantinya.
93
Larangan Cross Ownership Cross Holding Di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat. Larangan Cross Ownership Cross Holding juga “tersirat” di dalam UU Nomor 5 Tahun 1999, yaitu pada Pasal 12 tentang Trust dan Pasal 27 tentang
kepemilikan saham. Pasal 12 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menyatakan Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerja sama dengan
membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau
perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
93
http:pihilawyers.comblog?p=3020 , diakses pada tanggal 10 November 2008
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut Pasal 27 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Pelaku usaha dilarang
memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau
mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan yang sama apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan:
a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50
lima puluh persen pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu; b.
Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75 tujuh puluh lima persen pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu.
94
B. Pengecualian Larangan Kepemilikan Saham Untuk Dimiliki Sendiri Dan Dimiliki Oleh Orang Lain