Pengaturan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan dalam KUHP

Perbuatan yang akan dikategorikan sebagai luka berat harus ditentukan oleh ahli professional dibidangnya, yaitu dokter, melaluii visum et repertum. Percobaan untuk melakukan penganiayaan berat ini dipidana. Syarat adanya percobaan penganiayaan berat ini yaitu bahwa kesengajaan ditujukan terhadap perbuatan untuk menimbulkan luka berat pada tubuh orang lain. 90

B. Pengaturan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan dalam KUHP

Peraturan hukum positif utama yang berlaku di Indonesia adalah KUHP, dimana KUHP sendiri merupakan kodifikasi dari hukum pidana dan berlaku untuk semua golongan penduduk, yaitu golongan timur asing, bumiputera, dan Eropa. Dengan demikian dapat dikatakan ada suatu bentuk kesamaan atau keseragaman dalam peraturan hukum pidana yang berlaku di Indonesia. Sejak adanya UU No 73 tahun 1958 yang menentukan berlakunya UU no 1 tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana untuk seluruh Indonesia, hukum pidana materiil Indonesia menjadi seragam untuk seluruh tanah air. Menurut Pasal VI UU no 1 tahun 1946, nama resmi dari KUHP awalnya adalah “Wetboek Van strafrecht voor Nederlandsch-Indie” yang diubah menjadi “Wetboek van Strafrecht” atau dapat pula disebut sebagai “Kitab Undang-Undang Hukum Pidana” Moeljatno, 2005 : v. 91 Di Indonesia, Menurut Mulyana W. Kusumah pada umumnya kejahatan yang menduduki kuantitasnya adalah pencurian biasa, dan pencurian dengan pemberatan, kemudian menyusul pencurian dengan kekerasan, termasuk penodongan dan perampokan, dan disusul oleh kejahatan-kejahatan kesusilaan. 90 Mahmud, Mulyadi, Criminal Policy, Medan : Pustaka Bangsa Press, 2008, hlm.50 91 http:www.ubb.ac.idmenulengkap.php?judul=Tindak20Pidana20Pencurian20de ngan20Pemberatannomorurut_artikel=463 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pencurian dengan kekerasan ini disebut juga pencurian dengan kualifikasi gequalificeerde deifstal atau pencurian khusus dengan cara-cara tertentu atau dalam keadaan tertentu sehingga bersifat lebih berat dan maka dari itu diancam dengan hukuman yang maksimumnya lebih tinggi yaitu lebih dari hukuman penjara lima tahun dari Pasal 362 KUHP dan hal ini diatur didalam buku II KUHP pada bab XXII dan perumusannya sebagaimana disebut dalam Pasal 363. 92 Menurut P.A.F. Lamintang, bahwa gequalificeerde deifstal adalah pencurian yang mempunyai unsur-unsur dari perbuatan pencurian di dalam bentuknya yang pokok, yang karena ditambah dengan lain-lain unsur, sehingga ancaman hukumannya menjadi diperberat. 93 Pasal-pasal yang mengatur tentang pencurian, diatur pada BAB XXII dari pasal 362 sd pasal 366 KUHP. Pasal 362 KUHP, yang bunyinya : “Barangsiapa mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, karena pencurian dengan hukuman maksimal lima tahun” 94 1. Unsur “mengambil” barang Unsur pertama dari tindak pidana pencurian ialah perbuatan “mengambil” barang. Kata mengambil wegnemen dalam arti sempit terbatas pada menggerakkan tangan dan jari-jari, memegang barangnya dan mengalihkannya 92 Ibid 93 P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang, Delik-delik Khusus Kejahatan terhadap Harta Kekayaan,Cet. 2, Jakarta:Sinar Grafika, 2009, hlm .13 94 Moeljatno,Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2003 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ketempat lain. Yang dimaksud dengan kata “mengambil” ialah sebelum perbuatan itu dilakukan. 95 Pencurian diefstal itu sudah dapat dikatakan selesai, apabila barang tersebut sudah pindah tempat. Apabila orang baru memegang saja barang itu dan belum berpindah tempat, maka orang itu belum dapat dikatakan mencuri akan tetapi baru mencoba mencuri. 