PUSAT PELAYANAN LANJUT USIA Di JEMBER.

(1)

i

TUGAS AKHIR

PUSAT PELAYANAN LANJUT USIA

Di JEMBER

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (Strata - 1)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

Diajukan Oleh :

NALINDRA PRIMA YUNITA

0651010062

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”

JAWA TIMUR

2010


(2)

ii

TUGAS AKHIR

PUSAT PELAYANAN LANJUT USIA DI JEMBER

Dipersiapkan dan disusun oleh :

NALINDRA PRIMA YUNITA

NPM : 0651010062

Telah dipertahankan didepan tim penguji Pada tanggal : 2 Agustus 2010

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S-1)

Tanggal :

Dr. Ir. Edi Mulyadi, SU NIP. 19551231 198503 1 00 2 Pembimbing Utama

Ir. Sri Suryani Yuprapti Winasih NIP. 030 223 070

Pembimbing Pendamping

Eva Elviana, ST., MT NPTY. 3 6604 94 0032 1

Penguji

Ir. Erwin Djuni W., MT NPTY. 3 6506 99 0166 1

Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT. NPTY. 3 6706 94 0034 1

Ir. Niniek Anggriani, MTP NIP. 030 191 335


(3)

iii

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

PUSAT PELAYANAN LANJUT USIA Di JEMBER

Nalindra Prima Yunita 0651010062

ABSTRAKSI

Pusat Pelayanan Lanjut usia di Jember merupakan sebuah tempat yang mewadahai kegiatan pelayanan bagi lansia untuk memenuhi dan memuaskan semua kebutuhan lansia yang tidak dapat diberikan oleh keluarganya sesuai dengan kebutuhan dan pelayanan bagi lansia.

Pusat Pelayanan Lanjut Usia ini terletak di kawasan Jember bagian tengah, tepatnya di jalan Puger Balung Kulon Kec. Balung, lokasi yang dianggap strategis ini masih berada pada daerah pedesaan dengan tingkat kepadatan rendah, sehingga tingkat polusi udara pun juga masih rendah. Diharapkan lokasi ini dapat memberikan kenyamanan bagi lansia yang tinggal di pusat pelayanan ini dan mampu menampung serta mewadahi berbagai kegiatan lansia, sehingga para lansia tetap dapat bersosialisasi dan mengembangkan hobi mereka.

Metode pembahasan yang digunakan berupa pengumpulan data yang mendukung diperlukannya sebuah pusat pelayanan lanjut usia di Jember, yang kemudian dianalisa disertai contoh studi kasus dan literatur sejenis, sehingga pencapaian akhir dapat memberi gambaran yang jelas mengenai obyek yang akan dirancang.

Gagasan awal rancangan dari berdasarkan perkembangan tingkat ekonomi masyarakat kota Jember yang semakin meningkat sehingga keberadaan lansia semakin terabaikan dan kewajiban sebagai anak untuk merawat para lansia menjadi terabaikan. Konsep dari Pusat Pelayanan Lanjut Usia ini yaitu ”comfortable and behavior”, dimana konsep ini berdasarkan pertimbangan dari sifat, kebiasaan, dan kebutuhan para lansia serta kenyamanan lansia di dalamnya. Dimana sifat dan kebiasaan dari lansia yang cenderung takut akan kesepian dan lebih suka berkumpul, serta ingin tempat tinggal yang memberikan kenyamanan dan ketentraman selama mereka mengisi hari tua mereka. Maka dibangun Pusat Pelayanan Lanjut Usia ini yang menydiakan fasilitas sesuai dengan kebutuhan lansia.


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan petunjuk- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Tugas akhir ini. Dimana laporan ini merupakan salah satu bagian untuk menyelesaikan studi perguruan tinggi S1 jururan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan di UPN Veteran Jawa Timur.

Adapun maksud penulisan Laporan ini adalah untuk memenuhi persyaratan Tugas Akhir pada program studi arsitektur. Proposal usulan judul ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai lingkup proyek yang akan dikerjakan, baik keseluruhanya maupun kedalamannya. Adapun judul yang penyusun usulkan adalah :

” PUSAT PELAYANAN LANJUT USIA DI JEMBER ”

Saya menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna ataupun banyak kekurangan,. Untuk itu, saya selalu membuka diri untuk menerima dan menghargai kritikan dan saran demi kesempurnaan proposal ini. Proposal ini diharapkan dapat bermanfaat dan membantu rekan mahasiswa lain, khususnya dalam bidang arsitektur.

Bersama ini saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung agar proposal ini terselesaikan, namun kesempurnaan adalah milik Tuhan maka jika terdapat kekurangan ataupun kesalahan penyusun mengharapkan saran kritik sehingga dapat membantu penyelesaian yang lebih baik. Dan semoga laporan ini dapat berguna bagi semua pihak, khususnya mahasiswa teknik arsitektur.

Surabaya,2 Agustus 2010


(5)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Demikian saya haturkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah banyak membantu, yaitu sebagai berikut :

- Allah SWT.

- Dekan FTSP UPN “VETERAN” JATIM, Bpk. Ir. Edi Mulyadi, MT - Kajur Program Studi Arsitektur, Bpk. Ir. Syaifuddin Zuhri, MT

- Ir. Sri Suryani. Y.W, MT, selaku dosen pembimbing saya mulai dari mata kuliah seminar hingga tugas akhir dan koordinator Tugas Akhir. Terimakasih untuk kesabaran ibu dalam membimbing saya.

- Eva Elviana, ST., MT selaku dosen pembimbing kedua saya dan dosen mata kuliah seminar. Terima kasih atas bimbingan Ibu,.

- M. Pranoto, ST, MT selaku dosen wali yang yang selama 4 tahun sudah menjadi “bapak” saya di kampus.. Terimakasih bapak, yang juga selaku dosen penguji seminar saya, terima kasih atas saran-saran yang telah bapak berikan pada saat sidang seminar. Semua saran dan masukan bapak sangat membangun.

- Ir. Niniek Anggriani, MTP, sebagai dosen penguji sidang seminar, pendadaran dan sidang lisan saya. Terima kasih atas saran dan masukan ibu sewaktu seminar, pendadaran dan sidang lisan.

- Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT, sebagai dosen penguji sidang lisan saya. Terima kasih atas saran dan masukan ibu sewaktu sidang lisan.

- Ir. Erwin Djuni Winarto, MT, sebagai dosen penguji sidang lisan saya. Terima kasih atas saran dan masukan bapak sewaktu sidang lisan. Semua saran dan masukan bapak sangat membangun untuk saya.

- Seluruh dosen-dosen. Bpk Lily, Bpk Udin, Bu Ami, Bu Panca, Bu Dyan, bpk Heru, Bpk Dyan, Bpk Akdjab, Bpk Edi (Bpk Dekan Tercinta!) Dan seluruh dosen-dosen yang sudah membimbing saya selama 4 tahun ini.

- Kepala panti jompo Jember, Pandaan dan Bondowoso serta seluruh pengurus atau pegawai panti jompo. Terimakasih dengan penerimaannya yang sangat baik. Telah


(6)

vi

diijinkan survey, mengambil gambar dan banyak meminta data disana. Semuanya sangat berguna untuk alternatif referensi studi kasus saya.

- Pemilik dan pengurus Panti jompo Hargo Dedali. Terima kasih karena telah diijinkan survey dan banyak meminta data disana. Kebaikan kalian sangat membantu kelancaran selesainya laporan saya.

- Wiwit, Nduk (Lusy), dan Peb...(temen2 KP). Ingat kenangan kita slama KP yang tidak akan terlupakan.

- Seluruh keluarga besar FTSP SATU. SELURUH KELUARGA BESAR ARSITEKTUR.

- Keluarga besar Arsitek angkatan 2006. Susah seneng telah kita lalui selama 4 tahun. Berkat kalian semua hari-hari saya menjadi penuh warna, walaupun tugas-tugas menumpuk kita tetap merasa senang.

- Temen2 angkatan 2006 yang belum sidang, tetep Semangat untuk kalian. - Kakak-kakak angkatan 2004 dan 2005.

- Temen-teman Ospek saya resti, niar, rina, sulthon, ichwan, ari, lutfi, dan dani, berkat kalian hari--hari saya selama ospek yang melelahkan menjadi menyenangkan. Akan menjadi kenangan yang takkan terlupakan.

- Mas Rosy, Makasih sudah setia menunggu kunci studio TA sewaktu saya dan teman-teman pulang malem sebelum ujian lisan.

- Sahabat-sahabat saya selama 4 tahun, mulai dari awal semester sampai lulus yang setia menemani dan menjadi teman terbaik saya. Lusy, peb, dani, ardiansyah, anam, dheniar, & sony. Tanpa kalian apalah jadinya saya.

- Temen studio TA yang telah berjuang bersama-sama dengan saya, hari-hari menjadi menyenangkan berkat kalian selama di studio TA.

Ini ucapan spesial untuk orang-orang tercinta yang memberiku Semangat. Keluarga besarku tercinta.

- Mama saya tercinta yang selalu memberi dorongan dan doa untuk saya. Berkat mama saya dapat menyelesaikan TA saya.


(7)

vii

- Papa saya tersayang (sekaligus Kepala UPT Jember dan Pandaan) yang selalu memberi saya masukan dan data-data yang saya perlukan. Tanpa papa saya tidak akan mengerti semua pengetahuan tentang proyek tugas akhirku.

- Adikku tersayang, terima kasih telah menemani saya begadang selama pengerjaan TA dirumah.

- Andhika Z.A yang setia menemaniku kemana-mana dalam pencarian data-data TA saya sampai ke Jember. Semangat untuk skripsinya, saya siap membantu kapan saja.

- Spesial untuk anam yang telah membantu saya dalam proses TA.Thanks a lot untuk anam.

- Kakak saya tercinta yang akan kembali ke nergara asalnya Timor Leste “kakak

Nelia”, banyak kenangan yang telah kita lalui selama studio TA. I will be missing u

sistah.

- For my best friend febrian dan lusy, jangan pernah lupakan persahabatan kita walaupun kita tela lulus dan berpisah.

- Febrian hariono, terima kasih telah menjadi sahabat dan mengantar jemput saya kuliah. U are my best friend.

