BAB III STATUS ICRC DALAM HUKUM INTERNASIONAL
III.1. Pengertian dan jenis-jenis subyek hukum internasional
Subyek hukum secara umum berarti segala sesuatu yang dianggap menjadi pendukung hak dan kewajiban. Pada mulanya, yang dianggap sebagai subyek
hukum nasional hanyalah individu. Tetapi karena perkembangan zaman, maka badan hukum juga dapat dianggap sebagai subyek hukum rechtspersoon, karena
ia memiliki hak dan kewajiban tersendiri dalam lalu lintas hukum. Dalam hukum internasional, pengertian subyek hukum dapat ditemukan
dalam definisi yang dibuat oleh beberapa pakar hukum internasional, antara lain : Menurut Ian Brownlie, pengertian subyek hukum internasional
merupakan entitas yang menyandang hak-hak dan kewajiban-kewajiban internasional, dan mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hak-haknya
dengan mengajukan klaim-klaim internasional
42
42
Ian Brownlie, Principles of Public International Law, The English Language Book Society and Oxford University Press, 1977, halaman. 60
. Selanjutnya ia menambahkan bahwa subyek hukum internasional juga mempunyai kemampuan untuk
mengajukan klaim-kalim dalam hal terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum internasional, kemampuan untuk membuat perjanjian-perjanjian dan persetujuan-
persetujuan yang sah dalam latar internasional, dan dapat menikmati hak-hak
Universitas Sumatera Utara
istimewa privileges dan kekebalan-kekebalan immunities dari yurisdiksi- yurisdiksi nasional
43
i. Pemegang segala hak dan kewajiban menurut hukum internasional.
Subyek hukum semacam ini disebut subyek hukum internasional penuh, misalnya negara.
.
Sedangkan menurut Mochtar Kusumaatmadja pengertian subyek hukum
internasional adalah :
ii. Mencakup pula keadaan-keadaan dimana yang dimilikinya itu hanya hak-
hak dan kewajiban-kewajiban terbatas, misalnya kewenangan untuk mengadakan penuntutan hak yang diberikan oleh hukum internasional di
muka pengadilan berdasarkan suatu konvensi, misalnya individu.
iii. Subyek hukum internasional memperoleh kedudukan berdasarkan hukum
kebiasaan internasional karena perkembangan sejarah
44
Pada awalnya, bahkan sampai sekarang ini, negara masih diakui sebagai subyek hukum internasional yang paling utama. Negara adalah subyek hukum
internasional dalam arti klasik sejak lahirnya hukum internasional dan sampai sekarang masih ada anggapan bahwa hukum internasional itu pada hakekatnya
adalah hukum antar negara. Hal ini disebabkan negara mempunyai hak dan kewajiban yang utuh yang diakui hukum internasional. Tetapi karena perubahan-
perubahan yang terjadi dalam masyarakat internasional dari abad keabad, negara saat ini bukanlah satu-satunya subyek hukum internasional
45
Ketentuan hukum internasional terutama berkenaan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban, serta kepentingan-kepentingan negara. Biasanya ketentuan
hukum internasional merupakan ketentuan yang harus ditaati negara-negara, dan .
43
Ibid.
44
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Op.cit, halaman. 88
45
Ibid., halaman. 89
Universitas Sumatera Utara
dalam traktat-traktat dapat membedakan kewajiban yang disetujui sendiri untuk dilaksanakan oleh negara penandatanganan. Anggapan bahwa negara adalah satu-
satunya subyek hukum internasional merupakan anggapan yang wajar sekali dimana hubungan antara negara identik dengan hubungan internasional.
Anggapan semacam ini dianut pada awal perkembangan hukum internasional sampai pada awal abad ke-20.
