Analisa Data Penelitian PELAKSANAAN, HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

H 1 : Ada perbedaan rata-rata nilai yang signifikan pada kedua kelas. 2. Analisa Data post test Nilai post test dari kedua kelas ditulis dalam tabel nilai post test terlampir hal L97-L98. Perhitungan post test ini menggunakan program SPSS. Perhitungan yang diperoleh sebagai berikut: a. Uji Normalitas Data post test Tabel 4.27 Uji Normalitas Hasil Post test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kelas Nilai keals eksperimen N 24 Normal Parameters a,,b Mean 80.6667 Std. Deviation 20.52288 Most Extreme Differences Absolute .295 Positive .173 Negative -.295 Kolmogorov-Smirnov Z 1.446 Asymp. Sig. 2-tailed .030 kelas kontrol N 24 Normal Parameters a,,b Mean 72.4167 Std. Deviation 23.03101 Most Extreme Differences Absolute .321 Positive .138 Negative -.321 Kolmogorov-Smirnov Z 1.572 Asymp. Sig. 2-tailed .014 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Dari tabel dengan perhitungan menggunakan program SPSS diatas dapat ditentukan apakah kedua kelas tersebut berdistribusi normal. 1 Kelas Eksperimen H : Data post test pada kelas eksperimen berdistribusi normal H 1 : Data post test pada kelas eksperimen tidak berdistribusi normal H ditolak jika sig 2-tailed 0,05 Output SPSS D = 0,259 sig 2-tailed = 0,030 Karena sig 2-tailed = 0,030 0,05 maka H ditolak. Jadi data post test pada kelas eksperimen berdistribusi tidak normal. 2 Kelas Kontrol H : Data post test pada kelas kontrol berdistribusi normal H 1 : Data post test pada kelas kontrol tidak berdistribusi Normal H ditolak jika sig 2-tailed 0,05 Output SPSS D = 0,321 sig 2-tailed = 0,014 Karena sig 2-tailed = 0,014 0,05 maka H ditolak. Jadi data post test pada kelas eksperimen berdistribusi tidak normal. b. Uji Variansi Data post test Tabel 4.28 Uji Variansi Hasil Post test Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 Sig. Nilai Based on Mean .637 1 46 .429 Based on Median .079 1 46 .779 Based on Median and with adjusted df .079 1 43.733 .779 Based on trimmed mean .592 1 46 .446 Dari tabel dengan perhitungan menggunakan program SPSS diatas dapat ditentukan apakah kedua kelas tersebut memiliki variansi yang sama. : Variansi nilai post test pada kelas eksperimen : Variansi nilai post test pada kelas kontrol H : = H 1 : H ditolak jika sig 2-tailed 0,05 Output SPSS F = 0,637 sig 2-tailed = 0,429 Karena sig 2-tailed = 0,429 0,05 maka H diterima. Jadi data post test pada kelas eksperimen dan data post test pada kelas kontrol memiliki variansi yang sama. Keterangan: : Variansi nilai pretest pada kelas eksperimen : Variansi pretest pada kelas kontrol H : Variansi nilai pretest kedua kelas adalah sama H 1 : Variansi nilai pretest pada kedua kelas tidak sama c. Uji Perbedaan Rata-rata post test Karena data post test berdistribusi tidak normal maka untuk menguji rata-rata nilai post test menggunakan Mann-Whitney U. Tabel 4.29 Uji Rata-rata Nilai Post test dengan Metode Mann-Whitney U Ranks Kelas N Mean Rank Sum of Ranks Nilai keals eksperimen 24 27.96 671.00 kelas kontrol 24 21.04 505.00 Total 48 Test Statistics a Nilai Mann-Whitney U 184.000 Wilcoxon W 484.000 Z -2.174 Asymp. Sig. 2-tailed .030 a. Grouping Variable: kelas H : H 1 : H ditolak jika sig 2-tailed 0,05 Output SPSS U = 184 sig 2-tailed = 0,030 Karena sig 2-tailed = 0,030 0,05 maka H ditolak. Jadi nilai rata-rata post test pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol. Keterangan: : Nilai rata-rata post test pada kelas eksperimen. : Nilai rata-rata post test pada kelas kontrol. H : Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan nilai rata-rata kelas kontrol. H 1 : Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata kelas kontrol. 