Surabaya,2 Agustus 2010


(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR DIAGRAM... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ...1

1.2Maksud dan Tujuan ...5

1.3Batasan dan Asumsi ...6

1.4Tahapan Perancangan ...7

1.5Sistematika laporan ...9

BAB II TINJAUAN OBYEK RANCANGAN 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Pengertian Judul Proyek ...11

2.1.2 Studi Literatur ...12

2.1.3 Studi Kasus ...19

2.1.4 Hasil Studi Kasus ...31

2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1 Lingkup Pelayanan ...35

2.2.2 Struktur Organisasi ...36

2.2.3 Aktifitas dan Kebutuhan Ruang ...36

2.2.4 Perhitungan Luas Ruang ...40


(9)

ix

BAB III TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN

3.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi ...50

3.2 Penetapan Lokasi ...54

3.3 Kondisi Fisik Lokasi 3.3.1 Eksisting Site ...55

3.3.2 Aksesibilitas ...61

3.3.3 Potensi Lingkungan ...62

3.3.4 Infrastruktur Kota ...63

3.3.5 Peraturan Bangunan Setempat ...66

BAB IV ANALISA RUANG 4.1 Analisa Ruang 4.1.1 Organisasi Ruang ...67

4.1.2 Hubungan Ruang dan Sirkulasi ...74

4.1.3 Diagram Abstrak ...75

4. 2 Analisa Site 4.2.1 Analisa Aksesibilitas ...77

4.2.2 Analisa Iklim ...80

4.2.3 Analisa Lingkungan Sekitar ...81

4.2.4 Analisa Zoning ...82

4.3 Analisa Bentuk dan Tampilan 4.3.1 Analisa Bentuk ...84

4.3.2 Analisa Tampilan ...86

BAB V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Ruang Luar 5.1.1 Konsep Pola Tatanan ...89

5.2.1 Konsep Sirkulasi ...90

5. 2. Konsep Bangunan 5.1.2 Konsep Bentuk ...92


(10)

x

5.3.2 Konsep Struktur ...94

5.4.2. Konsep Mekanikal Elektrikal .………..………...95

5.3 Konsep Interior 5.1.3 Konsep Ruang Dalam ...96

5.2.3 Konsep Suasana Ruang ...97

5.3.3 Konsep Susunan atau Pola Ruang ...97

BAB VI. APLIKASI PERANCANGAN 6.1 Aplikasi Ruang Luar 6.1.1 Aplikasi Pola Tatanan ...101

6.1.2 Aplikasi Sirkulasi ...102

6.2 Aplikasi Bangunan 6.1.2 Aplikasi Bentuk ...104

6.2.2 Aplikasi Tampilan ...105

6.3.2 Aplikasi Struktur ...107

6.3 Aplikasi Interior 5.1.3 Aplikasi Ruang Dalam ...108

5.2.3 Aplikasi Suasana Ruang ...111

5.3.3 Aplikasi Susunan atau Pola Ruang ...112

PENUTUP... 113

DAFTAR PUSTAKA ...114 LAMPIRAN


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Panti Jompo Pemerintah yang Tersebar di 8 Kabupaten/Kota ...4 Tabel 1.2 Pertumbuhan Penduduk Lansia di Indonesia ...5 Tabel 1.3 Pertumbuhan Penduduk Lansia di Jember ...5


(12)

xii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Hubungan ruang ………..67

Diagram 4.2 Organisasi ruang secara makro ...68

Diagram 4.3 Hubungan Ruang Pengelola ...69

Diagram 4.4 Organisasi ruang pengelola secara mikro ...70

Diagram 4.5 Hubungan Ruang Poliklinik ...70

Diagram 4.6 Organisasi ruang Poliklinik secara mikro ...71

Diagram 4.7 Organisasi ruang Besrsama ...72

Diagram 4.8 Hubungan ruang bersama secara mikro ...72

Diagram 4.9 Organisasi ruang hunian lansia...73

Diagram 4.10 Organisasi ruang hunian lansia secara mikro...73

Diagram 4.11 Organisasi Hubungan ruang ...74


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kursi bagi lansia penderita inkontinensia ...15

Gambar 2.2 Tempat tidur khusus bagi lansia yang mengalami inkontinensia ...15

Gambar 2.3 Tinggi ramp bagi pengguna kuris roda ...16

Gambar 2.4 Desain kamar mandi ksusus bagi lansia ...16

Gambar 2.5 WC untuk pengguna kursi roda ...16

Gambar 2.6 Desain kamar mandi khusus bagi lansia pengguna kursi roda ...17

Gambar 2.7 Desain kamar mandi khusus bagi lansia pengguna kursi roda ...17

Gambar 2.8. Organisasi ruang bagi lansia penggunan kursi roda ...18

Gambar 2.9 Perletakan perabot yang mudah dijangkau dan aman bagi lansia ...18

Gambar 2.10 Perletakan perabot yang mudah dijangkau dan aman bagi lansia ...18

Gambar 2.11 Tampak depan Panti Hargo Dedali ...19

Gambar 2.12 Kantor pengelola dan aula Panti hargo Dedali ...20

Gambar 2.13 Kamar tidur lansia pada sisi barat ...21

Gambar 2.14 Korodor kamar tidur lansia sisi barat ...21

Gambar 2.15 Kamar tidur lansia pada sisi timur ...21

Gambar 2.16 Korodor kamar tidur lansia sisi barat ...21

Gambar 2.17 Kamar karyawan panti hargo Dedali ...21

Gambar 2.18 Sketsa tampak depan kamar karyawan ...21

Gambar 2.19 Kamar lansia yang sedang sakit ...21

Gambar 2.20 Kamar isolasi ...22

Gambar 2.21 Ruang makan dan dapur pada panti Hargo Dedali...22

Gambar 2.22 Kamar mandi bagi lansia ...22

Gambar 2.23 Denah kamar mandi lansia ...22

Gambar 2.24 Taman ...23

Gambar 2.25 Pos jaga keamanan ...23

Gambar 2.26 Sketsa tatanan massa Panti Hargo Dedali ...24


(14)

xiv

Gambar 2.28 Denah kamar tidur lansia ...25

Gambar 2.29 Penataan interior kamar lansia ...25

Gambar 2.30 Denah kamar isolasi lansia ...25

Gambar 2.31 Kamar isolasi lansia yang sakit ...26

Gambar 2.32 Denah kamar isolasi lansia yang sakit ...26

Gambar 2.33 Interior kamar lansia yang sakit dan ruang isolasi lansia ...26

Gambar 2.34 Denah kamar karyawan ...27

Gambar 2.35 Graha Werdha AUSSI ...27

Gambar 2.36 Penataaan interior kamar jenis standart ...28

Gambar 2.37 Penataan interior kamar jenis VIP ...28

Gambar 2.38 Tampilan Balhousie The Grange Care Home ………29

Gambar 2.39 Family Lounge ...30

Gambar 2.40 Rehabilitation Room for pain bone ……….………...30

Gambar 2.41 Kamar tidur bagi lansia ...30

Gambar 2.42 Ruang TV Area ...30

Gambar 2.43 Kamar khusus bagi lansia yang sakit ...31

Gambar 2.44 hubungan antar ruang ...31

Gambar 2.45 Halaman belakang Nursing Homes ...31

Gambar 2.46 Tinggi ramp bagi pengguna kuris roda ...32

Gambar 2.47 WC untuk pengguna kursi roda ...32

Gambar 2.48 Desain kamar mandi khusus bagi lansia pengguna kursi roda ...32

Gambar 2.49 Perancangan ruang bagi lansia yang menggunakan kursi roda ...33

Gambar 2.50 Gambar organisasi ruang panti jompo diCumbernauld ...34

Gambar 3.1 Peta Jember ...51

Gambar 3.2 Peta batas-batas kota Jember ...51

Gambar 3.3 Peta lokasi secara makro ...54

Gambar 3.4 Peta lokasi secara mikro ...55

Gambar 3.5 Foto Eksisting Site ...55


(15)

xv

Gambar 3.7 Gambar Batas utara site ...57

Gambar 3.8 Gambar Batas Selatan site ...57

Gambar 3.9 Gambar Batas barat site ...58

Gambar 3.10 Gambar Batas timur site ...58

Gambar 3.11 Gambar Peta keadaan kontur ...59

Gambar 3.12 Gambar Pohon trembesi, tanaman jagung, dan pisang ...60

Gambar 3.13 Jalan Utama (primer) ...61

Gambar 3.16 Gambar Rumah Sakit balung ...62

Gambar 3.17 Gambar Kantor Kecamatan Balung ...62

Gambar 3.18 Gambar Kantor Kepolisian Balung ...63

Gambar 3.19 Gambar Pintu air ...63

Gambar 3.20 Gambar Sungai Bedadung ...64

Gambar 3.21 Gambar Kantor pusat PDAM ...64

Gambar 3.22 infrastruktur jalan kota Jember ...65

Gambar 3.23 Pusat Kantor Telkom ...66

Gambar 3.24 Kantor anak cabang Telkom ...66

Gambar 4.1 Hubungan sirkulasi masing-masing blok massa bangunan ...76

Gambar 4.2 Sketsa hubungan antar ruang dan sirkulasi pada hunian lansia ...77

Gambar 4.3 Sketsa hubungan antar ruang dan sirkulasi pada ruang bersama ...77

Gambar 4.4 Analisa alur menuju lokasi site ...78

Gambar 4.5 Analisa aksesibilitas ...79

Gambar 4.6 Sketsa IN & OUT ke lokasi site ...79

Gambar 4.7 Gambar analisa klimatologi pada site ...80

Gambar 4.8 Gambar analisa klimatologi pada site ...80

Gambar 4.9 Analisa zoning site ...83

Gambar 4.10 Transformasi bentuk Hunian Lansia ...84

Gambar 4.11 Transformasi Bentuk Ruang bersama ...85

Gambar 4.12 Sketsa tranformasi bentuk R.Pengelola ...85


(16)

xvi

Gambar 4.14 Sketsa tatanan massa ...89

Gambar 4.15 Kantor Polisi dan kecamatan ...90

Gambar 4.16 Gambar rumah sakit Balung ...90

Gambar 5.1 Pola Tatanan Massa Bangunan ...90

Gambar 5.2 Alur Sirkulasi Ruang dalam pada Hunian Lansia ……….…….91

Gambar 5.3. Lay Out ………....…..92

Gambar 5.4 Sketsa tranformasi bentuk Hunian Lansia ...93

Gambar 5.5 Sketsa tranformasi bentuk R.bersama ...93

Gambar 5.6 6  Sketsa tranformasi bentuk R.Pengelola ……….…..93

Gambar 5.7 Pola Ruang Dalam Kamar Lansia ……….……….98

Gambar 6.1. Vegetasi Pada Area Gedung ……….……..100

Gambar 6.2. Vegetasi Pada Area Gedung ………..……….100

Gambar 6.3. Penyelesaian Ruang Luar Penghubung antar Massa Bangunan ……..101

Gambar 6.4 Pola Tatanan Massa ………102

Gambar 6.5. Sirkulasi Dalam Site ………...103

Gambar 6.6. Bentukan Site ………..…104

Gambar 6.7. Aplikasi Bentuk Massa Hunian lansia ………..…...105

Gambar 6.8. Aplikasi Bentuk Massa Ruang bersama ………..…105

Gambar 6.9. Aplikasi Bentuk Massa Tiap bangunan ………..105

Gambar 6.10 Aplikasi Tampilan Hunian Lansia ………...………….106

Gambar 6.11 Aplikasi Tampilan bangunan ………..……107

Gambar 6.12 Pusat Pelayanan Lanjut usia di Jember ………...………....107

Gambar 6.13 Interior Kamar Tipe A ……….………...109

Gambar 6.14 Interior Kamar Tipe B .………..….110

Gambar 6.15 Interior Kamar Tipe C …...110

Gambar 6.16 Kamar mandi Lansia ……….110

Gambar 6.17 Interior Ruang Serbaguna ………..111

Gambar 6.18 Interior R.makan ………...……….111


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Standarisasi Ukuran Kursi roda dan luasan ruang Lampiran 2 Tabel-tabel Jumlah Lansia di Jawa Timur

Tabel-tabel Panti Jompo Pemerintah yang Tersebar di 8 Kabupaten/Kota Tabel-tabel Panti Jompo Swasta yang Tersebar di 8 Kabupaten/Kota Tabel-tabel Lansia Telantar Pemkot Surabaya

Lampiran 3 Artikel Lansia Telantar Pemkot Surabaya Tak Punya Panti Werdha Lampiran 4 Peta kontur

Lampiran 5 Gambar Perancangan Lampiran 6 Gambar Maket


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Saat ini hidup dijaman serba modern, dimana kehidupan masyarakat dituntut oleh kebutuhan yang kompleks sehingga masyarakat akan condong kearah individualisme. Gaya hidup individualisme inilah yang nantinya akan berdampak pada kehidupan keluarga. Tuntutan ekonomi yang semakin meningkat membuat prioritas hanya pada keluarga inti saja, dan para lanjut usia yang merupakan figur tersendiri dalam kehidupan keluarga kini menjadi kurang mendapat perhatian, khususnya oleh anak-anak mereka.