96 Perbuatan “mengambil” terang tidak ada, apabila barangnya oleh yang berpihak diserahkan kepada pelaku. Apabila penyerahan ini disebabkan oleh pembujukan dengan tipu muslihat, maka ada tindakan pidana “penipuan”. Jika penyerahan ini disebabkan karena adanya pekasaan dengan kekerasan oleh sipelaku, maka ada perbuatan tindak pidana “pemerasa” afpersing, dan jika paksaan ini berupa kekerasan langsung maka ada perbuatan tindak pidana “pengancaman” afdreiging. 97 2. Yang diambil harus “barang” Suatu barang adalah segala sesuatu yang berwujud termasuk pula binatang bukan manusia. Dalam pengertian barang termasuk pula daya listrik dan gas, meskipun tidak berwujud. Barang ini tidak perlu mempunyai nilai ekonomis. Apabila mengambil sesuatu barang tidak dengan ijin dari pemiliknya, masuk pencurian. 98 3. Barang itu harus ‘seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain” 95 Gerson W. Bawengan, Hukum Pidana didalam Teori dan Praktek, cet : II, Jakarta: P.T. PRADNYA PARAMITA, hlm.147 96 Soesilo, op.cit, h.250 97 Wirjono, Prodjodikoro, Tindak-tindak pidana tertentu di indonesia, cet : II, Jakarta - bandung : P.T.Eresco, hlm.15 98 Ibid UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sifat tindak pidana pencurian adalah merugikan kekayaan si korban, maka barang yang diambil harus berharga. Harga ini tidak selalu bersifat ekonomis. Barang yang diambil dapat seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, yaitu apabila merupakan suatu barang warisan yang belum dibagi-bagi, dan pencuri adalah salah seorang ahli waris yang turut berhak atas barang yang tersebut. Contoh lain sebagian kepunyaan orang lain misalnya : A bersama B membeli sebuah sepeda, maka sepeda itu milik A dan B, disimpan di rumah A kemudian dicuri oleh B. Suatu barang yang bukan kepunyaan seseorang tidak menimbulkan pencurian, misalnya binatang yang hidup di alam bebas dan barang-barang yang sudah di buang oleh pemiliknya. 99 Pengambilan itu harus dengan sengaja dan dengan maksud untuk dimilikinya. Orang karena keliru mengambil barang orang lain itu bukan pencurian. Seseorang menemukan barang di jalan lalu mengambilnya. Bila waktu mengambilnya sudah ada maksud untuk memiliki barang itu, maka masuk pencurian. Jika waktu mengambil itu pikiran terdakwa akan menyerahkan barang itu ke pihak yang berwenang, akan tetapi setelah sampai di rumah barang itu dimiliki untuk diri sendiri tidak diserahkan ke polisi maka ia salah karena “penggelapan” Pasal 372 karena waktu barang itu dimilikinya sudah berada di tangannya. 100 4. Pengambilan barang harus dengan maksud untuk “memiliki” barang itu dengan ‘melawan hukum melawan hak’. 99 Ibid 100 Soesilo, Loc.cit UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Unsur “memiliki barangnya dengan melanggar hukum” ini juga terdapat pada pasal 372 KUHP, bahkan disitu tidak hanya harus ada tujuan oogmerk untuk itu, melainkan perbuatan si pelaku harus masuk perumusan “memiliki barang dengan melanggar hukum”. Wujud dari memiliki barang dalam pasal 362 KUHP dengan 372 KUHP belum terwujud, tetapi ada seorang ahli yang bernama Noyon-Langemeyer yang berpendapat mengenai wujud tersebut. Noyon-Langermeyer berpendapat bahwa ada suatu kontradiksi antara ‘memiliki barang’ dan’melangar hukum’. ‘Memiliki barang’ berarti menjadikan dirinya sebagai pemilik, dan untuk menjadi pemilik suatu barang, harus menurut hukum. Setiap pemilik barang adalah pemilik menurut hukum, maka sebenarnya adalah tidak mungkin orang memiliki barang milik orang lain dengan melanggar hukum. Oleh karena itu jika melanggar hukum, maka tidak mungkin orang lain menjadi pemilik Noyon-Langemeyer, jilid III, h.141. 