Anggapan ini antara lain dibantah oleh Kelsen, sebagaimana dikutip oleh Mochtar Kusumaatmadja, yang mengajukan teori bahwa apa yang dinamakan
hak-hak dan kewajiban negara sebenarnya merupakan hak-hak dan kewajiban manusia-manusia yang merupakan anggota masyarakat yang mengorganisir
dirinya dalam negara itu. Teori Kelsen ini intinya adalah bahwa subyek hukum internasional yang sesungguhnya adalah individu
46
Dalam perkembangan hukum internasional selanjutnya, ternyata jenis- jenis subyek hukum internasional bertambah sejalan dengan perkembangan
hubungan internasional. Jenis-jenis subyek hukum internasional yang telah diakui secara umum sampai saat ini adalah negara, organisasi internasional, insurgency
pemberontakan, belligerency pihak yang terlibat dalam perang, tempat kedudukan Paus di Vatican The Holy See, wilayah mandat perwalian, wilayah
koloni, Gerakan Pembebasan misalnya PLO, dan individu .
47
Dalam perkembangan hubungan internasional dewasa ini, organisasi
internasional merupakan subyek hukum yang penting selain negara, mengingat
kontribusinya yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia. .
46
Ibid., halaman. 90
47
Ibid., halaman. 89-105
Universitas Sumatera Utara
Organisasi internasional adalah organisasi yang timbul dari hubungan internasional yang menampung kehendak banyak negara. Negara melalui
organisasi itu akan berusaha mencapai tujuan yang menjadi kepentingan bersama dan kepentingan ini menyangkut bidang kehidupan internasional yang sangat luas
sehingga diperlukan peraturan internasional agar kepentingan masing-masing negara dapat terjamin
48
. Oppenheim memberi rumusan mengenai defenisi
internasional yaitu : “ an association of states of potentially universal character for the ultimate fulfillment of purposes which, in relation to indivifuals organised
in political society, are realized by the state”
49
Menurut Bowett, perkembangan organisasi internasional merupakan
jawaban atas kebutuhan nyata yang timbul dari pergaulan internasional. Pertumbuhan pergaulan internasional, dalam arti perkembangan hubungan antara
rakyat yang beragam merupakan cirri konstan dari peradaban yang matang, kemajuan dalam bidang komunikasi dan perdaganngan menciptakan tingkat
hubungan yang akhirnya memerlukan pengaturan melalui cara-cara kelembagaan
.
50
Sumaryo Suryokusumo mencatat beberapa jenis organisasi internasional,
yaitu comission, union, council, league, association, united nations, commonwealth, community, dan cooperation
.
51
48
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, cet.1, Jakarta,1990, halaman. 1
49
L. Oppenheim, International Law : a treatise, vol 1, New York, 1955, halaman. 370
50
D.W.Bowett, The Law of International Institutions, London, 1982, halaman. 1
51
Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, halaman. 1
.
Universitas Sumatera Utara
Pada awalnya, organisasi internasional ini berbentuk suatu perhimpunan atau perserikatan union, yang bergerak di bidang publik dan perdata public and
private international union. Anggota public international union biasanya adalah negara-negara yang kemudian berkembang menjadi organisasi internasional,
sedangkan private international union dibentuk oleh lembaga non pemerintah, baik individual atau suatu asosiasi, yang memiliki kepentingan yang bersifat
internasional. Bowett membuat kriteria private international union ini sebagai berikut
52
1. The Possesssion of a permanent organ
:
2. The object must be interest to all or some nations, and not one of profit
3. The membership should be open to individuals or group from different
countries 4.
Emphazied the need for permanent organization and for periodic, regular meeting
5. Set up a small, permanent secretariat
Arti: 1.
Kepemilikan sebuah organ yang permanen 2. Obyeknya harus berkepentingan semua bangsa atau beberapa, dan tidak
satu keuntungan. 3. Keanggotaan harus terbuka untuk individu atau kelompok dari beberapa
negara. 4. Menekankan perlunya bagi organsisasi permanen dan periodik,
pertemuan rutin. 5. Mendirikan sekretariat kecil yang permanen.
52
Bowett,. Op. Cit., halaman 4
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sumaryo Suryokusumo, organisasi dalam arti luas meliputi organisasi internasional publik dan organisasi internasional privat, tetapi pada
hakikatnya yang disebut organisasi internsional publik, adalah yang anggotanya terdiri dari negara
53
Mochtar Kusumaatmadja dalam pembahasan mengenai subyek hukum internasional memberikan tempat yang terpisah dari organisasi internasional bagi
ICRC . Beliau juga menyebutkan bahwa “sekarang Palang Merah Internasional ICRC secara umum diakui sebagai organisasi internasional yang memiliki
kedudukan sebagai subyek hukum internasional walaupun dengan ruang lingkup yang terbatas”
.
