Encoding-Decoding Reception Analysis, Pemahaman Terhadap Khalayak Aktif

lain. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Reception Analysis karena metode ini merupakan metode yang paling tepat untuk mengetahui bagaimana pemaknaan khalayak terhadap suatu teks media, semantara penelitian ini pun berusaha untuk mengeksplorasi bagaimana para pendidik yang berbeda memaknai satu teks yang sama berdasarkan field of experience dan frame of reference-nya.

2.7.1 Encoding-Decoding

Pendekatan khalayak aktif semakin berkembang sebagai reaksi terhadap berbagai kajian khalayak yang mengasumsikan bahwa khalayak mengkonsumsi media secara pasif, dengan makna dan pesan dari media yang dengan mudah diterima oleh khalayak. Chris Barker dalam bukunya, Cultural Studies Teori dan praktek menyatakan bahwa pemirsa televisi bukanlah massa homogeny tak terdeferensiasi yang merupakan kumpulan individu yang saling terisolasi. Menonton televisi merupakan kegiatan yang sosial dan cultural yang pada intinya berkaitan dengan makna. Pemirsa merupakan pencipta makna yang aktif dalam hubungannya dengan televisi mereka tidak semata-mata menerima makna tekstual begitu saja dan mereka melakukannya berdasarkan kompetensi cultural yang telah diperoleh sebelumnya dalam konteks bahasa dan hubungan sosial. Jiga, teks dipandang memiliki makna yang multibentuk polisemi dan bukannya mengandung satu set makna yang jelas atau tidak ambigu. Teks adalah pembawa beragam makna, yang Cuma sebagiannya yang diterima pemirsa. Pemirsa yang terbentuk secara berbeda akan menanggapi makna tekstual yang berbeda juga Barker,2005:354-355 Barker menekankan bahwa pemirsa atau khalayak yang berbeda akan menanggapi makna teks secara berbeda, bergantung pada budaya yang membentuk khalayak tersebut. Hal ini berarti bahwa makna tidak terdapat pada teks itu sendiri, melainkan terdapat pada individu. Makna diciptakan melalui hubungan antar teks dan pembaca teks itu sendiri. Individu melakukan negosiasi makna terhadap teks. Latar belakang budaya masing-masing khalayaknya yang akhirnya menjelaskan mengapa satu khalayak memaknai teks sedemikian rupa, sementara yang lain tidak. Proses negosiasi makna seperti diatas tidak lepas dari proses encoding- decoding. Hall dalam beaker memahami proses encoding proses menanamkan kode-kode ke dalam teks sebagai artikulasi dari momen-momen produksi, sirkulasi, distribusi dan reproduksi yang bisa dibedakan tapi saling terkait. Diproduksinya makna tidak menjamin dikonsumsinya makna tersebut sebagaimana dimaksud para encoder penanampenyampai kode karena pesan media, yang terkonstruksi sebagai system tanda dengan berbagai komponen yang aksentuasinya beragam, bersifat polisemi Barker, 2005:356. Makna dan pesan tidak sekedar ditransmisikan, keduanya senantiasa diproduksi : pertama oleh sang pelaku encoding dari bahan ‘mentah’ kehidupan sehari-hari; kedua, oleh khalayak dalam kaitannya dengan lokasinya pada wacana-wacana lainnya. Selain itu, sebagaimana dijabarkan Hall, momen encoding dan decoding mungkin tidak benar-benar simetris. Para professional media mungkin menginginkan decoding sama dengan encoding, namun mereka tidak bisa memastikan atau menjamin hal ini Storey, 2007:14 Hall menyatakan tiga posisi khalayak dalam proses decoding. Yang pertama adalah dominant hegemonic. Dalam posisi ini, khalayak menerima dan menyetujui makna yang disodorkan oleh teks atau yang disebut dengan preferred meaning. Kedua adalah negotiated code, dimana dalam posisi ini khalayak mencocokkan mekna mereka dengan makna dalam teks, dan yang ketiga adalah oppositional code, dimana pada proses decoding ini informan menolak makna yang disodorkan oleh teks Storey, 2007:14-16. Pendek kata, pesan-pesan tersebut membawa beragam makna dan bisa ditafsirkan secara berbeda-beda. Bukan berarti bahwa semua makna punya kedudukan yang ssejajar, teks akan ‘terstruktur dalam dominasi’ yang mengarahkan pada suatu ‘makna yang lebih diinginkan’, makna yang disodorkan pada kita oleh teks. Khalayak yang memiliki kode-kode cultural yang serupa dengan para encoder akan melakukan decoder pesan-pesan yang disampaikan dengan kerangka yang sama. Tetapi kalau berada pada posisi sosial yang berbeda, maka proses decode pesan bisa mengambil jalan alternatif Barker, 2005:356-357. Artinya, bahwa seorang pengarang, sutradara, atau apapun yang bertindak sebagai kominikator dalam proses komunikasi tidak dapat memastikan bahwa makna pesan yang disampaikan akan diterima sama persis oleh khalayak karena adanya perbedaan latarbelakang, kecuali jika kedua belah pihak memiliki kacamata budaya yang sama.

2.8 Kerangka Berfikir

Dokumen yang terkait

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT ”PERINGATAN PERLINTASAN KERETA” DI TELEVISI (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Terhadap Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat ”Peringatan Perlintasan Kereta” di Kota Surabaya).

0 0 101

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT VERSI SME TOWER (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat Versi SME Tower di Televisi).

1 3 82

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG ISI PESAN IKLAN DI TELEVISI (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Isi Pesan Iklan Ades Versi “Langkah Kecil Memberikan Perubahan” di Televisi).

0 1 77

TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT PAUD DI TELEVISI (Studi Deskriptif Tentang Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Di Surabaya Tentang Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat PAUD).

0 1 76

Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat di Televisi (Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya tentang Isi Pesan Iklan Jasa Raharja Versi ”Jaja Miharja” di Televisi).

0 4 91

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT “UMKM” (Studi Deskriptif Tingkat Penegtahuan Masyarakat Surabaya Tentang Iklan Layanan Masyarakat ”UMKM” di Televisi).

0 0 82

TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT PAUD DI TELEVISI (Studi Deskriptif Tentang Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Di Surabaya Tentang Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat PAUD)

0 0 19

Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat di Televisi (Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya tentang Isi Pesan Iklan Jasa Raharja Versi ”Jaja Miharja” di Televisi)

0 0 23

PERSEPSI GURU TENTANG ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT SEKOLAH GRATIS DI TELEVISI (Studi Deskriptif Kuatitatif Persepsi Guru di Surabaya Tentang Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat Sekolah Gratis di Televisi)

0 0 18

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG ISI PESAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT VERSI SME TOWER (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Tentang Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat Versi SME Tower di Televisi) SKRIPSI

0 0 23