Manusia dikatakan lansia (Lanjut Usia) jika seseorang berusia 60 tahun ke atas, dimana secara fisik dan kekuatannya menurun, namun nilai intelektualnya lebih tinggi (Suharno, 2009). Pada umumnya kelompok lansia, mengalami degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental (Hardywinito dan Setiabudi, 1999). Menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan fisik akan mengakibatkan para lansia secara perlahan akan menarik diri dari hubungan masyarakat di sekitarnya. Hal ini akan menyebabkan interaksi sosial mereka akan menurun baik secara kualitas maupun kuantitas, akibatnya kondisi seperti tersebut akan berpengaruh pada kegiatan sosialisasinya, perasaan, dan kemampuan mereka dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari (Activitas of Dily Life).

Secara ilmiah proses penuaan tidak dapat dicegah dan sudah menjadi kodrat bagi setiap orang yang harus dijalani, namun proses tersebut diharapkan tidak diikuti dengan timbulnya dampak ketergantungan pada orang lain dan kecacatan pada dirinya, sehingga para lansia tetap dapat bersosialisasi tanpa harus menjadi beban bagi keluarga maupun lingkunganya. Perubahan peran dan aktivitas lansia berpengaruh pada emosi yang menyebabkan timbulnya gangguan mental pada diri lansia sehingga diperlukan perawatan untuk memulihkan kondisi semula.


(19)

2

Lanjut usia memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow dalam Koswara (1991) yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi :

(1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.

(2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya.

(3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi,

kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya.

(4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya.

(5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.

Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya. Dimana kemandirian lanjut usia dapat dilihat dari kemampuan untuk melawan aktivitas normal sehari-hari (Activitas of Dily Life).

Kemandirian lansia tidak hanya diukur dari kemampuan mereka dalam beradaptasi dan beraktivitas normal sehari-hari, tetapi juga dari kondisi tubuh ataupun


(20)

3

kesehatan lansia. Semakin lemah kondisi kesehatan lansia semakin berkurang pula tingkat kemampuan mereka dalam beraktivitas. Kurang lebih 74% penduduk lansia telah menderita penyakit kronik yang menyebabkan tingkat kemandirian dan beraktivitas lansia berkurang. Adapun Gangguan penyakit yang dapat mempengaruhi kestabilan psikologis, kemandirian, dan kemampuan beraktivitas para lansia adalah :

 5 Lima penyakit utama yang sering diderita para lansia, yaitu meliputi :

Diabetes, infeksi saluran pernafasan, kanker, TBC, jantung dan tekanan darah tinggi (Hipertensi).(Sumber : WWW.Google.com/Penyakit pada lansia)

 Kondisi fisik yang menurun seperti, kemampuan pengelihatan, pendengaran, moralitas dan stabilitas semakin menurun.

Gangguan jira, karena setelah mengalami pasca stroke.

Inkontinensia (tidak bisa menahan kokuarnya untuk buang air)

Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai penduduk lansia tertinggi didunia (Suharno, 2009). Tahun 2020 Indonesia akan menjadi negara kelima yang terbanyak lansianya, dimana pada urutan pertama adalah Jepang (15%), menyusul Hongkong (9,6%) Singapura (7%), dan India (4,8%). Untuk Indonesia pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan mencapai 18,5 juta (Suharno, 2009). Sedangkan pada United State Burea of Sensus, dalam 35 tahun mendatang Indonesia paling tinggi jumlah kenaikan lansianya .

Provinsi Jawa Timur umumnya sudah termasuk dalam kelompok wilayah yang memiliki struktur penduduk tua (Surabaya Post, 29 Mei 2008). Jumlah Lansia telah mencapai 11% dengan AHH (Angka Harapan Hidup) mencapai 67 tahun, dan pada tahun 2020 Usia Harapan Hidup diperkirakan akan terus meningkat menjadi 71,1 tahun (Suharno, 2009). Tingginya jumlah lansia menuntut Pemerintah Propinsi Jatim untuk lebih memperhatikan kebutuhan kehidupan bagi lansia tersebut.

Panti jompo merupakan salah satu fasilitas bagi lansia dalam mengisi hari tua. Fasilitas panti jompo yang memenuhi standar kebutuhan dan kenyamanan sangat menunjang memulihkan kondisi fisik dan mental para lansia.


(21)

4

Pemerintah propinsi Jatim memiliki 8 panti jompo yang tersebar di 8 kabupaten/kota di Jatim, sedangkan yang dikelola oleh swasta sebanyak 18 panti (lihat pada lampiran 1) yang tersebar di 8 kabupaten/kota di Jatim. Surabaya sendiri baru memiliki 6 panti jompo yang dikelola swasta. Dapat dilihat pada tabel 1.1 nama-nama panti yang tersebar di 8 kabupaten/kota. Tercatat 155.131 lansia terlantar di Jatim di 38 kabupaten/kota, masing-masing ada sekitar 4.082 lansia telantar. Jember menduduki peringkat ke dua dengan jumlah penduduk lansia paling banyak yaitu 308.792 jiwa, setelah Malang yang menduduki peringkat pertama. Panti jompo di kabupaten Jember saat ini hanya mampu ± 200 jiwa. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 1.2, tabel pertumbuhan lansia di Indonesia yang setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Tabel 1.1

Panti Jompo Pemerintah yang Tersebar di 8 Kabupaten/Kota

No. Nama Panti Lokasi

1. UPS Tresna Werdha Lamongan

2. UPS Tresna Werdha Kediri

3. UPS Tresna Werdha Blitar

4. PSTW Mardi Utomo Jombang

5. PSTW Sejahtera Pandaan,Pasuruan

6. UPS Tresna Werdha Tulung Agung

7. PSTW Margo Mulyo Jember

8. PSTW Budi Luhur Bondowoso

(Sumber : Buku Klasifikasi Panti 2008, Dep. RI)

Tabel 1.2

Pertumbuhan Penduduk Lansia di Indonesia Tahun Jumlah Lansia Persen (%)


(22)

5

Tahun Jumlah Lansia Persen (%) 2000 15.882.827 7,6 2005 18.283.107 8,2 2010 17.303.967 7,4 2015 24.446.290 10,0 2020 29.021.128 11,4 (Sumber : Indonesia dalam angka, 2000)

Tabel 1.3

Pertumbuhan Penduduk Lansia di Jember Tahun Jumlah Lansia Keterangan

2000 270.290 2001 220.878 2003 296.923 2004 307.137 2005 291.680 2006 295.958 2007 300.236 2008 304.514 2009 308.792

Jumlah lansia tahun 2005 mengalami penurunan, namun mulai tahun 2006 jumlah lansia mulai mengalami peningkatan tiap tahunnya.

(Sumber : Jember dalam Angka, 2009)

1.2. Maksud dan Tujuan Perancangan

Maksud dari perancangan Pusat Pelayanan Lansia adalah :

1. Merancang fasilitas pelayanan bagi lansia yang sesuai dengan standart kebutuhan lansia.

2. Merancang fasilitas pelayanan bagi lansia dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung kehidupan dan kebutuhan lansia sehingga merasa nyaman tinggal didalamnya.


(23)

6

Adapun tujuan perancangan Pusat Pelayanan Lansia ini adalah :

1. Memberikan perasaan yang nyaman bagi lansia, sehingga mereka dapat mengisi hari tua dengan kegiatan yang berguna.

2. Membantu masyarakat memberikan pelayanan dan kebutuhan kesehatan lansia yang tidak dapat diberikan oleh anggota keluarga lansia.

3. Membantu para lansia untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya serta mengembangkan hobi mereka.

1.3 Batasan dan Asumsi

Perancangan proyek tugas akhir dengan judul Pusat Pelayanan Lanjut usia di Jember ini memiliki batasan-batasan, sehingga penyelesaian perancangan menjadi lebih terarah. Adapun batasan-batasan penyelesaian perancangan Pusat Pelayanan Lansia ini adalah :

1. Proyek ini diasumsikan milik swasta, disamping sebagai pekerjaan sosial juga melayani kebutuhan lansia.

2. Penyelesaian rancangan lebih dititik beratkan pada olah tapak, namun tetap memperhatikan kebutuhan dan karakteristik lansia.

3. Rancangan bangunan diselesaikan dengan bentuk dan tampilan yang memberikan kesan Homy, sehingga para lansia yang tinggal didalam fasilitas tersebut merasa betah.

4. Proyek ini merupakan sebuah tempat pelayanan sosial yang bersifat komersil bagi golongan menengah keatas, dimana tatanan massa hunian dan pembagian kelompok-kelompok kamar tidur lansia dari pusat pelayanan ini seperti sebuah cottage,terdiri dari bermassa-massa (tiap massa terdapat 4-5 unit kamar)..

5. Pusat pelayanan lansia ini diperuntukkan bagi lansia yang masih mandiri, dalam artian lansia yang masih sehat dan lansia yang dalam keadaan sakit namun tetap dapat beraktivitas (lansia pengguna kursi roda dan tongkat).

6. Pendekatan rancangan merupakan perpaduan antara pusat pelayanan bagi lansia dengan klinik. Dimana klinik berfungsi memeberikan terapi-terapi bagi lansia.


(24)

7

7. Berdasarkan kebutuhan lansia, perancangan mengutamakan bagaimana kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Sehingga menciptakan suatu suasana dan keadaan yang nyaman serta sesuai dengan sifat lansia dalam menempuh hari-hari senjanya, seperti memberikan tempat tinggal yang memberikan kesan homy, memberikan suatu tempat sebagai wadah mereka dalam mengembangkan hobi, olah raga dan kesenian, serta bersosialisasi dan berinteraksi dengan sesama lansia lainnya sehingga lansia merasa keberdaan mereka diakui.

8. Berdasarkan sifat dan kebiasaan serta kebutuhan lansia, perancangan dari pusat pelayanan ini maka massa dibuat lebih dari satu untuk memudahkan pembagian kegiatan didalamnya dan pelayanan yang diberikan merata ke setiap ruang, dimana pusat dari kegiatan para lansia terdapat ditengah-tengah massa bangunan lainnya (terpusat). Sehingga mempermudah pencapaian dan kegiatan lansia dari tiap tipe massa hunian lansia.

1.4 Tahapan Perancangan

Pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan laporan perencanaan dan perancangan ini menggunakan metodelogi sebagai berikut :

 Survey lapangan.

Tinjauan ke tempat-tempat yang berkaitan dengan obyek perancangan bertujuan untuk mengorek informasi serta gambaran langsung mengenai obyek rancang yang terkait erat dengan lingkungan, budaya, sumber daya manusia, dan aspek pendukung lain. Hal tersebut yang nantinya akan mempengaruhi obyek rancang dan berguna untuk penentuan lokasi serta persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi.

 Metode pengumpulan data yang meliputi : 1. Study kasus


(25)

8

Mencari situasi dan kondisi pada proyek serupa yang telah nyata sehingga dapat diketahui dan dianalisa untuk memperoleh data yang akurat mengenai kebutuhan lansia yang dapat menunjang proses desain.

2. Interview atau wawancara

Cara untuk memperoleh data dengan mengadakan tanya jawab (wawancara) pada responden, yang kali ini merupakan penghuni, pengelola, serta perawat di panti-panti werda. Ini dilakukan secara langsung berhadapan dengan lansia untuk mendukung dan melengkapi data yang berhubungan dengan laporan perancangan dan perencanaan.

3. Studi Standarisasi

Mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan proyek yang direncanakan untuk melengkapi data masukan dalam proses perencanaan dan perancangan. Adapun yang dibahas adalah, mengenai standarisasi ruang dan bentuk dalam konteks Arsitektural. Yang diambil dari :

1. Ernest Neuferts Standart. Jilid 1 dan 2, Versi Bahasa Indonesia. Sedangkan refferensi yang diambil sebagai dasar – dasar dalam perancangan arsitektur yaitu :

1. Dimensi Manusia dan Ruang Interior (Julius Panero, AIA, ASID dan Martin Zelnik, AIA, ASID; penerbit : Erlangga)

Pada buku ini terdapat standarisasi ukuran-ukuran perabot bagi lansia.