III.2. Status ICRC sebagai subyek hukum internasional
Mengenai status ICRC sebagai subyek hukum internasional, ternyata masih terdapat perbedaan pendapat dikalangan pakar hukum internasional, apakah
ICRC dapat diklasifikasikan sebagai suatu organisasi internasional atau memiliki status tersendiri.
54
Sedangkan Bowett tampaknya menolak anggapan bahwa ICRC termasuk organisasi internasional. Hal ini terlihat dari pendapat beliau yang menggolongkan
ICRC sebagai private international union, sedangkan yang dianggap awal perkembangan organisasi internasional menurut beliau adalah public international
.
53
Sumaryo Suryokusumo, Op.Cit., halaman 12
54
Mochtar Kusumaatmadja, Loc. Cit, halaman. 94
Universitas Sumatera Utara
union
55
a. Memiliki organisasi yang tetap untuk menjalankan fungsi-fungsinya, berupa
organ-organ khusus yang akan menjalankan fungsi ICRC sebagaimana tercantum dalam Statuta ICRC, Statuta Gerakan, dan Konvensi Jenewa.
. Dalam Pasal 1 Statuta ICRC disebutkan bahwa ICRC adalah “an independent humanitarian organization”.
Selain itu, Oppenheim, Goodspeed, dan umumnya pendapat para sarjana lain yang secara tegas menyatakan bahwa keanggotaan organisasi internasional
adalah negara-negara, tentunya akan menolak untuk menggolongkan ICRC terdiri dari individu, walaupun memang harus diakui bahwa ICRC memenuhi sebagian
besar kriteria sebagai suatu organisasi internasional, misalnya :
b. Memiliki instrument dasar berupa Statuta ICRC yang diadopsi tanggal 21 Juni
1973, dimana di dalamnya dicantumkan struktur organisasi ICRC pasal 8- 10, metode operasi berupa “Rules of Procedur” pasal 13, baik untuk ICRC
sendiri maupun dalam kapasitasnya sebagai bagian dari Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
c. Memiliki lembaga konsultatif berupa Konferensi Internasional Palang Merah
yang diadakan setiap 4 tahun sekali. Pada konferensi ini dihasilkan berbagai resolusi yang akan menjadi pedoman kerja bagi seluruh unsure Gerakan.
Konferensi ini dihadiri oleh ICRC, Federasi, Perhimpunan Nasional, serta negara-negara penandatanganan Konvensi Jenewa. Selain itu ada pula
lembaga Council of Delegates yang terdiri dari wakil-wakil ICRC, Federasi,
55
Bowett, Op. Cit., halaman. 4
Universitas Sumatera Utara
dan Perhimpunan Nasional yang bertemu 2 tahun sekali untuk memberikan pendapat atas kebijakan dan masalah umum bagi semua unsur Gerakan.
d. Memiliki sekrettariat tetap yang berpusat di Jenewa yang menjalankan fungsi-
fungsi administratif, riset, dan informasi secara terus menerus. Dalam perkembangan dewasa ini, terminologi “organisasi internasional”
memang lebih ditekankan pada organisasi yang didirikan oleh negara-negara dan anggotanya adalah negara-negara pula, dan adanya suatu perjanjian internasional
yang menjadi instrument dasar organisasi tersebut. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa ICRC memiliki kedudukan tersendiri dalam hal statusnya
sebagai subyek hukum internasional. ICRC adalah produk dari inisiatif pribadi bukan negara. Pembentukan
ICRC tidak berdasarkan inisiatif atau perjanjian internasional antar beberapa negara sebagaimana organisasi internasional umumnya, tetapi adalah atas inisiatif
pribadi Henry Dunant dan rekan-rekannya. ICRC pun dibentuk berdasarkan hukum perdata Swiss. Tetapi melalui berbagai tugas yang dibebankan kepadanya
oleh Konvensi Jenewa dan protokol tambahannya, ICRC memperoleh status internasionalnya, yang mana status tersebut memberikan hak bagi ICRC untuk
melaksanakan misinya di seluruh dunia. Mandat yang diberikan itu juga memungkinkan ICRC untuk melakukan hubungan dengan negara-negara dengan
membuka perwakilan dan menyebarkan delegasinya. Hubungan yang dibuat ICRC dengan pemerintah dalam rangka pengawasan korban perang tidak akan
mempengaruhi status kedua belah pihak.