3. Analisa Data Keterlaksanaan Pembelajaran Data keterlaksanaan pembelajaran yang menggunakan teori belajar van Hiele dari kedua kelas ditulis dalam tabel data keterlaksanaan teori belajar van Hiele terlampir hal L71-L92. Berdasarkan dari data yang diperoleh dan dilakukan perhitungan maka: Diagram 4.1 Persentase Keterlaksanaan Teori Belajar van Hiele Berdasarkan diagram dan penjelasan diatas terlihat bahwa persentase keterlaksanaan pembelajaran menurun setiap pertemuannya. Hal ini disebabkan tidak semua fase pembelajaran menurut van Hiele dapat dilakukan setiap pertemuannya. Jika pada pertemuan sebelumnya fase tersebut telah dilakukan maka, pada pertemuan berikutnya fase tersebut bisa diulangi atau tidak dilakukan dengan syarat materi yang diajarkan masih sama. Sehingga mengakibatkan menurunnya persentase keterlaksanaan pembelajaran. Melihat data diatas dapat disimpulkan bahwa teori belajar van Hiele telah dilaksanakan dalam setiap pembelajaran yang dilakukan di kelas eksperimen walaupun persentasenya menurun setiap pertemuannya. 85 70 69 55 87 70 67 56 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4 Persentase Keterlaksanaan Teori Belajar van Hiele Observer 1 Observer 2 4. Analisa Data keaktifan siswa Data keaktifan siswa dalam setiap pembelajaran dari kedua kelas ditulis dalam tabel data keaktifan siswa terlampir hal L51-L69. Berdasarkan dari data yang didapat dan dilakukan perhitungan maka, diperoleh data persentase keaktifan siswa dan data frekuensi keaktifan siswa sebagai berikut : Diagram 4.2 Persentase Keaktifan Siswa Diagram 4.3 Jumlah Frekuensi Keaktifan siswa 48 32 48 32 28 24 36 28 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4 Persentase Keterlibatan Siswa Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 16 11 14 11 9 7 12 9 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4 Frekuensi Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen Kelas Kontrol a. Pertemuan pertama Pada diagram 4.2 terlihat bahwa keaktifan siswa selama pembelajaran pertemuan pertama di kelas eksperimen terletak pada rentang keaktifan cukup yaitu 48. Sedangkan keaktifan siswa selama pembelajaran pertemuan pertama pada kelas kontrol terletak pada rentang keaktifan rendah yaitu 28. Pada diagram 4.3 jumlah frekuensi keaktifan siswa pada pertemuan pertama di kelas eksperimen sebanyak 16 kali dan pada kelas kontrol sebanyak 9 kali. Berdasarkan data pada diagram 4.2 dan 4.3 jika dilihat dari jumlah persentase keaktifan siswa dan jumlah frekuensi keaktifan siswa dapat disilmpulkan bahwa pada pertemuan pertama keaktifan siswa di kelas eksperimen kriterianya lebih tinggi dibandingkan dengan keaktifan siswa di kelas kontrol. b. Pertemuan Kedua Pada diagram 4.2 terlihat bahwa keaktifan siswa selama pembelajaran pada pertemuan kedua di kelas eksperimen terletak pada rentang keaktifan rendah yaitu 32. Sedangkan keaktifan siswa selama pembelajaran pertemuan kedua pada kelas kontrol terletak pada rentang keaktifan rendah yaitu 24. Pada diagram 4.3 jumlah frekuensi keaktifan siswa pada