Studi Literatur a. Pengertian Lansia

12 Jadi kesimpulannya Pusat Pelayanan Lanjut Usia di Jember adalah suatu hunian dengan fasilitas yang menampung kegiatan pelayanan bagi lansia untuk memenuhi dan memuaskan semua kebutuhan lansia yang tidak dapat diberikan oleh keluarganya sesuai dengan kebutuhan dan pelayanan bagi lansia.

2.1.2 Studi Literatur a. Pengertian Lansia

Menurut undang-undang No.13 th 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia , pada yang dimaksud lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas, yang ditandai dengan terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi. Menurut definisi dari Depkes RI, definisi lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yaitu menurunnya berbagai fungsi organ-organ tubuh antara lain terjadi perubahan pada sistem pencernaan, pernafasan, kardiovasculer, endokrin, reproduksi dan lain-lain. Astuti Yuni Nursasi, Poppy Fitriyani Makara, Kesehatan vol 6. Desember 2002 Berdasarkan fase yang dialami manusia selama hidupnya, umur manusia dibagi dalam 4 fase, yaitu :  Fase Iuventus, antara 25-40 tahun yaitu usia reproduktif.  Fase Vertilitas, antara 40-50 tahun menjelang usia lanjut yaitu masa persiapan usia lanjut, yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa.  Fase Praesenium, antara 55-65 tahun usia lanjut dini  Fase Senium,antara 65 tahun sampai tutup usia yaitu Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi menderita penyakit berat, atau cacat. Merujuk pada UU No.13th.1998 diatas, lansia yang dimaksud termasuk dalam Fase Prasenium dan Senium. Ciri-ciri lansia pada fase tersebut diantaranya adalah : 1. Fase Prasenium :  Fungsi tubuh menurun, seperti berkurangnya penglihatan 76,24 , daya ingat 69,39 , dan kelenturan atau elastisitas kulit 53,23 . 13  Masalah kesehatan sering muncul, seperti sakit tulang 69,39 , sakit kepala 51,15 , selera makan menurun mual 30,08 , sulit tidur 24,88 .  Penurunan aktivitas paru mengembang mengempisnya sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan dan menyebabkan sesak nafas 21,28 .  Pada lansia wanita mengalami menopause.  Diabetes melitus 3,3. 2. Fase Prasenium :  Lambat dalam merespon dan berfikir.  Mengalami Presbiakusis gangguan pada pendengaran, hilangnya kemampuan daya pendengaran pada telinga dalam 50 , terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata.  Mengalami osteoporosis.  Tekanan darah meningkat 15,2 akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer normal ± 17095 mmHg .  Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menjadi menurun sampai 50 , penyaringan. Mengakibatkan vesika urinaria atau kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, dan kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK Buang Air kecil meningkat, sehingga tidak dapat menahan kencing.  Pembesaran prostat pada lansia pria 75 .  Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap ± 80 , hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam pahit.  Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka-luka kurang baik. 14 Sumber:http:nursecerdas.wordpress.com20090112keperawatan-gerontik Berdasarkan fase umur dan ciri-cirinya maka studi ruang berdasarkan konsep comfortable kenyamanan, yaitu : a. Lansia dengan fungsi penglihatan, pendengaran, dan daya ingat yang semakin menurun, tipe-tipe kamar pada tampilan facadnya dibedakan sesuai dengan keadaan lansia. Bagi lansia dengan penglihatan dan pendengaran yang semakin berkurang, kamar terletak pada tatanan massa paling depan diantara massa-massa hunian. Serta terdapat banyak bukaan pada kamar, dimaksudkan agar kamar tidak gelap dan memaksimalkan penerangan alami yang masuk ke dalam kamar. b. Lansia yang mengalami sesak nafas dan susah tidur Dimensia, kamar terdapat banyak bukaan agar sirkulasi udara yang masuk cukup banyak dan kamar tidak menjadi lembab. Kamar menghadap ke view yang menarik dan berada pada area yang tidak berdekatan dengan jalan raya utama, sehingga polusi udara masih rendah. c. Lansia yang mengalami penyakit Diabetes Melitus DM dan Osteoporosis, pada kamar lansia hindari kolom-kolom menonjol atau sudut-sudut yang mengakibatkan lansia lansia cidera. Furnitur di desain khusus tanpa ada sudut-sudut yang tajam setiap ujungnya, serta tempat tidur yang tardiri dari beberapa layer agar panderita osteoporosis nyaman dan tidak merasa nyari saat tidur. d. Lansia yang frekwensi BAK Buang Air kecil meningkat, sehingga tidak dapat menahan kencing Inkontinensia. Kamar terletak terpisah dari kamar- kamar lansia lainnya. Diperlukan banyak bukaan pada kamar isolasi lansia yang mengalami inkontinensia, sehingga kamar lansia tidak manjadi lembab, bau dan pengap. Mengingat kondisi lansia yang intensitas buang air kecilnya semakin meningkat. Penataan kamar didesain minimalis, dengan tidak banyak perabot pada ruangan. Perabot didesain khusus bagi lansia yang mengalami inkontinensia. 15

b. Standart Pelayanan Panti Jompo