101 Pasal 363 KUHP yang berbunyi : Ayat 1 : Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun: 1. Pencurian ternak; 2. Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi,atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru hara, pemberontakan atau bahaya perang 3. Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak; 4. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih; 5. Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. 101 Wirjono, op.cit, hlm.17 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Ayat 2 : “Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”. 102 Penjelasan : Pencurian dalam Pasal ini dinamakan pencurian dengan pemberatan atau pencurian dengan kualifikasi dan diancam dengan hukuman yang lebih berat, sedangkan yang diartikan dengan pencurian dengan pemberatan adalah pencurian yang disertai dengan salah satu keadaan seperti berikut: a. Bila ada barang yang dicuri itu adalah hewan semua binatang yang memamah biak, binatang berkuku satu dan babi. Pencurian dianggap berat karena hewan merupakan milik seorang petani yang yang terpenting. b. Bila pencurian itu dilakukan pada waktu kejadian bencana alam : 1. Pencurian ini diancam hukuman labih berat, karena pada waktu semacam itu orang-orang semua ribut dan barang-barang dalam keadaan tidak terjaga, sedang orang yang mempergunakan saat orang lain mendapat musibah ini untuk berbuat kejahatan adalah orang yang rendah budinya; 2. Antara terjadinya bencana dengan pencurian itu harus ada hubungannya, artinya pencuri harus betul-betul mempergunakan kesempatan itu untuk mencuri. Tidak masuk disini misalnya seorang yang mencuri dalam satu rumah dalam kota itu dan kebetulan saja pada saat itu dibagian kota ada kebakaran, karena disini pencuri tidak sengaja memakai kesempatan yang ada karena kebakaran itu; 102 Soesilo, R, Op.Cit, hlm. 253 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Alasan untuk memberatkan hukuman atas pencurian ini adalah bahwa peristiwa-peristiwa semacam ini menimbulkan keributan rasa kekhawatiran pada khalayak ramai yang memudahkan seorang jahat melakukan pencurian, sedangkan seharusnya orang- orang sebaliknya memberikan pertolongan kepada para korban. c. Apabila pencurian itu dilakukan pada waktu malam, dalam rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya. 1. Malam adalah waktu antara matahari terbenam dan terbit 103 2. Rumah woning adalah tempat yang dipergunakan untuk berdiam siang- malam. Sebuah gudang atau toko yang tidak didiami siang dan malam tidak masuk dalam pengertian rumah, sabaliknya gubuk atau kereta, perahu yang siang malam dipergunakan sebagai kediaman masuk dalam pengertian rumah; Pekarangan tertutup adalah suatu pekarangan yang sekelilingnya ada tanda-tanda batas yang kelihatan nyata seperti selokan, pagar bambu, pagar hidup, pagar kawat dan sebagainya. Tidak perlu tertutup rapat-rapat, sehingga orang tidak dapat masuk sama sekali; Disini pencuri harus betul- betul masuk dalam kedalam rumah tersebut dan melakukan pencurian disitu. Apabila ia berdiri diluar dan menggait pakaian melalui jendela dengan tongkat atau ia mengulurkan tangannya saja kedalam rumah untuk mengambil barang, tidak termasuk disini; Unsur ”waktu malam” digabungkan dengan tempat rumah kediaman atau pekarangan tertutup dimana ada rumah kediaman,ditambah dengan unsur 103 Yang dikatakan malam : masa diantara matahari terbenam dan matarari terbit pasal 98 KUHP. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA adanya si pencuri di situ tanpa atau bertentangan dengan kehendak yang berhak. Gabungan unsur-unsur ini memang bernada memberikan sifat lebih jahat kepada pencurian. d. Apabila pencurian itu dilakukan oleh dua orang atau lebih. Supaya masuk disini maka dua orang atau lebih itu semua harus bertindak sebagai pembuat atau turut melakukan Pasal 55, bukan misalnya yang satu sebagai pembuat sedangkan yang lain hanya membantu melakukan 104 saja pasl 56. Hal ini menunjuk pada dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam melakukan tindak pidana pencurian. Tidak perlu ada rancangan bersama yang mendahului pencurian, tetapi tidak cukup apabila mereka secara kebetulan pada persamaam waktu mengambil barang-barang. Dengan digunakannya kata dilakukan gepleeged, bukan kata diadakan begaan, maka pasal ini hanya berlaku apabila ada dua orang atau lebih yang masuk istilah turut melakukan 105 medeplegen dari Pasal 55 ayat 1 nomor 1 KUHP dan memenuhi syarat bekerja sama. Pasal 363 ayat 1 nomor 4 KUHP tidak berlaku apabila hanya ada seorang pelaku dader dan ada seorang pembantu medeplichtige dari Pasal 55 ayat 1 nomor 2 KUHP. 104 “membantu melakukan”, apabila ia sengaja memberikan bantuan tersebut, pada waktu atau sebelum kejahatan itu dilakukan. Bila bantuan itu diberikan sesudah kajatahan terjadi, maka orang itu melakukan perbuatan “sekongkol” atau “tadah”. Elemen “sengaja” harus ada didalam nya, sehingga apabila ada orang member bantuan secara kebetulan dengan tidak mengetahui kejahatan, maka tidak dihukum. Elemen “niat” juga harus ada didalamnya lihat pasal 56 KUHP. 105 “Turut Melakukan” dalam arti kata ‘bersama-sama melakukan’. Sedikit-dikitnya harus ada dua orang ialah orang yang melakukan pleger dan orang yang turut melakukan medepleger peristiwa idana itu. Dalam hal ini, kedua orang itu semuanya melakukan perbuatan pelaksanaan. Tidak boleh misalnya hanya melakukan perbuatan persiapan saja atau perbuatan yang sifatnya hanya menolong, sebab jika demikian, maka orang yang menolong itu tidak masuk dalam “medepleger” melainkan sebagai “membantu melakukan medeplichtige lihat pasal 55 KUHP. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA e. Apabila dalam pencurian itu, pencuri masuk ke tempat kejahatan atau mencapai barang yang dicurinya dengan jalan membongkar, memecah dan sebagainya. 1. Membongkar, pengertian membongkar adalah merusak barang yang agak besar misalnya pintu atau tembok. Disini harus ada barang yang rusak, putus atau pecah. Pembongkaran braak terjadi apabila misalnya dibuat lubang pada suatu tembok atau dinding suatu rumah. Pencuri yang mengangkat pintu dari engselnya, sedang engsel itu tidak ada kerusakan sama sekali tidak termasuk pengertian membongkar; 2. Memecah yaitu merusak barang yang agak kecil misalnya kaca jendela. Perusakan verbreking terjadi apabila misalnya hanya satu rantai pengikat pintu diputuskan, atau kunci dari suatu peti dirusak; 3. Memanjat menurut Pasal 99 KUHP yaitu masuk dengan melalui lubang yang sudah ada, tetapi tidak untuk tempat orang lewat, atau masuk dengan melalui lubang dalam tanah yang sengaja digali, demikian juga melalui selokan atau parit yang gunanya senagai penutup halaman. Arti memanjat diperluas hingga meliputi membuat lubang di dalam tanah di bawah tembok dan masuk rumah melalui lubang tersebut, dan meliputi pula melalui selokan atau parit yang ditujukan untuk membatasi suatu pekarangan yang dengan demikian dianggap tertutup besloten erf; 4. Anak kunci palsu menurut Pasal 100 KUHP adalah segala macam anak kunci yang tidak digunakan oleh yang berhak untuk membuka kunci dari sesuatu barang seperti lemari, rumah dan peti. Anak kunci disini artinya UNIVERSITAS SUMATERA UTARA diperluas hingga meliputi semua perkakas berwujud apa saja yang digunakan untuk membuka kunci, misalnya sepotong kawat; 5. Perintah palsu yaitu