pertemuan kedua di kelas eksperimen sebanyak 11 kali dan pada kelas kontrol sebanyak 7 kali. Berdasarkan data pada diagram 4.2 maka dapat disilmpulkan bahwa pada pertemuan kedua keaktifan siswa kelas eksperimen berada pada kriteria yang sama dengan siswa kelas kontrol yaitu “rendah”. Tetapi jika dilihat pada diagram 4.3 jumlah frekuensi keaktifan siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. c. Pertemuan Ketiga Pada diagram 4.2 terlihat bahwa keaktifan siswa selama pembelajaran pertemuan ketiga di kelas eksperimen terletak pada rentang keaktifan cukup yaitu 48. Sedangkan keaktifan siswa selama pembelajaran pertemuan ketiga pada kelas kontrol terletak pada rentang keaktifan rendah yaitu 36. Pada diagram 4.3 jumlah frekuensi keaktifan siswa pada pertemuan ketiga di kelas eksperimen sebanyak 14 kali dan pada kelas kontrol sebanyak 12 kali. Berdasarkan data pada diagram 4.2 dan 4.3 jika dilihat dari jumlah persentase keaktifan siswa dan jumlah frekuensi keaktifan siswa dapat disilmpulkan bahwa pada pertemuan ketiga keaktifan siswa di kelas eksperimen kriterianya lebih tinggi dibandingkan dengan keaktifan siswa di kelas kontrol. d. Pertemuan Keempat Pada diagram 4.2 terlihat bahwa keaktifan siswa selama pembelajaran pada pertemuan keempat di kelas eksperimen terletak pada rentang keaktifan rendah yaitu 32. Sedangkan keaktifan siswa selama pembelajaran pertemuan keempat pada kelas kontrol terletak pada rentang keaktifan rendah yaitu 28. Pada diagram 4.3 jumlah frekuensi keaktifan siswa pada pertemuan keempat di kelas eksperimen sebanyak 11 kali dan frekuensi keaktifan siswa kelas kontrol sebanyak 9 kali. Berdasarkan data pada diagram 4.2 maka dapat disilmpulkan bahwa pada pertemuan keempat keaktifan siswa kelas eksperimen berada pada kriteria yang sama dengan siswa kelas kontrol yaitu “rendah”. Tetapi jika dilihat pada diagram 4.3 jumlah frekuensi keaktifan siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. 5. Analisa Data Wawancara Siswa dan Guru Setelah melakukan wawancara dengan beberapa siswa diperoleh data seperti pada tabel 4.23. Beberapa siswa berpendapat pembelajaran yang menggunakan teori belajar van Hiele lebih baik dari pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan sebelum masuk ke materi baru mereka diingatkan terlebih dahulu ke materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, ada juga yang berpendapat pembelajarannya menyenangkan. Beberapa siswa juga berpendapat kelebihan pembelajaran yang menggunakan teori belajar van Hiele yaitu guru menjelaskan materi dengan detail, pembelajarannya tidak terlalu cepat sehingga membuat materi jadi mudah dimengerti. Selain kelebihannya siswa juga berpendapat ada beberapa kekurangan dari teori belajar van Hiele tidak dapat melanjutkan kemateri berikutnya jika belum mengerti. Setalah melakukan wawancara dengan guru diperoleh data seperti pada tabel 4.24. Guru berpendapat bahwa pembelajaran dengan menggunakan teori van Hiele sangat baik karena pembelajaran dilakukan dengan berdasarkan pada fase pembelajaran dan tahap berpikir siswa yang tidak bisa dilompati sehingga dapat membuat hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Guru juga berpendapat bahwa kekurangan teori belajar van Hiele terletak pada jika, kemampuan berpikir siswa lebih rendah dari tahap berpikir yang diajarkan maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran.