Universitas Sumatera Utara
Dimensi internasional ICRC dikuatkan dengan headquarter agreement atau seat agreement yang telah dibuat 50 negara dimana ICRC membuka kantor
perwakilan misalnya regional delegation. Dengan adanya perjanjian ini, negara mengakui ICRC sebagai suatu kesatuan hukum dan menjamin hak-hak istimewa
serta kekebalannya seperti anggota korps diplomatik. Hal ini termasuk kekebalan dari proses hukum, yang melindungi staf ICRC dari proses administrasi dan
yudisial, serta tidak mengganggu arsip dan dokumen ICRC
56
Hak-hak istimewa dan kekebalan bagi ICRC ini perlu diberikan untuk menjamin sifat netral dan kemandirian ICRC. Karena sifat dan keanggotaannya
yang non pemerintah, ICRC secara organisasional berada di luar sistem PBB atau organisasi interbasional lainnya
.
57
The International Committee, founded in Geneva in 1863 and formally recognized in Geneva Conventions and by International Conferences of
The Red Cross, is an independent humanitarian organization having a status of its own. It co-opts its members from among Swiss citizens
. Disinilah antara lain letak kemandirian ICRC. Dasar hukum mengenasi status ICRC terdapat dalam pasal 5 1 Statuta
gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yang menyebutkan bahwa :
58
. Arti:
Komite internasional yang didirikan di Jenewa tahun 1863 dan secara resmi diakui dalam Konvensi Jenewa dan oleh Konferensi Internasional
Palang Merah, adalah sebuah organisasi kemanusiaan yang independen yang memiliki status sendiri, ini memilih anggotanya dari kalangan warga
negara Swiss.
56
ICRC, ICRC answes to your questions, Geneva, 1996, halaman. 6
57
Ibid.
58
Pasal 5 1 Statuta Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
Universitas Sumatera Utara
Dalam Statuta ICRC pasal 1 dan 2 yang disebutkan bahwa : International Committee of The Red Cross ICRC, founded in Geneva in
1863 and formally recognized in the Geneva Conventions and by International Conferences of The Red Cross, shall be an independent
humanitarian organization having status of its own. It shall be a constituent part of the International Red Cross and Red Crescent
Movement. As an association governed by article 60 and following of the Swiss Civil Code, the ICRC shall have legal personality
59
Komposisi keanggotaan ICRC seluruhnya berasal dari suatu negara yang telah diakui kenetralannya oleh masyarakat internasional dan bersifat individual.
Dengan kondisi ini ICRC diharapkan dapat menjalankan tugas yang diembannya .
Arti : Komite Internasional Palang Merah didirikan di Jenewa tahun 1863 dan
secara resmi diakui dalam Konvensi Jenewa dan Konferensi Internasional dari palang merah, akan sebuah organisasi kemanusiaan yang independen
memiliki status sendiri. Itu akan menjadi bagian pokok dari gerakan palang merah dan bulan sabit merah internasional. Sebagai asosiasi diatur
dalam pasal 60 dan mengikuti dari kode sipil Swiss ICRC harus mempunyai kepribadian hukum.
Jelaslah bahwa ICRC merupakan badan hukum privat yang dibentuk berdasarkan Hukum Perdata Swiss. Hal ini berbeda dengan sebuah organisasi
internasional, yang dibentuk berdasarkan sebuah perjanjian internasional antara negara-negara pendirinya. Keanggotaan ICRC juga bukan negara, tetapi individu
yang direkrut langsung oleh ICRC dari kalangan warga negara Swiss saja. Walaupun demikian, ICRC dapat merekrut staf dari warga lokal tempat
aktivitasnya dijalankan.