 Penyusunan konsep berdasarkan azas dan teori perancangan

Data-data yang sudah terkumpul dievaluasi, untuk kemudian diolah dan diproses guna mendapatkan pedoman dalam perencanaan dan perancangan Pusat Pelayanan Lanjut Usia di Jember berdasarkan azas dan teori perancangan.

 Ide Bentuk

Dari penyusunan konsep berdasarkan azas dan teori perancangan, diperoleh konsep dari tugas akhir yang menjadi pedoman dan batasan dalam pencarian ide bentuk proyek.


(26)

9

 Hasil Pra-Desain

Tahapan skematik yang akan dilalui dalam proses perancangan proyek ini adalah :

1.5 Sistematika Laporan

Untuk mendapatkan pengertian dan pemahaman yang sama tentang Pusat Pelayanan Lanjut usia di Jember ini, maka penyajian laporan ini melalui sistemetika pembahasan dapat memberikan secara garis besar gambaran mengenai isi laporan ini sebagai berikut :

Ide Bentuk Perancangan (Transformasi bentuk dan ruang)

Hasil Pra-Desain

(Denah, tampak, potongan, dan sebagainya) C

E K

Penyusunan Konsep

(Rambu-rambu yang dibuat perancangan) Menganalisa berdasarkan Azas dan Teori

Perancangan

O K Latar Belakang

Pengumpulan data dari hasil:

Studi kasus

Wawancara atau Interview

Studi standarisasi


(27)

10 BAB 1 :

Pada bab 1 ini berisi pendahuluan, dimana isi dari pendahuluan ini menjabarkan mengenai latar belakang dari pemilihan judul proyek (Pusat Pelayanan Lansia di Jember) tugas akhir, maksud dan tujuan, lingkup perancangan, metode perancangan, dan sistematika laporan.

BAB 2 :

Merupakan pengenalan proyek, menjabarkan tentang tinjauan obyek rancangan yang meliputi tunjauan umum dan tinjauan khusus. Dimana tinjauan umum membahas pengertian judul (Pusat Pelayanan Lansia di Jember), study proyek sejenis, persyaratan pokok proyek, dan kepemilikan proyek. Sedangkan pada tinjauan khusus membahas mengenai batasan dan asumsi proyek, lingkup pelayanan, aktivitas dan kebutuhan ruang, perhitungan luas ruang, serta pengelompokan ruang.

BAB 3 :

Pada bab 3 ini merupakan tinjauan lokasi perancangan yang menjabarkan tentang Latar Belakang Pemilihan Lokasi, penetapan Lokasi, dan fisik lokasi yang berisi tentang aksesibilitas, potensi Bangunan Sekitar dan.infrastruktur kota

BAB 4 :

Berisi mengenai analisa perancangan, dimana didalamnya menjabarkan mengenai tema yang diinginkan dalam rancangan.

BAB 5 :

Pada bab ini berisi mengenai konsep serta tema perancangan dari Pusat Pelayanan Lanjut Usia Di Jember yang mendasari terciptanya sebuah desain rancangan.

BAB 6:

Bab ini menjelaskan tentang aplikasi rancangan dari Pusat Pelayanan Lanjut Usia Di Jember dengan menggunakan persyaratan-persyaratan yang ada pada bab sebelumnya, untuk kemudian diterapkan pada penyelesaian gambar rancangan tugas akhir.


(28)

11

BAB II

TINJAUAN OBYEK RANCANGAN

2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Pengertian Judul

Judul dari proyek rancangan ini adalah Pusat pelayanan Lanjut Usia di Jember, Dimana dari kata-kata pusat, pelayanan, lanjut usia (lansia), di Jember mengandung arti sebagai berikut :

Pusat Pelayanan, yang berarti :

Suatu pokok pangkal atau tempat yang menjadi pumpuan (dalam berbagai urusan dan hal) yang terdiri dari banyak kegiatan dan melibatkan interaksi langsung antara pelanggan dengan penyedia jasa dengan tujuan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan pelanggan sehingga pelanggan menjadi merasa puas. Atau :

Suatu pokok pangkal atau tempat yang menjadi pumpuan segala bentuk kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain secara fisik, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, diDaerah, dilingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan usaha Milik Daerah, dan swasta dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Sumber : www.Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas.com).

Lanjut usia ( Lansia), yang berarti :

Merupakan singkatan dari kata lanjut usia, dimana istilah ini dugunakan untuk manusia usia 60 tahun keatas, mempunyai persamaan kata dengan werda, senior, tua, ditinggkat akhir. (PETER, 1987 dan undang-undang No.13/th 1998 Bab I).

Di Jember, yang berarti :


(29)

12

Jadi kesimpulannya Pusat Pelayanan Lanjut Usia di Jember adalah suatu

hunian dengan fasilitas yang menampung kegiatan pelayanan bagi lansia untuk memenuhi dan memuaskan semua kebutuhan lansia yang tidak dapat diberikan oleh keluarganya sesuai dengan kebutuhan dan pelayanan bagi lansia.

2.1.2 Studi Literatur a. Pengertian Lansia

Menurut undang-undang No.13 / th 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia , pada yang dimaksud lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas, yang ditandai dengan terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi. Menurut definisi dari Depkes RI, definisi lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yaitu menurunnya berbagai fungsi organ-organ tubuh antara lain terjadi perubahan pada sistem pencernaan, pernafasan, kardiovasculer, endokrin, reproduksi dan lain-lain. (Astuti Yuni Nursasi, Poppy Fitriyani Makara, Kesehatan vol 6. Desember 2002)

Berdasarkan fase yang dialami manusia selama hidupnya, umur manusia dibagi dalam 4 fase, yaitu :

 Fase Iuventus, antara 25-40 tahun yaitu usia reproduktif.

 Fase Vertilitas, antara 40-50 tahun (menjelang usia lanjut) yaitu masa persiapan usia lanjut, yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa.

 Fase Praesenium, antara 55-65 tahun (usia lanjut dini)

 Fase Senium,antara > 65 tahun sampai tutup usia yaitu Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi menderita penyakit berat, atau cacat.

Merujuk pada UU No.13/th.1998 diatas, lansia yang dimaksud termasuk dalam Fase Prasenium dan Senium. Ciri-ciri lansia pada fase tersebut diantaranya adalah :

1. Fase Prasenium :

 Fungsi tubuh menurun, seperti berkurangnya penglihatan (76,24 %), daya ingat (69,39 %), dan kelenturan atau elastisitas kulit (53,23 %).


(30)

13

 Masalah kesehatan sering muncul, seperti sakit tulang (69,39 %), sakit kepala (51,15 %), selera makan menurun (mual) (30,08 %), sulit tidur (24,88 %).

 Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan dan menyebabkan sesak nafas (21,28 %).

Pada lansia wanita mengalami menopause.

 Diabetes melitus (3,3%). 2. Fase Prasenium :

 Lambat dalam merespon dan berfikir.

 Mengalami Presbiakusis (gangguan pada pendengaran), hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam (50 %), terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata.

 Mengalami osteoporosis.

 Tekanan darah meningkat (15,2%) akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).

 Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menjadi menurun sampai 50 %, penyaringan. Mengakibatkan vesika urinaria atau kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, dan kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK (Buang Air kecil) meningkat, sehingga tidak dapat menahan kencing.

 Pembesaran prostat pada lansia pria (75 %).

 Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.

 Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka-luka kurang baik.


(31)

14

(Sumber:http://nursecerdas.wordpress.com/2009/01/12/keperawatan-gerontik/ )

Berdasarkan fase umur dan ciri-cirinya maka studi ruang berdasarkan konsep comfortable (kenyamanan), yaitu :

a. Lansia dengan fungsi penglihatan, pendengaran, dan daya ingat yang semakin menurun, tipe-tipe kamar pada tampilan facadnya dibedakan sesuai dengan keadaan lansia. Bagi lansia dengan penglihatan dan pendengaran yang semakin berkurang, kamar terletak pada tatanan massa paling depan diantara massa-massa hunian. Serta terdapat banyak bukaan pada kamar, dimaksudkan agar kamar tidak gelap dan memaksimalkan penerangan alami yang masuk ke dalam kamar.

b. Lansia yang mengalami sesak nafas dan susah tidur (Dimensia), kamar terdapat banyak bukaan agar sirkulasi udara yang masuk cukup banyak dan kamar tidak menjadi lembab. Kamar menghadap ke view yang menarik dan berada pada area yang tidak berdekatan dengan jalan raya (utama), sehingga polusi udara masih rendah.

c. Lansia yang mengalami penyakit Diabetes Melitus (DM) dan Osteoporosis, pada kamar lansia hindari kolom-kolom menonjol atau sudut-sudut yang mengakibatkan lansia lansia cidera. Furnitur di desain khusus tanpa ada sudut-sudut yang tajam setiap ujungnya, serta tempat tidur yang tardiri dari beberapa layer agar panderita osteoporosis nyaman dan tidak merasa nyari saat tidur.

d. Lansia yang frekwensi BAK (Buang Air kecil) meningkat, sehingga tidak dapat menahan kencing (Inkontinensia). Kamar terletak terpisah dari kamar-kamar lansia lainnya. Diperlukan banyak bukaan pada kamar-kamar isolasi lansia yang mengalami inkontinensia, sehingga kamar lansia tidak manjadi lembab, bau dan pengap. Mengingat kondisi lansia yang intensitas buang air kecilnya semakin meningkat. Penataan kamar didesain minimalis, dengan tidak banyak perabot pada ruangan. Perabot didesain khusus bagi lansia yang mengalami inkontinensia.


(32)

15 b. Standart Pelayanan Panti Jompo (Sumber : Patricia Tutt, 1976)

Kegiatan pelayanan umumnya paling banyak diperhatikan pada sebuah panti kerena terkait secara langsung dengan lanjut usia. Kualitas pelayanan yang baik memberikan jaminan pada kenyamanan lanjut usia yang tinggal. Kegiatan pelayanan tersebut ditujukan kepada lansia yang tidak produktif, yaitu lansia yang sehat secara fisik namun tidak sehat secara aspek mental dan sosial, atau sehat secara mental tapi tidak sehat dari aspek fisik dan sosial, serta lansia yang tidak sehat baik dari aspek fisik, mental maupun sosial (Suharno, 2009). Program pelayanan lansia ini mencakup proses bantuan pertolongan, perlindungan, bimbingan, dan perawatan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lansia. Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, panti jompo dituntut untuk memberikan pelayanan dan berkualitas sesuai dengan standart yang ditetapkan

Standart tersebut berfungsi sebagai patokan bagi penyelenggara pelayanan dan pemerintah. Dimana patokan standart tersebut meliputi standart-standart umum dan khusus. Standart umum tersebut meliputi :

1. Penggunaan ramp pada daerah yang terdapat perbedaan ketinggian mempermudah aksesibilitas bagi lansia yang menggunakan kursi roda.

Gambar 2.1 Kursi yang terdapat pispot pada bagian bawahnya, tempat menampung kencing lansia.

(Sumber : Internet )

Gambar 2.2 Tempat tidur khusus bagi lansia yang mengalami inkontinensia, kasurnya dilapisi dengan sarung kasur dari perlak.


(33)

16

2. Pada kamar mandi khusus lansia terdapat handrailling pada setiap sisi ruangnya, dan terdapat tiang penyangga pada bak mandi sebagai pegangan lansia saat mandi.

