2.2.2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik
Menurut Agustino 2006 : 22 proses pembuatan kebijakan merupakan serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur
menurut urutan waktu. Oleh karena itu kebijakan publik dilakukan ke dalam beberapa tahap proses pembuatan kebijakan sebagai
berikut : 1
Tahap penyusunan agenda Para pejabat yang diplih dan di angkat menempatkan masalah
pada agenda publik. Sebelumnya masalah – masalah ini berkompetensi terlebih dahulu untuk dapat masuk kedalam
agenda kebijakan.. 2
Tahap formulasi kebijakan Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan di bahas oleh
para pembuat kebijakan. Masalah – masalah tadi di definisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.
3 Tahap adopsi kebijakan
Dari sekian banyak alternative kebijakan yang di tawarkan oleh para perumus kabijakan, pada akhirnya salah satu dari alternative
kebijakan tersebut di adopsi dengan dukungan dari mayoritas legislative, consensus direktur lembaga atau keputusan peradilan.
4. Tahap implementasi kebijakan Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan – catatan
elit, jika program tersebut tidak di implementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternative
pemecahan masalah seharusnya di implementasikan. 5. Tahap penilaian kebijakan
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau di evaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat
telah mampu memecahkan masalah.
2.2.3. Aktor Kebijakan Publik di Indonesia
a. Pejabat Pembuat Kebiajakan Menirut Agustino 2006 : 29 yang dimaksud dengan
Pejabat pembuat kebijakan adalah orang yang mempunyai wewenang yang sah untuk ikut serta dalam formulasi hingga
penetapan kebijakan publik yang termasuk dalam pembuat kebiajakan secara normatif adalah : legislatif, eksekutif,
administrator dan para hakim. Masing-masing mempunyai tugas dalam pembuatan kebijakan yang relatif berbeda dengan
lembaga lain. b.
Aktor Yang terlibat Menurut Agustino 2006 : 41 di Indonesia, di era
reformasi ini, aktor kebijakan lembaga Negara dan pemerintah
yang berwenang membuat perundang-undang atau kebijakan adalah :
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR
2. Dewan Perwakilan Rakyat DPR
3. Presiden
4. Pemerintah
a. Presiden sebagai kepala Pemerintahan pemerintah pusat
b. Menteri
c. Lembaga Non-Departemen
d. Direktorat Jendral Dirjen
e. Badan-Badan Negara lainnya Bank Sentral, BUMN, dan
lainnya. f.
Pemerintah Daerah Propinsi g.
Pemerintah daerah kota atau kabupaten h.
Kepala desa i.
Dewan perwakilan daerah propinsi j.
Dewan perwakilan daerah kota atau kabupaten k.
Badan perwakilan desa BPD Lembaga-lembaga Negara dan pemerintah tersebut memiliki
peran dan wewenang masing-masing untuk membuat perundang kebijakan publik sesuai dengan kedudukannya dalam sistem
pemerintah.
2.2.3.1. Sifat Kebijakan Publik
Menurut Winarno 2002 : 19 sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep
ini dirinci beberapa kategori sebagai berikut : 1.
Tuntutan-Tuntutan Kebijakan Adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta
atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem politik.
2. Keputusan Kebijakan
Adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang mengesahkan atau memberi arah dan subtansi
kepada tindakan-tindakan kebijakan publik. 3. Peryataan-peryataan
Kebijakan Adakah peryataan-peryataan resmi atau artikulasi-artikulasi
penjelasan kebijakan publik. 4. Hasil-Hasil
Kebijakan Adalah manifestasi nyata dari kebijakan-kebijakan publik hal-hal
yang sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan peryataan-peryataan kebijakan.
5. Dampak-dampak kebijakan
Adalah akibatbagi masyarakat baik yang berasal dari tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah.
2.2.3.2. Manfaat Kebijakan Publik
Menurut Dye dan Anderson dalam Subarsono 2005 : 4, studi kebijakan publik memiliki tiga mangfaat penting yaitu :
1. pengembangan ilmu pengetahuan
dalam konteks ini, ilmuwan dapat menempatkan kebijakan publik sebagai variabel terpengaruh dependent variable
sehingga berusaha menentukan variabel pengaruhnya independent variable. Studi ini berusaha mencari variabel-
variabel yang dapat mempengaruhi isi dari sebuah kebijakan publik.
2. membantu para praktisi dalam memecahkan masalah-masalah publik
Dengan mempelajari kebijakan publik para praktisi akan memiliki dasar teoritis tentang bagaimana membuat kebijakan
publik yang baik dan memperkecil kegagalan dari suatu kebijakan publik. Sehingga ke depan akan lahir kebijakan publik
yang lebih berkualitas yang dapat menopang tujuan pembangunan.
3. Berguna untuk tujuan politik Suatu kebijakan publik yang dibuat melalui proses yang benar
dengan dukungan teori yang kuat memiliki posisi yang kuat terhadap kritik dari lawan-lawan politik. Kebijakan publik
tersebut dapat menyakinkan kepada lawan-lawan politik yang tadinya kurang setuju. Kebijakan publik seperti itu tidak akan
mudah dicabut hanya karena alasan kepentingan sesaat dari lawan-lawan politik.
2.2.4. Tujuan Kebijakan
Ada beberapa tujuan kebijakan menurut Hoogerwef dalam Soenarko 2000 : 82 yaitu:
a. Memelihara ketertiban umum Negara sebagai stabilisator
b. Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal
Negara sebagai perangsang, stimulator c.
Menyesuaikan berbagai aktivitas Negara sebagai kordinator d.
Memperuntukkan dam membagi berbagai materi Negara sebagai pembagi, alokator
Tujuan-tujuan yang demikian itu, tentu saja merupakan tujuan antara guna untuk memcapai tujuan akhir. Untuk bangsa
dan Negara Indonesia, tujuan kebijaksanaan itu adalah : a.
memajukan kesejahteraan umum b.
mencerdaskan kehidupan bangsa c.
ikut melaksanakan ketertiban dunia sedangkan untuk tujuan akhirnya goal adalah : masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945
2.2.5. Evaluasi Kebijakan