59
Pasal 1 dan 2 Statuta ICRC
Universitas Sumatera Utara
dengan baik berdasrkan prinsip netralitas dan kemandirian dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan politik negara
60
ICRC memperoleh mandat untuk melaksanakan fungsinya sebagai penegah yang netral dalam konflik bersenjata, dapat menawarkan jasa baiknya
dalam situasi yang bukan merupakan bidang hukum humaniter internasional, misalnya gangguan intern. ICRC bertanggung jawab menyebarluaskan hukum dan
prinsip-prinsip humaniter dan mengamati perkembangan serta pelaksanaanya di dalam dan di luar tubuh Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional. Dengan demikian, ICRC memiliki kewenangan yang terbatas, yaitu dalam bidang hukum humaniter, khususnya perlindungan korban perang
.
61
Sifat internasional ICRC sebagi sebuah organisasi bukan dilihat dari keanggotaannya, tetapi dari misi dan wilayah kerjanya yang berada hamper di
seluruh dunia. Hilaire Mc. Coubrey memberikan penegasan bahwa “ICRC is being ‘international’ in function rather than in membership or corporate
identity” .
62
. Selain itu, sifat internasional ICRC juga dibuktikan dari pemberian mandate masyarakat internasional melelui Konvensi Jenewa 1949.
Untuk dapat menjalankan tugasnya, ICRC juga memiliki dasar hukum yang terdiri dari dua jenis, yaitu :
60
ICRC,What it is, What it does, Geneva, 1993, halaman. 6
61
Ibid., halaman. 4
62
Hilaire Mc. Coubrey, International Humanitarian Law : The Regulation of Armed Conflicts, 1994, halaman. 32
Universitas Sumatera Utara
• Perjanjian Internasional Konvensi Jenewa 1949 dan protokolnya
Selama konflik bersenjata internasional, kegiatan ICRC diatur dalam Konvensi Jenewa dan Protokol I, yang mengakui hak ICRC untuk melakukan
kegiatan tertentu, antara lain membantu korban yang luka, sakit, dan karam, mengunjungi tawanan perang, dan menolong penduduk sipil.
Selama konflik intern, ICRC bekerja berdasarkan pasal 3 Bagian Umum Konvensi Jenewa dan Protokol II, dimana ICRC diakui haknya untuk
menawarkan operasi bantuan dan kunjungan kepada tahanan kepada para pihak.
• Statuta Gerakan Palang Merah Internasional
Dalam situasi kekacauan lainnya yang bukan berupa konflik bersenjata, misalnya gangguan keamanan dalam negeri, ICRC mendasarkan kegiatannya pada
Statuta Gerakan yang member hak inisiatif bagi ICRC untuk bertindak dalam masalah-masalah kemanusiaan sebagai lembaga penengah yang netral dan
mandiri
63
a. International armed conflict konflik bersenjata antar negara
. Berdasarkan dokumen-dokumen tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
ICRC dapat melakukan kerjanya dalam empat jenis keadaan, yaitu :
b. Non-international armed conflict konflik bersenjata yang terjadi antara dua
pihak atau lebih dalam satu negara
63
Ibid., halaman. 18
Universitas Sumatera Utara
c. Internal disturbances adanya gangguan keamanan di dalam suatu negara,
dimana negara menggunakan angkatan bersenjatanya untuk memulihkan ketertiban umum
d. Internal tension adanya suatu ketegangan di dalam suatu negara karena alas
an politik, agama, rasial, social, ekonomi, dan sebagainya, dimana negara merasa perlu menggunakan angkatan bersenjatanya sebagai sarana untuk
mempertahankan hukum dan ketertiban umum Sedangkan para korban yang menjadi tanggung jawab ICRC adalah
prajurit yang luka, sakit, dan tenggelam, tawanan perang, tahanan sipil, penduduk sipil dalam wilayah pihak yang terlibat perang atau wilayah yang dikuasai salah
satu pihak dalam perang, pengungsi, dan thanan politik dalam kasus tertentu dapat pula tahanan pidana. Mereka inilah yang dalam Konvensi Jenewa 1949
disebut protected persons. Lebih daripada itu, sejatinya ICRC yang merupakan komponen dari
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional berstatus Badan Hukum, mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sendiri serta
terikat oleh Undang-undang Negara Swiss. Selain dari pada itu, ICRC juga mendapat pengakuan dan kepercayaan oleh Konferensi Jenewa 1949 sebagaimana
termuat di dalam Konvensi I, II, III, dan IV
64
.