3. Lebar pintu kamar mandi bagi lansia pengguna kursi roda minimal 88cm dengan besar kamar mandi lebar minimal 1,65m dan panjang minimal 1,70m.

Gambar 2.3 Tinggi ramp bagi pengguna kuris roda. (Sumber: New Metric Handbook)

Gambar 2.4 Desain kamar mandi ksusus bagi lansia. (Sumber: Neufert Architect Data)

Gambar 2.5 WC untuk pengguna kursi roda. (Sumber: Neufert Architect Data)


(34)

17

4. Space ruang yang cukup luas dengan penataan interior berdasarkan aktivitas yang biasa dilakukan lansia, untuk mempermudah ruang gerak lansia.

Gambar 2.6 Desain kamar mandi khusus bagi lansia pengguna kursi roda.

(Sumber: internet)

Gambar 2.7 Desain kamar mandi khusus bagi lansia pengguna kursi roda.


(35)

18

5. Harus tersedia peralatan peringatan yang terdiri dari sistem peringatan suara (vocal alarms), sistem peringatan bergetar vibrating alarms dan berbagai petunjuk serta penandaan untuk melarikan diri pada situasi darurat .

6. Segala perabot diletakkan dan Semua pengontrol peralatan listrik, seperti tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan tingginya sesuai dan mudah dijangkau oleh penyandang cacat dan lansia yang tidak cacat.

Gambar 2.8 Organisasi ruang bagi lansia penggunan kursi roda. (Sumber: New Metric Handbook)

Gambar 2.9 Perletakan perabot dan peralatan listrik yang mudah dijangkau dan aman bagi lansia. (Sumber: New Metric Handbook)

Gambar 2.10 Perletakan perabot yang mudah dijangkau dan aman bagi lansia. (Sumber: New Metric Handbook)


(36)

19

1. Terdapat handrailling sepanjang dinding kamar dan koridor bagi alat bantu menumpu tubuh (pegangan) lansia saat berjalan.

2. Pemilihan material untuk finishing lantai digunakan lantai dengan permukaan yang kasar, serta pemilihan warna kamar yang soft untuk memeberikan ketenagan saat mereka beristirahat.

Berdasarkan standart tersebut panti dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu :

 Kategori A

Dimana pada kategori A ini kelengkapan dokumen kepemilikan dan pedoman pelaksanaan secara benar, sarana dan prasarana yang menunjang sesuai standarisasi, pelayanan yang profesional, dan memiliki pembiayaan atau sumber dana yang tetap.

 Kategori B

Dimana pada kategori B ini kelengkapan dokumen kepemilikan dan pedoman pelaksanaan pelayanan serta pembiayaan atau sumber dana yang tetap hanya 33% sampai 66 %, sarana dan prasarana yang menunjang sesuai standarisasi namun tidak lengkap,

 Kategori C

Dimana kategori C setiap aspeknya, baik aspek pelayananan maupun yang lainnya hanya kurang dari 33%.

2.1.3 Studi Kasus

Objek : Panti sosial Tresna Werdha (PSTW) Hargo Dedali

Gambar 2.11 Tampak depan Panti Hargo Dedali.


(37)

20 Profil Bangunan :

Letak : JL. Manyar Kartika IX No.22-2 Surabaya Tahun Pembangunan : 10 Nopember 1989

Luas Lahan : 2000M² Luas Bangunan : 1200 M²

Merupakan hunian bagi para lansia di bawah tangan swasta yang telah berdiri selama 20 tahun, lebih tepatnya pada tanggal 10 Nopember 1989. PSTW ini terletak dijalan Manyar Kartika Surabaya. Luas tanah PSTW ini mencapai 2000M² dan luas bangunan mencapai 1200M². PSTW ini menampung lansia khusus wanita, dan mampu menampung lansia dengan kapsitas maksimal mencapai 50 orang. Sampai saat ini yang sudah terhuni ada 30 orang. Pada bagian sisi timur bangunan lama akan didirikan bangunan baru, yang saat ini sedang dalam proses pembangunan.

Mereka yang menghuni panti ini para lansia yang berusia sekitar 60 tahun keatas serta masih dalam kondisi yang sehat tanpa memiliki penyakit menular, dan rata-rata sanak saudara mereka sibuk akan pekerjaan. Jumlah karyawan yang ada pada panti saat ini berjumlah 12 orang, termasuk tukang masak dan tukang cuci. Fasilitas :

fasilitas-fasilitas yang tersedia pada PSTW ini terdiri dari :

 1 buah aula berukuran 100 M² : Berfungsi sebagai ruang berkumpul jika ada momen-momen tertentu dan penerima tamu ataupun keluarga penghuni PSWT.

 Kantor pengelola.

 Rumah hunian terdiri dari 2 massa bangunan (sisi timur bagi lansia yang sudah pikun dan yang sisi barat Belum). Tiap massa bangunan terdapat 6

Gambar 2.12 Kantor pengelola dan aula Panti hargo Dedali. (Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)


(38)

21

kamar (totalnya 12 kamar), dengan luas masing-masing kamar sebesar 18 M² (1 kamar berisi 4 orang) .

 2 buah Kamar karyawan yang menetap di panti.

2 ruang isolasi (1 untuk ruang isolasi lansia yang sakit dan 1 untuk lansia

yang telah mengalami Inkontinensia)

Gambar 2.13 Kamar tidur lansia pada sisi barat.

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)

Gambar 2.17 Kamar karyawan panti hargo Dedali.

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)

Gambar 2.19 Kamar lansia yang sedang sakit.

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2009) Gambar 2.14 Korodor kamar tidur

lansia sisi barat.

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)

Gambar 2.15 Kamar tidur lansia pada sisi timur.

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)

Gambar 2.16 Korodor kamar tidur lansia sisi barat.

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)

Gambar 2.18 Sketsa tampak depan kamar karyawan.


(39)

22

 Dapur dan ruang makan yang berukuran 40 M² : sebagai tempat makan bersama.

 4 kamar mandi lansia yang terdapat di luar kamar.

 Taman yang berada pada bagian tengah bangunan, berfungsi memberikan sirkulasi udara bagi kamar-kamar para lansia yang berada pada bagian sisi-sisi taman.

Gambar 2.20 Kamar isolasi bagi lansia yang sudah tidak dapat menahan buang air besar dan kecil.

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)

Gambar 2.21 Ruang makan dan dapur pada panti Hargo Dedali.

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)

Gambar 2.22 Kamar mandi bagi lansia. (Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)

Gambar 2.23 Denah kamar mandi lansia. (Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)


(40)

23

 Pos keamanan (satpam)

Gubahan Massa Bangunan :

Massa bangunan dari panti jompo ini terdiri dari 5 massa bangunan. Dimana massa bangunan paling depan merupakan massa bangunan sebagai ruang publik. Lobby, ruang pengelola (kantor), ruang penerima tamu, dan ruang serba guna terdapat pada massa bangunan ini. Sedangkan untuk fasilitas para penghuni panti berada pada bagian samping dan belakang.

Bentuk dari setiap massa bangunan pada panti ini hanya berbentuk geometri paersegi panjang, dimana taman berada di tengah dan bangunan-bangunan lainnya mengelilinginya. Jenis pola tatanan panti ini memusat, dimana bangunan-bangunan disekitarnya menghadap kearah taman.

Gambar 2.24 Taman yang terletak pada tengah-tengah massa banggunan di Panti Hargo Dedali.

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)

Gambar 2.25 Pos jaga keamanan. (Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)


(41)

24

Tampilan bangunan dan Detail khusus yang mencirikan bangunan:

Panti Hargo Dedali memiliki tampilan dengan gaya arsitektur tradisonal. Saat memasuki panti ini akan langsung terlihat penggunaan atapnya yang bergaya tradisonal, yaitu atap khas dari Jawa Timur. Sedangkan pada tampilan fasadnya terdapat 2 jendela besar dan pintu. Sisi-sisi samping kiri dan kanan bangunan menggunkan jendela yang berukuran lebih kecil. Pada bagian entrance terdapat selasar berfungsi sebagai penghalang sinar yang masuk ke dalam lobby kantor pengelola.

Gambar 2.27 Tampilan Facade Panti Hargo Dedali. (Sumber : Dokumen Pribadi, 2009) Gambar 2.26 Sketsa tatanan massa

Panti Hargo Dedali. (Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)

Keterangan :

1. Kantor pengelola

5. Ruang isolasi, dapur, dan ruang makan.

3 & 4. Kamar-kamar lansia. 2. Kamar-kamar karyawan dan pengelola panti yang menginap.

5

1

4

3

2


(42)

25 Interior Bangunan :

a. Kamar Tidur Lansia

Pada kamar tidur lansia terdapat 4 unit tempat tidur dan 2 unit lemari. Sisi-sisi antara tempat tidur terdapat meja laci dan sebuah kursi yang diletakkan pada ujung kamar, sedangkan finising lantainya menggunakan keramik warna hitam berukuran 20 x 20 cm. Terdapat jendela besar pada bagian belakang dan depan. Sebagai penghalang sinar matahari yang masuk kekamar digunakan tirai warna merah bermotif bunga-bunga. Pada dinding-dinding kamar tidak terdapat handrailling sebagai pegangan lansia saat berjalan. Pintu setiap kamar lansia membuka ke arah luar.

b. Kamar Isolasi Lansia

Pada kamar isolasi lansia yang sakit, penggunaan warna dinding dan lantai sama dengan kamar tidur lansia yang sehat. Terdapat 1 buah bukaan jendela dekat

Gambar 2.29 Penataan interior kamar lansia. (Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)

Gambar 2.28 Denah kamar tidur lansia. (Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)

Gambar 2.30 Denah kamar isolasi lansia yang mengalami Inkontinensia.


(43)

26

pintu masuk. Kamar isolasi ini berisi 1 tempat tidur beralaskan perlak, 1 buah lemari, dan terdapat fasilitas tambahan yaitu TV.

Sedangkan pada kamar isolasi bagi lansia yang telah mengalami Inkontinensia, dinding kamar menggunakan material keramik dan cat. Dimana separuh bagian bawah dinding kamar menggunakan keramik warna crem yang berukuran 20x20cm dan sebagian menggunakan cat warna putih. Pada ruangan ini terdapat 1 buah tempat tidur dengan alas perlak diatasnya. Dan pada sisi tempat tidur terdapat jendela berukuran besar yang ditutup oleh tirai warna merah bermotif. Material lantai yang digunakan berupa keramik warna putih berukuran 20x20cm.

c. Kamar Karyawan

Kamar karyawan ini digunakan oleh karyawan ataupun pengelola yang menginap dipanti. Pada kamar karyawan terdapat ruang tamu dan kamar tidur, ruang tamunya berisi perabot berupa 2 sofa, meja, meja lampu beserta lampu duduknya dan TV. Sedangkan pada kamar tidurnya terdapat 2 tempat tidur, meja laci, dan lampu duduk. Kamar mandi terletak di dalam kamar.

Jendela besar terletak didekat pintu masuk ruang tamu kamar karyawan, dan sebagai penghalang cahaya matahari yang masuk ke dalam ruang digunakan tirai

Gambar 2.33 Interior kamar lansia yang sakit dan ruang isolasi lansia.

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2009) Gambar 2.32 Denah kamar isolasi lansia

yang sakit.

(Sumber : Dokumen Pribadi, 2009) Gambar 2.31 Kamar isolasi lansia yang sakit.


(44)

27

transparan berenda, pada kamar karyawan. Untuk material lantai dan warna dinding sama dengan warna yang digunakan pada kamar lansia.