suatu perintah yang kelihatannya seperti surat perintah asli yang dikeluarkan oleh orang yang berwajib, tetapi sebenarnya bukan; Pakaian jabatan palsu valsch costuum adalah kostum yang dipakai oleh seseorang, sedang ia tidak berhak untuk itu. Pakaian itu tidak perlu pakaian jabatan pemerintah, dapat pula pakaian seragam seragam dari sebuah perusahaan pertikelir. Dalam pasal 362 sub 5 ini dikatakan : 1. Si tersalah masuk ke tempat kejahatan dengan jalan membongkar dan lain sebagainya. Ini berarti pembongkaran tersebut untuk masuk ke tempat tersebut, dan bukan untuk keluar atau keperluan lain; 2. Si tersalah mencapai barang yang dicurinya dengan jalan membongkar dan lain sebagainya. Mencapai artinya memasukkan ke dalam kekuasaannya. Pemberatan hukuman yang telah disebutkan diatas, maka apabila orang sedang melakukan pembongkaran atau perusakan atau pemanjatan, dan pada waktu itu diketahui sehingga si pelaku lari, orang itu sudah dapat dipersalahkan melakukan percobaan melakukan pencurian poging tot diefstal karena perbuatan pembongkaran dan lain-lain tersebut dapat dianggap termasuk tahap menjalankan iutvoering dari Pasal 53 KUHP tindak pidana pencurian khusus gequalificeerde diefstal ini, jadi tidak lagi dalam tahap persiapan voorbereiding untuk melakukan tindak pidana. Ini perlu dikemukakan karena sebetulnya perbuatan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pengambilan barang sebagai perbuatan pokok dari pencurian sama sekali belum mulai dijalankan. 106 Dalam kasus pencurian, penelitian akan lebih membahas pasal 365 KUHP yaitu Pencurian dengan Kekerasan. Pasal 365 KUHP, berbunyi ; Ayat 1 : “hukuman dengan penjara selama-lamanya Sembilan tahun, dihukum dengan pencurian yang didahului, disertai atau adiikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi kawannya ysng turut melakukan kejahatan itu akan melarikan siri atau supaya barang atau yang dicuri itu tetap d tanangan si pencuri”. Ayat 2 : “Hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun, dijatuhkan : 1e. : Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam didalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup, yang ada rumahnya atau didajalan umum atau didalam kereta api atau term yang sedang berjalan. 2e. : Jika perbuatan itu dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih. 3e. : Jika sitersalah masuk ketempat melakukan kejahatan itu dengan jalan membongkar atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu atau pakaian jabatan palsu. 4e. : Jika perbuatan itu menjadikan ada orang menadapat luka berat. Ayat 3 : “Hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun dijatuhkan jika karena perbuatan itu ada orang mati’ Ayat 4 : “Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penajara selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan, jika perbuatan itu menjadikan ada orang mendapat luka berat atau mati, dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih dan disertai pula oleh salah satu hal yang dikarenakan dalam no.1 dan 3. 107 Penjelasan : Ayat 1 : Pasal ini merupakan “pencurian dengan kekerasan”. Kekerasan atau ancaman ini harus dilakukan pada “orang’ dan bukan benda atau barang.dan dapat dilakukan sebelumnya, bersama-sama tau setelah pencurian itu dilakukan. Dengan 106 Skripsi online oleh Dian Savitri, judul : KAJIAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH “PREMANISME” Studi Kasus di Poltabes Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2009. 107 Soesilo, Kitab undang-undang Hukum Pidana, Bogor : POLITEIA, h. 253 pasal 365. