Dasar hukum dari segala kegiatan ICRFC diatur dalam pasal 9 Konvensi Jenewa I-III dan pasal 10 Konvensi IV yang menyatakan bahwa :
“ Ketentuan-ketentuan Konvensi ini tidak merupakan penghalang bagi kegiatan-kegiatan perikemanusiaan, yang mungkin diusahakan oleh
Komite Palang Merah Internasional atau tiap-tiap organisasi humaniter lainnya yang tidak berpihak, untuk melindungi dan menolong yang luka
dan sakit, petugas dinas kesehatan dan rohaniawan, selama kegiatan- kegiatan itu mendapat persetujuan Pihak-pihak dalam sengketa
bersangkutan”
68
Ada sejumlah fungsi yang dilakukan ICRC sebagai pelakasana dan pengawal Hukum Humaniter Internasional, baik dalam situasi sengketa bersenjata
internasional, noninternasional, maupun pada masa damai, antara lain .
69
1. Monitoring
:
yaitu fungsi untuk secara terus menerus melakukan penilaian terhadap ketentuan-ketentuan hukum humaniter yang berlaku apakah masih sesuai atau
relevan dengan kenyataan-kenyataan dan fenomena konflik bersenjata yang terjadi dewasa ini serta menyiapkan upaya penyesuaian atau adaptasi serta
pengembangan terhadap ketentuan-ketentuan tersebut apabila dipandang perlu. Penyempurnaan Konvensi tentang Tawanan Perang tahun 1939 menjadi
Konvensi Jenewa III tahun 1949 merupakan salah satu contoh dari hal ini. Begitu pula halnya dengan penyusunan protolol I dan II tahun 1977 juga
merupakan contoh bagaimana ketentuan-ketetentuan Hukum Humaniter perlu
68
Pasal 9 Konvensi Jenewa I-III dan pasal 10 Konvensi Jenewa IV tahun 1949
69
Arlina Permanasari, “Perlindungan Korban Konflik dan Proses menuju Perdamaian di Aceh Perspektif Konvensi Jenewa 1949”, Pusat Studi Hukum Humaniter HAM, Fakultas
Hukum Universitas TRISAKTI, Jakarta, 2003, halaman. 14
Universitas Sumatera Utara
diselaraskan dengan perkembangan-perkembangan konflik uang sesuai dengan jamannya.
2. Katalisator Catalist
yaitu menstimulus diskusi-diskusi yang berkaitan dengan permasalahan- permasalahan hukum humaniter dan mencari kemungkinan pemecahannya,
khususnya dalam hal ini dengan kelompok ahli dari pemerintah. Diskusi- diskusi semacam ini dapat mengarah kepada suatu rekomendasi atas
perubahan-perubahan terhadap hukum yang berlaku ataupun tidak. Fungsi ini berkaitan dengan fungsi pertama sebagaimana diuraikan diatas. Dalam hal ini,
manakala suatu ketentuan misalnya dianggap sudah tidak relevan lagi dengan kenyataan yang ada, maka tidak cukup jika hanya mengatakan bahwa
ketentuan tersebut perlu dirubah atau disesuaikan. Serangkaian tindakan perlu diambil termasuk untuk mendapatkan masukan dari ahli-ahli yang relevan dan
berkaitan dengan permasalahan yang bersangkutan dan kemudian mendiskusikannya secara mendalam serta mencoba merumuskan
kemungkinan pemecahannya.
70
3. Promosi Promotion
yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman setiap orang akan ketentuan-ketentuan hukum humaniter sehingga harapan akan penerapannya
pun akan menjadi lebih baik lagi. Tidak dapat dibayangkan bagaimana aka nada tindakan pelaksanaan apabila pemahaman atas isi dan maksud dari
70
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Konvensi Jenewa atau ketentuan hukum humaniter lainnya masih rendah. Karena itu disini dipilih kata “promosi” dan bukan hanya sekedar
“disseminasi” atau penyebarluasan saja. Karena sasarannya tidak hanya agar ketentuan-ketentuannya diketahui dan dipahami, tetapi juga dilaksanakan
serangkaian tindakan lanjutan, misalnya menerbitkan peraturan nasional sebagai pelaksanaan dari ketentuan hukum humaniter yang dimaksud.
4. Melindungi Guardian Angel