Objek : Graha Werdha AUSSI

Profil Bangunan :

Letak : Bukit Cinere Indah Jawa Barat. Luas Lahan : 6000M²

Luas Bangunan : 2000M²

Panti ini merupakan panti yang berbeda dengan panti-panti lainnya yang ada di indonesia. Panti ini menawarkan konsep yang berbeda dibandingkan kebanyakan panti lainnya. Terdapat penjagaan pada bagian gerbang pintu masuknya. Begitu masuk ke lobi bangunan, kesan semula sebuah panti kebanyakan perlahan-lahan mulai luntur. Suasana kemewahan yang terasa pada panti jompo ini. Selain kemewahan, pelayanan yang diberikan bagi penghuni pantu ini spesial

.

Gambar 2.35 Graha Werdha AUSSI. (Sumber : Internet)

Gambar 2.34 Denah kamar karyawan. (Sumber : Dokumen Pribadi, 2009)


(45)

28 Fasilitas :

Fasilitas yang tersedia pada panti jompo ini seperti layaknya pada sebuah fasilitas hotel, karena panti ini memeng ditujukan bagi kalangan kelas menengah ke atas. Adapun fasilitas yang ada pada panti jompo ini :

 Kamar tidur yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : 1. 35 Kamar standart berukuran 15M²

Dalam kamar dilengkapi dengan kamar mandi dengan pemanas air. Setiap ruangnya berisi 2 orang lansia.

2. 13 Kamar VIP 20M²

Sama dengan kamar standart, namun terdapat fasilitas tambahan fasilitas berupa sofa, pendingin ruangan dan ruangan keluarga.

3. 7 Kamar VVIP 25M²

Sama dengan fasilitas kamar VIP, namun terdapat tambahan fasilitas berupa ruang santai dan meja makan serta pantri.

2. Ruang makan

3. Ruang Baca dan ruang hobi 4. Ruang berdoa

Gambar 2.36 Penataaan interior kamar jenis standart.

(Sumber : Internet)

Gambar 2.37 Penataan interior kamar jenis VIP. (Sumber : Internet)


(46)

29 5. Ruang serbaguna

6. Ruang pengelola

7. Ruang perawatan kesehatan 8. Ruang olah raga

Gubahan Massa :

Jumlah Massa pada panti jompo ini terdiri dari 1 massa bangunan, karena bagunan ini terdiri dari 4 lantai. Semua aktivitas terpusat dan diwadahi pada satu bangunan ini saja, seperti layaknya pada hotel-hotel kebanyakan.

Tampilan dan Detail yang Mencirikan Bangunan :

Tampilan pada bangunan panti jompo ini seperti sebuah hotel, sehingga tidak mencirikan suatu bangunan panti jompo. Bangunan panti jompo ini bergaya modern tropis, dimana disesuaikan dengan lingkungan yang terdapat di sekitarnya.

Interior Bangunan :

Penataan interior sesuai dengan konsep bangunan ini, yaitu seperti hotel. Penataan ruang tidurnya serta pemilihan perabot yang digunakan dengan warna-warna crem semakin memberikan kesan mewah pada ruangan. Dimana perabot-perabotnya khusus didatangkan dari jepara.

Objek : Balhousie The Grange Care Home Lokasi : Balbeggie. Perth

Balhousie The Grange Care Home merupakan tempat perawatan dan

pelayanan bagi lanjut usia di luar negeri . tempat pelayanan ini memiliki suasana BANGUNAN UTAMA

Gambar 2.38 Tampilan Balhousie The Grange Care Home. (Sumber : Internet)


(47)

30

yang nyaman dan home sweet home sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi lansia serta membuat mereka betah. Lingkungan sekitar dengan pepohonan di halaman belakang dan depan bangunan semakin mendukung kenyamanan suasana.Banyak fasilitas yang tersedia disini, seperti Rehabilitation Room for pain bone, Family Lounge, Nurse Call System, Dining Room, Open Courtyard, TV Area, 42 kamar standart dan kamar residential 32, 10 kamar bagi perawat dan karyawan., ruang makan, kamar bagi mereka yang sakit, dan masih banyak yang lainnya. Tampilan dari façade bangunan bergaya klasik, debgan pemilihan warna metrial soft pada dinding semakin memberikan ketenangan bagi penghuni panti jompo ini. Material lantai dilapisi oleh karpet pada tiap ruangnya, sehingga para lantai menjadi tidak licin. Standart ruang atau kamar pada balhousie ini yaitu 4x3m², dimana untuk ukuran kamar VIP menyesuaikan jumlah lansia tiap kamar beserta fasilitas yang tersedia pada kamar tersebut.

Gambar 2.40 Rehabilitation Room for pain bone.

(Sumber : Internet)

Gambar 2.42 Ruang TV Area. (Sumber : Internet) Gambar 2.41 Kamar tidur bagi lansia yang sehat.

(Sumber : Internet)

Gambar 2.39 Family Lounge bagi keluarga lansia yang datang berkunjung.


(48)

31 2.1.4 Hasil Study Kasus

Dari study kasus diatas dapat disimpulkan, kebanyakan panti jompo masih belum memenuhi standar minimal pelayanan (SPM) bagi lansia. Dimana kebutuhan bagi lansia masih belum terpenuhi, seperti fasilitas bagi lansia yang mendukung bagi lansia sehingga mereka menjadi nyaman dan betah berada dipanti jompo. Selain itu perlu didukung dengan suasana lingkungan yang nyaman dan berbeda.

Pproyek ini mengacu pada kebutuhan lansia, sehingga pada proyek tugas akhir ini memiliki standart palayanan minimal (SPM) yang harus diperhatikan. Dimana nantinya akan menjadi acuan dan merupakan tuntutan pokok yang harus dipenuhi dalam obyek perancangan. Adapun persyaratan pokok proyek yang harus diperhatikan menurut buku Data Arsitek jilid 2, Dimensi Manusia dan Ruang serta dari internet, yaitu :

Gambar 2.45 Halaman belakang Nursing Homes. (Sumber : Internet) Gambar 2.43 Kamar khusus bagi lansia yang sakit.

(Sumber : Internet)

Gambar 2.44 hubungan antar ruang atau kamar tidur lansia yang dihubungkan

oleh koridor. (Sumber : Internet)


(49)

32

1 . Penggunaan ramp pada daerah yang terdapat perbedaan ketinggian mempermudah aksesibilitas bagi lansia yang menggunakan kursi roda.

2. Setiap ruang pada masing-masing kamar lansia yang terdiri dari banyak massa seperti cottage dilengkapi dengan ruang penerima atau lobby dan kamar perawat yang bertugas memantau lansia.

3. Lebar pintu kamar mandi bagi lansia pengguna kursi roda minimal 88cm dengan besar kamar mandi lebar minimal 1,65m dan panjang minimal 1,70m.

4. Disetiap sisi ruang terdapat handrailling sebagai pegangan bagi lansia saat berjalan, terutama pada lorong atau koridor penghubung antar bangunan satu dengan bangunan lainnya.

Gambar 2.47 WC untuk pengguna kursi roda. (Sumber: Neufert Architect Data)

Gambar 2.48 Desain kamar mandi khusus bagi lansia pengguna kursi roda. (Sumber : Internet)

Gambar 2.46 Tinggi ramp bagi pengguna kuris roda. (Sumber: New Metric Handbook)


(50)

33

5. Untuk lansia yang menggunakan kursi roda diperlukan space kamar yang lebih besar, dimana ruang putar minimal dengan panjang 1,22m dan lebar 1,49-1,57m. dan penggunanan rampa bagi penggunana kursi roda kemiringannya maksimal 5-7% dan tidak lebih panjang dari 6m. Sedangkan lorong atau koridor minimal lebar 1,30m dan maksimal 2,00m.

6. Pemakaian perabot dipasang tetap ataupun pemilihan jenis perabot yang berat dan kokoh sehingga dapat digunakan sebagai pegangan atau tumpuan tangan ketika bergerak disekitar ruangan saat lansia berdiri ataupun berjalan.

7. Space ruang yang cukup luas dengan penataan interior berdasarkan aktivitas yang biasa dilakukan lansia, untuk mempermudah ruang gerak lansia.

8. Bagi lansia penderita diabet menghindari kolom menonjol pada ruangan yang dapat menyebabkan lansia luka, karena pada lansia yang mengalami diabet (Diabetes basah) jika terluka akan berakibat fatal.

9. Pada ruang tidur, tempat tidur khusus bagi lansia adalah tempat tidur yang terdiri dari beberapa layer. Dimana kondisi tulang lansia sangat rawan dan mudah mengalami cedera tulang, terutama penderita osteoporosis.

10. Penggunaan material lantai yang tidak licin dan pemilihan material untuk handrailling hindari meterial dari kayu, dapat menyebabkan tangan lansia terluka. Selain itu material dari kayu tidak tahan lama.

11. Penempatan ruang-ruang fasilitas dan penunjang bagi lansia diletakkan ditempat yang mudah dijangkau.

12. Terdapat fasilitas klinik dengan pelayanan tenaga profesional (Dokter dan perawat terlatih) bagi lansia yang sakit. Serta ruang terapi bagi lansia.

Gambar 2.49 Perancangan ruang bagi lansia yang menggunakan kursi roda. (Sumber: Neufert Architect Data)


(51)

34

13. Ruang isolasi bagi lansia yang tidak dapat menahan buang air besar dan melakukan aktifitas sendiri serta bagi lansia yang sedang sakit interiornya didesain khusus, dengan ujuan agar lansia tetap merasa nyaman pada ruangan tersebut.

14. Terdapat ruang olahraga bagi lansia, yang telah disesuaikan dengan kondisi lansia.

15.Perletakan bangunan diperhatikan, terutama arah sinar matahari. Untuk meminimalkan cahaya yang masuk ke ruang tidur lansia , namun pencahayaan ruang tetap merata.

16. Hindari permukaan dinding yang kasar.

17. Kamar mandi terdapat handrailling bagi peganggan lansia saat mandi dan dipilih kran putar air yang mudak digunakan bagi lansia, terutama lansia yang memiliki penyakit rematik.

18. Diberi perbedaan warna yang jelas antara kran air panas dan air dingin.

19. Penghawaan buatan dapat digunakan pada ruang ruang-ruang penunjang, dengan suhu normal ruangan antara 30-35 derajat celcius.

20. Tinggi langit-langit bagi kamar lansia mencapai 3.20m sampai 3.50m, karena selain menggunakan penghawaan alami juga menggunakan penghawaan buatan (AC).

21. Pemilihan warna kamar bagi lansia dipiih warna-warna yang netral dan soft seperti warna pastel, putih, kuning, cream, dan hijau tua. Dimana warna-warna tersebut dapat memberikan ketenangan bagi lansia

22. Gambar 2.50 Gambar organisasi ruang panti jompo diCumbernauld, Scotlandia. Dimana setiap massa

bangunan terdapat ruang atau kamar khusus bagi perawat atau pengurus lansia.


(52)

35 2.2 Tinjauan Khusus

2.2.1 Lingkup Pelayanan

Lingkup pelayanan ini ditujukan bagi mereka kalangan penduduk yang memiliki sifat individualisme yang tinggi karena kesibukan mereka masing-masing pada pekerjaan dan hampir tidak ada waktu untuk meluangkan waktu merawat para lansia. Sehingga para lansia memiliki kecenderungan kurang perhatian dan kasih sayang dari kelurganya baik dari segi fisik maupun meteri. Proyek pusat pelayanan bagi lansia ini mempunyai lingkup pelayanan bagi :

1. Lansia (Lansia umur 55-65 tahun ke atas):

 Para lansia luar daerah .

 Para lansia dari Jember yang tidak medapatkan perhatian dari kelurgannya karena kesibukan pekerjaan dan masalah lainnya.