64
H.Umar Mu’in, Op.cit., halaman. 42
Universitas Sumatera Utara
III.2. Pengakuan atas status ICRC sebagai subyek hukum internasional.
Status ICRC sebagi subyek hukum internasional telah diakui oleh masyarakat internasional sejak lama, dan terus berkembang selama perjalanan
sejarah ICRC. Pengakuan ini diberikan oleh berbagai pihak secara integral, yang meliputi status, fungsi dan peranan, tujuan, prinsip-prinsip, dan cara kerja ICRC.
Pada awalnya pengakuan terhadap status ICRC didapat dari masyarakat internasional yang telah memahami benar bahwa tujuan dan fungsi yang diemban
ICRC sangat penting dalam upaya memperlancar proses perdamaian dunia. Pengakuan masyarakat internasional ini dibuktikan melalui lahirnya Konvensi
Jenewa 1949 dan Protokol Tambahannya sebagai hasil konferensi internasional. Pengakuan negara terhadap status ICRC dikuatkan dalam Headquarter
Agreement atau Seat Agreement antara ICTRC dengan negara dimana ia memiliki perwakilan. Dengan adanya perjanjian ini, maka negara tersebut mengakui dan
menghormati kerja ICRC di seluruh wilayah negaranya dan tidak mencampuri prinsip-prinsio ICRC dalam menjalankan tugasnya.
Headquarter Agreement ini contohnya yang dibuat antara ICRC dengan Swiss, tempat dimana ICRC menempatkan markas berkasnya di Jenewa.
Perjanjian ini ditandatangani tanggal 1993 dimana Swiss mengakui status ICRC sebagai subyek hukum internasional dan menegaskan kembali bahwa ICRC dalam
menjalankan tugasnya bersifat independen dan terlepas dari pemerintah Swiss. Pengakuan negara juga dibuktikan dengan keikutsertaan negara-negara
penandatanganan Konvensi Jenewa dalam Konferensi Internasional Palang Merah
Universitas Sumatera Utara
yang secara aktif dipersiapkan dan diikuti oleh ICRC, sejak Konferensi I di Paris tahun 1867 sampai Konferensi XXVI di Jenewa tahun 1995. Selain itu, negara-
negara di hampir seluruh dunia mengizinkan ICRC melakukan aktivitas di dalam wilayahnya yang memerlukan bantuan kemanusiaan.
Pengakuan dari organisasi internasional, misalnya PBB, juga tidak kalah berartinya bagi eksistensi ICRC dalam hubungan antar bangsa. PBB sejak tanggal
16 Oktober 1990 berdasarkan Resolusi Majelis Umum No. 45.6 dibawah judul “Observer status for the International Committee of The Red Cross, in
consideration of the special role and mandates conferred by the Geneva Conventions of 12 August 1949” memberikan status peninjau bagi ICRC dalam
sidang-sidang majelis Umum. Resolusi ini dibuat berdasarkan kesepakatan 138 negara anggota-anggota PBB. Dengan status ini, ICRC berkewajiban untuk hadir
pada pertemuan-pertemuan dan konferensi-konferensi berkala organ-organ utama PBB antara lain Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial.
Dengan status sebagai peninjau ini, walaupun tidak memiliki hak suara, tetapi ICRC memiliki hak-hak istimewa, misalnya untuk memberikan pendapat atas
inisiatif sendiri tanpa diminta oleh organ-organ PBB
65
Organisasi internasional lainnya, baik di tingkat regional maupun internasional, juga membuktikan pengakuannya dengan berbagai cara, antara lain
melalui kerjasama dalam bidang kemanusiaan, atau mengundang ICRC menjadi peninjau atau tamu dalam pertemuan berkala mereka.
.
65
ICRC, Offprints International Review of the Red Cross No. 279-280, Nov-Dec 1990 Jan-Feb 1991, Geneva, 1991, halaman. 38
Universitas Sumatera Utara
BAB IV FUNGSI DAN PERKEMBANGAN PERAN ICRC DALAM