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA maksud untuk menyiapkan atau memudahkan pencurian itu, jika tertangkap tangan supaya ada kesempatan bagi dirinya atau kawannya yang turut melakukan untuk dapat melarikan diri. 108 Hal ini adalah pencurian khusu dari pasal 365 ayat 1 KUHP. Unsur istimewa yang ditambah pada pencurian biasa ialah “menggunakan kekerasan” atau “ancaman kekerasan” dengan dua macam maksud, yaitu : Maksud 1 : untuk mempersiapkan pencurian. Perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan mendahului pengambilan barang, missal nya memukul atau menembak atau mengikat penjaga rumah. Maksud 2 : untuk mempermudah pencurian. Pengambilan barang dipermudah dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, misalnya memukul penghuni rumah atau menodong mereka agar mereka diam saja dan tidak bergerak, sehingga pencuri lain mengambil barang-barang dalm rumah. 109 Ayat 2 sub 1 : Melakukan pencurian di jalanan umum atau di dalam kereta api yang sedang berjalan. Alasan yang dapat memberatkan sipelaku ialah bahwa pada dua tempat ini, si korban tidak mudah mendapat pertolongan dari orang lain. Ada persamaan dan perbedaan antara pencurian dengan kekerasan mirip dengan pembunuhan pada Pasal 339 KUHP. Persamaannya : a. Kedua kejahatan ini mempunyai unsur kesalahan yang sama, yaitu “dengan Maksud”. Maksud digunakannya kekerasan dan ancaman kekerasan pasal365 atau membunuh Pasal 339 ditujukan untuk : 108 Ibid, h. 254 109 Wirjono, Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, cet : II, Jakarta- Bandung : P.T.ERESCO, 1974, hlm.25. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Mempersiapkan 2. Mempermudah pelaksanaan 3. Dalam hal tertangkap tangan untuk : a Melepaskan dari pemidanaan Pasal 339, memungkinkan untuk melarikan diri Pasal 365 b Dapat menguasai benda yang diperoleh dari kejahatan b. Waktusaat digunakannya kekerasan atau ancaman kekerasan pasal 365, membunuh pasal 339 adalah : 1. Sebelum 2. Pada saat 3. Dan setelah pencurian pasal 339, dan kejakahatan lain Pasal 365 terjadi. c. Baik pencurian pada pasal 365 maupun kejahatan pada pasal 339 sama berakibat adanya kematian orang lain. Perbedaannya : a. Pencurian dengan kekerasan pada pasal 365, kejahatan pokoknya adalah pencurian. Sedangkan pada kejahatan dalam pasal 339, kejahatan pokoknya adalah pembunuhan. b. Kesengajaan pada pasal 365 tidak ditujukan pada kematian orang lain. Sedangkan pada pasal 339 ditujukan pada matinya orang. c. Pada pencurian dengan kekerasan yang ada pada pada pasal 365, menggunakan upaya kekerasan dan atau ancaman kekerasan. Maksudnya adalah untuk mempersiapkan, memudahkan pelaksanaan pencurian dan seterusnya. Artinya kekerasan atau ancaman kekerasan itu mempunyai peranan atau hubungan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA secara subyektif terhadap kejahatan pokok pencurian. Tetapi pada pasal 339, kejahatan lain itu tidak mempunyai peranan atau andil secara subyektif terhadap kejahatan pokok yakni pembunuhan. d. Pada unsur maksud, apabila tertangkap tangan , kekerasan ataupun ancaman kekerasan bertujuan untuk dapat melarikan dirinya sendiri atau peserta lain. Sedangkan pada pasal 339, maksud itu , apabila tertangkap tangan ditujukan untuk menghindarkan diri dari pemidanaan bagi dirinya maupun peserta lainnya. e. Kejahatan pada pasal 365 hanya ada satu tindak pidana saja, yakni pencurian. Kekerasan atau ancaman kekerasan bukan tindak pidana tetapi upaya untuk memberatkan pidana pada pencurian. Sedangkan pada pasal 339, terdapat dua 2 tindak pidana yang saling berhubungan erat. f. Factor pemberat pada pencurian pasal 365 adalah kekerasan dan ancaman kekerasan. Sedangkan factor pemberat pada pasal 339 adalah tindak pidana lain. g. Pada pencurian dengan kekerasan ada bentuk yang memungkinkan untuk dijatuhi pidana mati pasal 365 ayat 4 . Sedangkan bagi pembunuhan pasal 339, tidak ada kemungkinan dijahutinya pidana mati. h. Kekerasan dan ancaman kekerasan adalah upaya melakukan kejahatan pokok, pencurian pasal 365. Pada pasal 339, pembunuhan tidak dianggap sebagai UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kejahatan pokok, tetapi yang dianggap sebagai kejahatan pokok adalah adanya tindak pidana lain tersebut. 