2. Pengelola :

 Pemilik panti 3. Pengurus Panti :

 Karyawan 4. Paramedis

 Dokter

 Perawat 5. Pengunjung :

 Keluarga lansia


(53)

36 Struktur Organisasi

2.2.3 Aktifitas dan Kebutuhan Ruang

Untuk menentukan aktifitas dan kebutuhan ruang yang ada di dalam Pusat Pelayanan Lansia di Jember ini, maka harus diperhatikan siapa saja yang akan menggunakan bangunan ini. Berikut adalah tabel aktifitas dan kebutuhan ruang bagi proyek Pusat Pelayanan Lansia ini meliputi :

Ketua / Pimpinan Yayasan

Man.Admin Man.Ops.Medis Man.Ops .Non medis

Tata Usaha

Kabag. Keuangan

Kabag.

Medis Kabag. Seksi

pelayanan

Kabag. Bimbingan dan Pembinanaan

Kabag. Keamanan - Dokter

- Perawat - Staff umum

Karyawan / staff Umum

Direktur Wakil direktur Sekretaris

Sekretaris

Kabag. Tata Usaha


(54)

37 PELAKU KEGIATAN AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG SIFAT KELOMPOK Bangun tidur Kamar tidur lansia. Privat Hunian

Sholat Musholah Publik Penunjang Olahraga pagi Jogging track Publik Penunjang

Mandi K.M / WC Servis Servis

Bersantai & Ngobrol dengan teman satu kamar.

Ruang tamu kamar lansia.

Semi Publik Hunian Makan bersama dengan

lansia lainnya.

Ruang makan bersama. Publik Hunian Berkumpul, ngobrol, dan

nonton TV dengan lansia lainnya.

Main lounge Publik Hunian

Melakukan aktivitas hobi: 1. Menyulam & merajut. 2. Bermain catur dan mendengarkan musik. 3. Berkebun.

4. Memancing.

Ruang hobi :

1. Kelas menyulam & merajut.

2. R. Bermain catur . 3. Kebun

4. Kolam pancing

Semi publik Penunjang

Membaca buku. Ruang baca Publik Penunjang

Lansia

Berobat ke Klinik: 1. Pemeriksaan : - Umum - Gigi - Saraf 2. Terapi fisik 3. Periksa Lab. 4. Konsultasi dengan Psikolog.

5. Mengambil obat di apotik klinik.

Klinik.

1. R. Periksa : - Poli Umum - Poli Gigi - Poli Saraf 2. R.terapi 3. R.Lab 4. R. psikolog 5. Apotik

Publik Penunjang

Tidur, Menonton TV. (Lansia sakit)

R. Isolasi Semi Privat Hunian Sholat Masjid / musholah Publik Penunjang Olahraga pagi bersama

lansia.

Jogging track /r. Senam Publik Penunjang

Mandi K.M /WC Servis Servis

Mengontrol kondisi lansia.

Kamar lansia Privat Hunian Membuat laporan

perkembangan lansia.

R.perawat Administrasi Pengelola Merawat lansia yang

sakit.

Membantu dokter mengobati lansia dan pengunjung yang sakit.

Klinik Publik Penunjang

Perawat

Istirahat & Makan siang Kantin & R. Makan perawat.


(55)

38

Sholat Musholah / masjid. Publik Penunjang Makan malam R.makan perawat Privat

Tidur Kamar perawat Privat Hunian

PELAKU KEGIATAN

AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG

SIFAT KELOMPOK Memarkir mobil Parkir mobil Servis Servis

Memasuki area kantor Lobby , Hall Publik Pengelola Memantau

perkembangan panti. Memeriksa laporan dari tiap devisi.

Ruang kepala yayasan. Administrasi Pengelola

Rapat dengan devisi lainnya.

Ruang rapat. Administrasi (Privat)

Pengelola Istirahat & bersantai.

Makan siang

Kantin Publik Penunjang

Sholat Masjid / musholah kantor. Publik Penunjang Buang air kecil / besar. K.M / WC Servis Servis Kunjungan dan

memantau lansia.

Ruang pengembangan hobi & Kamar lansia.

Hunian

Pengelola (Kepala Panti)

Berobat (jika sedang sakit)

Klinik Publik Penunjang

PELAKU KEGIATAN

AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG

SIFAT KELOMPOK Memarkir mobil Parkir mobil Servis Servis

Memasuki area kantor Lobby , Hall Publik Pengelola Memantau perkembangan panti. Membuat Laporan Perkembangan panti. Ruang masing-masing devisi. Administrasi Pengelola

Rapat dengan devisi lainnya.

Ruang rapat. Administrasi (Privat)

Pengelola Istirahat & bersantai.

Makan siang

Kantin Publik Penunjang

Sholat Masjid / musholah kantor. Publik Penunjang Buang air kecil / besar. K.M / WC Servis Servis Kunjungan dan

memantau lansia.

Ruang pengembangan hobi & Kamar lansia.

Hunian Pengelola (Direktur, Wakil Direktur, Man. Kabag, dan Staff umum)

Berobat (jika sedang sakit)

Klinik Publik Penunjang

Memarkir motor Parkir motor Publik Servis Mencatat yang masuk

dan keluar. Menulis Data

R. karyawan Administrasi Pengelola

Menjaga penghuni. Mengawasi penghuni

R. kryawan Keamanan Keamanan

Karyawan


(56)

39 penghuni.

Memasak makanan penghuni.

Dapur Servis Sevis

Menata ruang makan. Menyiapkan peralatan makan dan makanan.

R. makan Semi publik Hunian

Mencuci dan menyetrika pakaian penghuni.

R. Laundry Servis Sevis

Makan Siang, Istirahat R. makan karyawan / kantin.

Publik Penunjang Berobat (jika sakit) Klinik Publik Penunjang

Buang air besar/kecil K.M / WC Servis Servis Sholat. Masjid / Musholah Publik Publik

PELAKU KEGIATAN

AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG

SIFAT KELOMPOK Memarkir motor mobil. Parkir Mobil Servis Servis

Memeriksa pasien. Memantau.

perkembangan pasien.

R. Periksa : 1. Poli Umum 2. Poli Gigi 3. Poli Saraf

Publik Penunjang

Melakukan terapi fisik pada lansia.

R. Terapi Publik Penunjang Memberikan konsultasi

pada lansia.

R. Psikolog Privat Penunjang Pemeriksaan darah &

urin.

R. lab Privat Penunjang Menyimpan peralatan

medis.

Gudang Alat. Servis Servis Menyimpan persediaan

obat.

R. Obat Servis Servis

Istirahat Kantin Publik Penunjang Berkumpul dengan

dokter lainnya.

R. Dokter. Privat Penunjang Sholat Masjid / Musholah. Publik Penunjang

Dokter

Buang air kecil/besar. K.M / WC Servis Servis Membantu dokter

memeriksa pasien.

R. Periksa Publik Penunjang Meracik obat. Apotik / R. obat Privat Penunjang Menyimpan obat. R. Obat Servis Servis

Istirahat. Kantin Publik Penunjang Berkumpul dengan

perawat lain.

R. Perwat. Privat Penunjang Sholat. Musholah / Masjid. Publik Penunjang

Perawat


(57)

40 PELAKU KEGIATAN AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG SIFAT KELOMPOK Memarkir motor /

mobil.

Parkir motor / mobil. Servis Servis Melapor dan mendaftar

kedatangan.

Kantor Pengelola. Informasi Pengelola Bertemu dengan lansia. Main Lounge.

Kamar Lansia. R. Isolasi Publik Hunian AKTIVITAS KEBUTUHAN RUANG SIFAT KELOMPOK Makan bersama lansia. R. makan bersama /

kantin

Semi publik Hunian Berekreasi bersama

lansia. (Dalam panti)

Kebun, Kolam pancing, Publik Penunjang Sholat. Masjid / Musholah. Publik Penunjang Menghadiri acara panti. R. Serbaguna Publik Penunjang

Pengunjung (Keluarga)

PELAKU KEGIATAN

Buang air besar/kecil. K.M / WC. Servis Servis

Penduduk sekitar panti.

Berobat Klinik. Publik Penunjang

2.2.4 Perhitungan Luas Ruang

Perhitungan standar luasan ruang pada Pusat Pelayanan Lansia ini berdasarkan literatur dan pertimbangan dari studi ruang yang telah dilakukan. Dimana pertimbangan tersebut berdasarkan :

Kapasitas pemakai

Sirkulasi

Peralatan pendukung

Kenyamanan pemakai

Asumsi :

Studi Kasus dan studi banding

Sedangkan standar perhitungan luas ruang yang berdasarkan literatur bersumber dari buku, yaitu :

Neufert Architect Data ( NDA )

New Metric Handbook ( NMH )


(58)

41

Design of Long-Term Care Fasilities (DLCF)

Adapun tabel-tabel perhitungan luasan berdasarkan dari sumber buku dan studi kasus luasan ruang pada panti jompo lainnya. Yaitu meliputi :

I. Hunian lansia

RUANG KAPASITAS SUMBER STANDART PERHITUNGAN LUAS

Kelas A: R.Tidur R. jaga perawat R.Tamu K.tidur perawat K.M Perawat K.M / WC Pantry Teras Sirkulasi 30% Total : 5 unit 5orang 5 orang 1 unit 1 unit 5 unit 1 unit NAD TSS NAD Survei Survei NAD Survei Survei

4 x 3.6/2 orang = 14. 4 m² Asumsi =15m² 2.915 m²/ orang 3 m² 3 m²x 2 m² / orang 3 m² 2 x 2 m² 4 m² 8 m²

16 m² x 5

3 m² x 5 = 15 m²

5 x 3m² = 15 m²

4 m² x 5 unit

151 m² x 30%= 45,3 m²

80m² 15m² 15m² 6m² 3m² 20m² 4m² 8m² 46m² 197m²

Total Kelas A :

Sirkulasi 30%

TOTAL :

7 unit 197 m² x7 unit

1379 m² x 30% = 413,7 m² 1379m² 414m² 1738m² Kelas B: R.Tidur R.Tamu K.tidur perawat R.jaga perawat K.M Perawat 4 unit 8 orang 1 unit 8 orang 1 unit NAD NAD Survei Survei Survei

4 x 3.6/2 orang = 14. 4 m² Asumsi =15m² 2 m²

4 m² / orang

2.915 m²/ orang 3 m²

15 m² x4

8 x 2m² = 16 m² 4 m² x 5

3 m² x 8 = 24 m²

60m² 16m² 20m² 24m² 3m²


(59)

42 K.M / WC

Pantry Teras Sirkulasi 30% Total : 4 unit 1 unit NAD Survei 4 m² 4 m² 8 m²

4 m² x 4 unit

151 m² x 30% = 45,3 m²

16m² 4m² 8m² 45m² 196m²

Total Kelas B :

Sirkulasi 30%

TOTAL :

7 unit 196 m² x 7 unit

1372m² x 30% = 441,6 m² 1372m² 442m² 1814m² Kelas C: R.Tidur R.Tamu K.tidur perawat R.jaga perawat K.M Perawat K.M / WC Pantry Teras Sirkulasi 30% Total : 4 unit 12 orang 1 unit 6 orang 1 unit 4 unit 1 unit NAD NAD Survei Survei NAD Survei

4 x 3.6/2 orang = 14. 4 m² Asumsi =16m² 2 m²

8 m² / orang

2.915 m²/ orang

3 m² 4 m²

16 m² x 4

12 x 2m² = 20 m²

6 m² x 3 unit

6 m² x 4 unit

8 m²

150 m² x 30% = 45 m²

64m² 24m² 8m² 18m² 24m² 4m² 8m² 45m² 195m²

Total Kelas C :

Sirkulasi 30%

TOTAL :

5unit 195 m² x 5 unit

975 m² x 30% = 292,2 m²

975m²

292m² 1267m² R. Isolasi :

R.Tidur

R.Tamu K.M / WC Teras

Sirkulasi 30%

Total :