D. Pembahasan Data Penelitian

1. Hasil Belajar Siswa dan Keaktifan Siswa a. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kelas yang melakukan proses pembelajaran yang menggunakan teori belajar van Hiele dengan kelas yang melakukan proses pembelajaran konvesional. Siswa yang tuntas atau mencapai nilai KKM di kelas eksperimen ada 19 orang atau sebesar 76 sedangkan, siswa yang tuntas atau mencapai nilai KKM di kelas kontrol ada 16 orang atau sebesar 64. Pada saat melakukan tes akhir masing-masing 1 orang yang tidak masuk sekolah pada saat pengambilan data hasil belajar siswa. Dengan melihat persentase siswa yang mencapai nilai KKM dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teori belajar van Hiele pada kelas eksperimen efektif ditinjau dari hasil belajar siswa. b. Keaktifan siswa Data keaktifan siswa didapatkan dari pengamatan peneliti selama proses belajar mengajar berlangsung di kedua kelas. Setiap kelas melaksanakan 4 kali pertemuan yang setiap pertemuannya 2 jam pelajaran jadi peneliti melakukan pengamatan selama 16 jam pelajaran. Data keaktifan yang diperoleh kemudian dianalisis setiap pertemuannya. Data persentase keaktifan siswa dan frekuensi keaktifan siswa setiap pertemuan pada kedua kelas dihitung rata- ratanya, maka diperoleh : Rata-rata persentase keaktifan siswa kelas eksperimen selama pembelajaran sebesar 40. Sedangkan, rata-rata persentase keaktifan siswa di kelas kontrol selama pembelajaran hanya sebesar 29. Rata-rata frekuensi keaktifan kelas eksperimen sebesar 13 selama pembelajaran. Sedangkan, rata-rata frekuensi keaktifan kelas kontrol selama pembelajaran hanya sebesar 9,25. Berdasarkan data pada diagram 4.2 dan 4.3 maka, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan teori belajar van Hiele efektif ditinjau dari keaktifan siswa pada pokok bahasan kesebangunan. 2. Hasil Belajar dengan Perhitungan Mann Whitney U Berdasarkan data hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai sig 2-tailed sebesar 0,030. Karena nilai sig 2-tailed 0,030 0,05 maka H o ditolak yang berarti rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan rata- rata hasil belajar kelas kontrol. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan teori belajar van Hiele lebih efektif dibandingkan pembelajaran matematikan dengan menggunakan metode konvensional ditinjau dari hasil belajar siswa pada pokok bahasan kesebangunan.

E. Kelemahan Penelitian

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, disebabkan karena keterbatasan peneliti dalam melakukan pengambilan data di SMP Budya Wacana Yogyakarta, kelemahan-kelemahan tersebut antara lain : 1. Terdapat 10 siswa yang tidak hadir pada saat pembelajaran sehingga mempengaruhi persentase keaktifan siswa. 2. Terdapat 7 orang siswa yang tidak hadir pada saat pretest dan 2 orang siswa yang tidak hadir pada saat post test mengurangi data peneliti untuk menganalisis hasil penelitian . 3. Data wawancara yang kurang lengkap, kurang mendalam dalam melakukan wawancara dengan siswa maupun dengan guru mata pelajaran, sehingga data tanggapan mengenai teori belajar van Hiele yang diperoleh peneliti belum tentu menggambarkan keadaan yang sebenarnya. 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Pembelajaran van Hiele a. Hasil Belajar siswa Pada penelitian ini hasil belajar siswa dinilai dari post test yang diberikan setelah siswa mempelajari materi tentang kesebangunan selama 4 kali pertemuan. Dari hasil post test yang diperoleh rata-rata siswa yang mencapai nilai KKM sebesar 76. Karena rata-rata siswa yang telah mencapai nilai KKM lebih besar dari standar yang ada yaitu 75 pada satu kelas, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika yang menggunakan teori belajar van Hiele efektif digunakan dalam pembelajaran materi kesebangunan.

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2

0 5 9

IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN AJARAN

0 3 17

Implementasi pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

0 0 240

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi teori van Hiele pokok bahasan balok di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 369

Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta.

1 2 251

Pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK pada pembelajaran matematika pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan di kelas IX SMP Negeri 2 Jetis, Bantul.

0 8 254

Pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK pada pembelajaran matematika pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan di kelas IX SMP Negeri 2 Jetis, Bantul

0 2 252

Pengembangan Modul Pembelajaran Berdasarkan Teori Van Hiele pada Pokok Bahasan Segiempat untuk Meningkatkan Level Berpikir Geometri Siswa Kelas VII SMPN 1 Selogiri.

0 0 16

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN KOMPUTER PADA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA KELAS IX SMP

2 4 17

EFEKTIFITAS PENERAPAN TEORI VAN HIELE PADA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN GEOMETRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 MAKASSAR

0 0 73