110 110 Adami, Chazawi, Kejahatan terhadap tubuh dan Nyawa, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000, hlm.78-80 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 56 BAB III HAMBATAN-HAMBATAN DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DI POLSEK BAGAN SINEMBAH A. Peranan Masyarakat Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Brigadir Daniel, hambatan lain yang dirasakan oleh Polsek Bagan Sienambah adalah Masyarakatnya sendiri. Masyarakat sangat berperan dalam upaya penanggulangan kujahatan, khususnya pada pencurian dengan kekerasan. Masyarakat cepat dalam memberikan informasi atau laporan kepada pihak kepolian setempat tentang kejadian tindak pidana, sehingga tidak ada Tempat Kejadian Perkara TKP yang rusak dan tidak menyulitkan tim TKP untuk mengidentifikasi sidik jari pelaku maupun alat bukti langsung. Masyarakat merasa mau apabila menjadi saksi dari suatu perkara. Bukan hanya dari masyarakatnya saja, antara satu Polsek dengan Polsek yang lain juga saling komunikasi satu sama lain, sehingga terjalin komukisai yang baik. 111 Masyarakat sangat berperaan penting dalam penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan ini, sehingga antara masyarakat dengan pihak kepolisian memiliki hubungan yang saling berkaitan. Pihak kepolisian dapat melakukan penyelidikan dan penyidikan karena adanya laporan dari masyarakat, sehingga keamanan dan ketertiban yang ada dalam masyarakat bukan hanya tanggujawab pihak kepolisian saja, melainkan sudah menjadi tanggungjawab setiap warga negara. 112 111 Hasil wawancara dengan Brigadir Daniel Napitupulu, 9 April 2012 112 Hasil wawancara dengan Briptu R. Sitinjak, rabu 9 Mei 2012 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

B. Peranan Korban

Dokumen yang terkait

Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Ternak Kerbau (Studi Kasus Polsek Padang Bolak, Kec.Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara)

10 136 89

Upaya Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Sepeda Motor Dengan Kekerasan (StudiPadaKepolisianSektorPakuanRatu)

0 44 50

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi di polresta Bandar Lampung)

0 12 70

Kajian Yuridis Unsur Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan

0 3 6

PENGHENTIAN PENYIDIKAN PADA TINDAK PIDANA PENCURIAN DI WILAYAH HUKUM POLSEK DURI (RIAU).

1 1 6

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN TERHADAP KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS DI KEPOLISIAN SEKTOR KUTA KABUPATEN BADUNG).

0 3 65

UPAYA KEPOLISIAN TERHADAP PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR (Studi Kasus di Polsek Banjar Agung KabupatenTulang Bawang)

0 0 13

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN A. Pencurian Dengan Kekerasan Sebagai Bagian dari Kejahatan Kekerasan - Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Di Polsek Bagan Sinembah Riau

1 1 29

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Di Polsek Bagan Sinembah Riau

0 0 26

PENANGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DI POLSEK BAGAN SINEMBAH RIAU SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mahasiswa Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Disusun oleh : Hanna Mandela 080200224

0 0 11