4 unit

(@ unit 2 orang) 10 orang 2 unit Survei NAD NAD Survei 4 m² Asumsi =15m² 2 m² 4 m² 8 m²

4 x 15 m² = 60m²

10 x 2m² = 20 m² 2 m² x 4 = 8 m²

96 m² x 30% = 28,2 m²

60m² 20m² 8m² 8m² 29m² 125m²


(60)

43 2. Fasilitas Pengelola

RUANG KAPASITAS SUMBER STANDART PERHITUNGAN LUAS

Hall Lobby R. Satpam R.resepsionis R.Kep.Panti R.Direktur R. Wakil Direktur R.Man. ops medis R.Man.ops non medis R.Man administrasi R.Tata Usaha R.Kabag keuangan R.Kabag Tata Usaha R. Kabag Seksi pelayanan R.Kabag Bimbingan & Pembinanaan R.Kabag medis R.Rapat R.tunggu 10 orang 15 orang 2 orang 2 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 15 orang 5 orang TSS NAD SB SB NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD

0.5 m² / orang 1.8 m² / orang

15 m² 12 m² / orang 12 m² / orang

10 m² / orang

10 m² / orang

10 m² / orang

10 m² / orang

8 m² / orang 8 m² / orang

8 m² / orang

8 m² / orang

8 m² / orang

2 m² / orang 1.3 m² / orang

0.5 m² x 10 1.8 m² x 15

2 m² x 15 1.3 m² x 5

5m² 27m² 9m² 15m² 15m² 12m² 12m² 10m² 10m² 10m² 10m² 8m² 8m² 8m² 8m² 8m² 30m² 6.5m²


(61)

44 Toilet pegawai Pantry R.karyawan R.loker Karyawan Toilet Total : Sirkulasi 30 %

3 unit 1 unit 5 orang 5 unit 1 unit TSS SB NAD NAD TSS

9 m²/ unit 4 m² / unit 1.5 m² / orang 1.4 m² / unit

9 m² / unit

9 m² x 3

1.5 m² x 5 1.4 m² x 5

27m² 4m² 7.5m² 7m² 9m² 343m² 103m² Total Keseluruhan : 443m²

3. Fasilitas Penunjang a. Fasilitas Sosialisasi

RUANG KAPASITAS SUMBER STANDART PERHITUNGAN LUAS

Main Lounge

Sirkulasi 30 %

Sirkulasi

150 lansia + 50% pengunjung

TSS 2 m² / orang 2 m² x 150 + 50 % pengunjung

450m²

135m²

Total : 585m²

R. makan bersama

R. duduk

Pantry + dapur

Gudang kering Toilet

Total : Sirkulasi 30 %

150 orang 1 unit 1 unit 2 unit NAD NAD SB NAD

1 meja 5 0rang = 3.8 m² 23 % dari luas r.duduk 15 m² 3 m²

3.8 m² x 150

570 m² x 23 % = 131.1 m² Asumsi = 131 m²

3 m² x 5

722 m² x 30 % = 216 m² 570m² 131m² 15m² 6m² 722m² 216m²

Total 938 m² Total 938 m² Total 938 m² R.Baca R.baca R.duduk Toilet Total : Sirkulasi 30% 30 orang 30 orang 2 unit NAD NAD NAD 3 m² 0.92 m² / orang 3 m²/ unit

3 m² x 30 0.92 m² x 30

3 m² x 2

118 m² x 30 %

90m² 28m²

6m² 124m² 38m²


(62)

45 Total: 162m² R.serbaguna Hall R.duduk penonton Panggung R.persiapan Toilet Gudang alat Total : Sirkulasi 30 %

150 lansia + 50% 4 unit 1 unit Survei TSS NAD NMH NAD NAD

2 m² / orang

10 % R.duduk 50 % panggung 3 m² / unit 20 – 25 m²/

unit

2 m² x 150 + 50 %

450 m² x 10 % 45 m² x 50 %

3 m² x 4

10m² 450m² 45m² 23m² 12m² 20m² 560m² 168m²

Total : 728m²

Masjid :

R. Sholat

R.Wudhu Toilet Total : Sirkulasi 30 %

30 orang

10 % r.sholat 2 unit

NAD

NAD NAD

0.8 m² x 1.2 m²

3 m²/ unit

0.8 m² x 1.2 m² x 30

3 m² x 2

48m²

5m² 6m² 59m² 18m²

Total : 77m²

Jogging Track

1 lintasan SB 200 m² / lintasan

200m²

b. Fasilitas Hobi

RUANG KAPASITAS SUMBER STANDART PERHITUNGAN LUAS

R. Kelas Merajut/ menyulam R.Bermain catur R.Musik Toilet Gudang 30 orang 30 orang 30 orang 2 unit 1 unit SB SB NAD NAD

1 m² / orang

3 m² / orang

3 m² / orang 3 m²/ unit 5 m² / unit

30 x 3 m²

30 x 3 m² 3 m² x 2

30m²

90m²

90m² 6m² 5m²


(63)

46 R.Pengawas

Total : Sirkulasi 30%

1 unit NAD 5 m²

226 x 30% 67,8

5m² 226m² 68m²

Total : 294m²

c. Fasilitas Medis

RUANG KAPASITAS SUMBER STANDART PERHITUNGAN LUAS

Klinik Hall (R.tunggu) Receptionist Apotik Gudang apotik R. Perawat R. Dokter R.periksa (Medical record) : 1.Poli umum 2.Poli gigi R. obat R. Lab R. terapi fisik. R. Konsultasi Toilet umum Toilet Dokter Pantry R.karyawan R.loker karyawan 30 orang 2 orang 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit

2 unit (@ unit 2 orang)

1 unit

1 unit 2 unit

1 unit (2 orang)

2 unit 2 unit 1 unit 5 orang 5 unit NAD SB NAD NAD NAD NAD NAD NAD TSS Survei TSS TSS TSS SB NAD NAD

1.39 m² / orang 4-8 m² 27.87 m² / unit Asumsi=30 m² 6.25 m² / unit Asumsi= 6.5m² 20 m² / unit 20 m² / unit 18.58 m² / unit Asumsi= 30m²

6.25 m² / unit Asumsi=6.5m² 36 m² / unit 6 x 9 m² / unit 2.853 m² / orang 9 m²/ unit 4 m² / unit 4 m² / unit 1.5 m² / orang 1.4 m² / unit

1.39 m² x 30 = 41.7 m²

Asumsi = 42 m²

30 m² x 2

54 m² x 2

2.853 m² x 2 = 5.706 m² Asumsi = 6 m² x 9 m² x 2

4 m² x 2

1.5 m² x 5 1.4 m² x 5

42m² 6m² 30m² 6.5m² 20m² 20m² 60m² 6.5m² 36m² 108m² 6m² 18m² 8m² 4m² 7.5m² 7m²


(1)

109

Gambar 6. 13. Interior Kamar Tipe A (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)


(2)

110

Gambar 6. 16. Interior Kamar Mandi (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)

Gambar 6.14. Interior Kamar Tipe B (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)

Gambar 6.15. Interior Kamar Tipe C (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)


(3)

111 6.2.3 Aplikasi Suasana

Interior pada obyek perancangan disini menjadi hal penting sebagai sarana aplikasi terapan dari konsep dalam skala kecil. Karenanya segala aplikasi interior pada massa-massa bangunan pembelajaran disini sudah direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang ingin dituju yaitu untuk mendorong terbinanya Comfortable and behaviour pengguna menjadi lebih baik

Diluar dari itu semua tampilan interior tersebut juga tetap harus menyesuaikan suasana yang ingin dihadirkan. Mengingat pengguna disini adalah para lansia, maka penerapan elemen-elemen interiornya sendiri selain memperhatikan aplikasi terapan konsep juga harus disesuaikan dengan tampilan kenyamanan yang bisa memberikan kesan atau suasana yang dekat dengan kehidupan pengguna sehari-hari. Hal itu disini

Gambar 6.17. Interior Ruang Serbaguna (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)

Gambar 6.18. Interior R.makan (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)


(4)

112

melalui pemilihan material yang berasal dari alam seperti elemen kayu dan batu-batuan. Keduanya memberikan kesan natural dan alami, mendukung suasana cottage yang ingin diciptakan pada perancangan .

6.3.3 Aplikasi Sususnan atau Pola Ruang

Pusat Pelayanan Lanjut Usia ini adalah tatanan massa yang terdiri dari banyak massa, dimana penerapannya massa-massa bangunan tersebut di dominasi oleh bangunan-bangunan yang susunan atau pola ruang dalamnya terdiri dari beberapa ruang. Hal ini memberi pengaruh terhadap pola sirkulasi dalam bangunan, dimana pola atau sususnan ruangnya secara linier atau pola ruang yang terjadi secara berurutan dan menerus. Pola sirkulasinya massa-massa bangunan tersebut selalu mempunyai ruang penerima atau ruang penampung untuk pengguna di bagian depan bangunan sekaligus sentral bangunan. Ruang Penerima tersebut bisa disebut juga sebagai lobby bangunan yang menjadi ruang peralihan dari luar sebelum masuk lebih lanjut ke ruang-ruang kegiatan yang lebih spesifik.

Gambar 6.19. Pola ruang dalam K.M Lansia (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)

Fasilitas Utama Fasilitas penunjang Fasilitas servis Keterangan :


(5)

113 PENUTUP

Dengan berakhirnya penyusunan laporan tugas akhir Pusat Pelayanan Lanjut usia Di Jember ini diharapkan segala tujuan dan sasaran dari penyusunan laporantugas akhir ini dapat tercapai dan terlaksana dengan baik dan lancar.

Karena keterbatasan waktu dan data-data yang penyusun dapat di dalam proses penyusunan laporan tugas akhir, maka laporan ini masih jauh dari sempurna. Segala kritik dan saran atas segala kekurangan bapak dan ibu dosen jurusan Teknik Arsitektur dan pembaca akan sangat diharapkan demi tercapainya suatu hasil yang baik didalam pengerjaan laporan Tugas Akhir ini.

Demikian penyusunan laporan Tugas Akhir ini, diharapkan nantinya dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat serta dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Apabila terdapat kata-kata maupun penggunaan bahasa yang kurang tepat, selaku penyusun mohon maaf yang sebesarnya sekian saya ucapkan terima kasih.


(6)

114

DAFTAR PUSTAKA

Anomograph (2007), Jember Dalam Angka, Bappekab, Kabupaten jember.

Balhousie The Grange Care Home, File : //A:/ Balhousie The Grange Care Home. Htm

Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial (2008), Buku Klasifikasi Panti Departemen RI, Jakarta.

Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial (2008), Buku Peraturan Peningkatan Kualitas pelayanan Lansia, Jawa Timur.

Laporan Akhir RDTRK Unit Pengembangan Satelit, 2008.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2006), Pedoman Teknis Fasilitas Dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan Bagi Pengguna Kursi Roda NOMOR : 30/PRT/M/2006 ,Dinas Pekerjaan Umum, Surabaya.

Neufert, Ernest (1936), Data Arsitek jilid 1 dan 2, Erlangga, Jakarta. Panti Karya Kasih, File : //A:/ Panti jompo Panti Karya Kasih. Htm. Panti Jompo Melania, File : //A:/ Panti Jompo Melania. Htm

Suhartini, Yulia (2009), Buku Pedoman Pelayanan bagi Lanjut Usia (Day Care Service), Jakarta.

Suharno (2009), Buku Pedoman Pelayanan dan rehabilitasi Sosial, Jakarta.

Tutt, Patricia (1976), New Metric Handbook, The Architectural Press, London. www.surya.co.id/web/Surabaya-Raya/LansiaTelantar-PemkotSurabaya. www.wikipedia.co.id/web/Pengertian Pusat Pelayanan.