kebijakan public, baik itu menyangkut kegiatan-kegiatan ataupun peristiwa-peristiwa.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah melaksanakan keputusan kebijakan
dalam rangka mengatasi suatu permasalahan melalui langkah-langkah yang sudah digariskan dalam rangka pencapaian tujuan.
2.2.6.1. Model-Model Implementasi Kebijakan
Dalam implementasi kebijakan ada beberapa bentuk model implementasi yang dikenal., model ini berguna untuk
menyederhanakan sesuatu bentuk dan memudahkan dalam pelaksanaan kebijakan.
Hogwood dan Gunn dalam wahab 2004 : 71 mengemukakan model “Top Down Approach”. Menurut hogwood
dan gunn, untuk dapat mengimplementasikan kebijakan secaara sempurna perfect implementation ada 10 sepuluh persyaratan :
1. kondisi ekternal yang dihadapi oleh badaninstansi pelaksana
tidak akan menimbulkan gangguan kenkdala yang serius. 2.
untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup memadai
3. perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia.
4. kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu
hubungan kualitas yang andal.
5. hubungan kualitas bersifat langsung dan hanya sedikit rantai
penghubungnya. 6.
hubungan saling ketergantungan harus kecil 7.
pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan 8.
tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat 9.
komunikasi dan kordinasi yang sempurna 10.
pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.
Variable-variabel kebijaksanaan bersangkut paut dengan tujuan-tujuan yang telah digariskan dan sumber-sumber yang
tersedia. Pusat perhatian pada badan-badan pelaksana meliputi organisasi formal maupun informal sedangkan komunikasi antar
organisasi terkait beserta kegiatam-kegiatan pelaksananya mencakup antar hubungan didalam lingkungan sistem politik dan dengan
kelompok-kelompok sasaran. Akhirnya pusat perhatian pada sikap para pelaksana mengatarkan kita pada telaah mengenai orientasi dari
mereka yang mengoperasionalkan program di lapangan.
2.2.6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Menurut Islamy 2004 : 107, menjelaskan bahwa kebijaksanaan akan menjadi efektif bila dilaksanakan dan
mempunyai dampak positif bagi anggota-anggota masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia yang menjadi
anggota masyarakat itu bersesuaian dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah dan Negara. Dengan demikian kalau mereka tidak
bertindakberbuat sesuai dengan keinginan pemerintah Negara itu, maka kebijaksanaan Negara menjadi tidak efektif.
Kebijaksanaan apapun sebenarnya mengadung resiko untuk gagal, Hogwood dan Gunn dalam Wahab 2004 : 61 telah
membagi pengertian kegagalan kebijaksanaan policy failure dalam 2 dua kategori, yaitu : non implementation tidak
terimplementasi dan unsuccessful implementation implementasi tidak berhasil
Tidak terimplementasi mengadung arti bahwa suatu kebijaksanaan tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin
karena pihak-pihak yang terlibat didalam pelaksanaanya tidak mau berkerjasama, atau mereka telah sepenuhnya menguasai
permasalahan, sehingga implementasi yang efektif sulit tercapai. Implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakala
suatu kebijaksanaan tertentu telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun mengingat kondisi ekternal teryata tidak
mengutungkan semisal tiba-tiba terjadi peristiwa pergantian kekuasaan, bencana alam dan sebagainya. Kebijaksanaan tersebut
tidak berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil akhir yang dikehendaki.
Menurut Hood dalam Wahab 2004 : 77, bahwa guna mencapai implementasi yang sempurna barangkali diperlakukan
suatu sistem satuan administrasi tunggal unitary administrative system seperti halnya satuan tentara yang besar yang hanya
memiliki satuan tanpa kompartementalisasi atau konflik dudalamnya.
2.2.6.3.Keberhasilan Implementasi Kebijakan
Menurut Rippley dan Franklin dalam Tangkilisan 2003 : 21, menyatakan keberhasilan implementasi kebijakan program
dan ditinjau dari 3 tiga factor yaitu : 1.
perspektif kepatuhan yang mengukur implementasi kebutuhan aparatur pelaksana
2. keberhasilan implementasi diukur dari kelancara rutinitas dan
tiadanya persoalan 3.
implementasi yang berhasil maengarah pada kinerja yang memuaskan semua pihak terutama kelompok penerima
manfaat yang diharapkan.
2.2.7. Dasar hukum penetapan kewajiban mengenai program lalu lintas.