Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi teori van Hiele pokok bahasan balok di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Clara Prasetyawati Prabaningrum. 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele Pokok Bahasan Balok di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini adalah penelitian yang mengembangkan perangkat pembelajaran matamatika materi balok dengan mengunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan mengakomodasi teori Van Hiele. Latar belakang penelitian ini adalah pembelajaran matematika masih cenderung hanya menekankan aspek kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan produk yang digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran matematika topik balok menggunakan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele.

Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan Sugiyono, yang meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain, (6) Uji Coba Produk dan (7) Revisi Produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, bahan ajar, LKS, Tes, dan penilaian sikap. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta. Objek penelitian ini adalah semua perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, wawancara dan tes.

Hasil validasi perangkat pembelajaran adalah 4,14 termasuk dalam kategori Baik sedangkan kuesioner respon siswa terhadap proses prmbelajaran PPR mengakomodasi teori Van Hiele memperoleh hasil 123,91 termasuk dalam kategori Bagus.


(2)

ABSTRACT

Clara Prasetyawati Prabaningrum. 2016. Developing Mathematics Learning Set by Using Reflective Pedagogy Paradigm that Accomodates the Theory of Van Hiele in the Subject of Rectangular Solid for Grade VIII E Negeri 1 State Senior High School Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Educiation, Sanata Dharma University.

The study was a study that developed a mathematics learning set for the subject of rectangular solid by using the Reflective Pedagogy Paradigm and by accomodating the theory of Van Hiele. The background of the study was that the mathematics learning that still inclined to emphasize the cognitive aspect only. The objective of the study was to generate a product design that might be used for facilitating the mathematics learning in the subject of rectangular solid that used of Reflective Pedagogic Paradigm and that accomodated the theory of Van Hiele.

The researcher implemented the research and development procedures that had been developed by Sugiyono and these procedures included: (1) Potentials and Problems, (2) Data Gathering, (3) Product Design, (4) Design Validation, (5) Design Revision, (6) Product Testing and (7) Product Revision. The learning sets that had been developed were the syllabus, the lesson plans, the learning materials, the students’ practice sheet, the test and the attitude assessment. The subjects in the study were the students of Grade VIII E in the Negeri 1 Junior High School Yogyakarta. Then, the objects of the study were all of the learning sets that had been developed by the researcher. The data gathering techniques that the researcher implemented were observation, questionnaire, interview and test.

The results of learning sets validation was equal to 4.14 and, therefore, the learning sets belonged to the Good categorty. Then, the results of questionnaire analysis on the students’ response toward the Reflective Pedagogy Paradigm that accomodated the theory of Van Hiele was equal to 123.91 and belonged to the Good category.


(3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

MATEMATIKA MENGGUNAKAN PARADIGMA PEDAGOGI

REFLEKTIF YANG MENGAKOMODASI TEORI VAN HIELE

POKOK BAHASAN BALOK DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh:

Clara Prasetyawati Prabaningrum NIM: 121414031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Aku persembahkan skripsi ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Kedua orang tua dan keluarga

Sahabat dan teman-teman tercinta

Almamater tercinta, Universitas Sanata Dharma


(7)

v MOTTO

Diberkatilah orang yang

mengandalkan Tuhan, yang menaruh

harapannya pada Tuhan!

Yeremia 17:7

Bersukacitalah dalam pengharapan,

sabarlah dalam kesesakan dan

bertekunlah dalam doa

Roma 12:12

The best preparation for tomorrow is doing your best

today


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

Clara Prasetyawati Prabaningrum. 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele Pokok Bahasan Balok di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini adalah penelitian yang mengembangkan perangkat pembelajaran matamatika materi balok dengan mengunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan mengakomodasi teori Van Hiele. Latar belakang penelitian ini adalah pembelajaran matematika masih cenderung hanya menekankan aspek kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan produk yang digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran matematika topik balok yang menggunakan PPR mengakomodasi teori Van Hiele.

Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan Sugiyono, yang meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain, (6) Uji Coba Produk dan (7) Revisi Produk. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, bahan ajar, LKS, Tes, dan penilaian sikap. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta. Objek penelitian ini adalah semua perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, wawancara dan tes.

Hasil validasi perangkat pembelajaran adalah 4,14 termasuk dalam kategori Baik sedangkan kuesioner respon siswa terhadap proses prmbelajaran PPR mengakomodasi teori Van Hiele memperoleh hasil 123,91 termasuk dalam kategori Bagus.


(11)

ix ABSTRACT

Clara Prasetyawati Prabaningrum. 2016. Developing Mathematics Learning Set by Using Reflective Pedagogy Paradigm that Accomodates the Theory of Van Hiele in the Subject of Rectangular Solid for Grade VIII E Negeri 1 State Senior High School Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Mathematics Educiation, Sanata Dharma University.

The study was a study that developed a mathematics learning set for the subject of rectangular solid by using the Reflective Pedagogy Paradigm and by accomodating the theory of Van Hiele. The background of the study was that the mathematics learning that still inclined to emphasize the cognitive aspect only. The objective of the study was to generate a product design that might be used for facilitating the mathematics learning in the subject of rectangular solid that used Reflective Pedagogic Paradigm and that accomodated the theory of Van Hiele.

The researcher implemented the research and development procedures that had been developed by Sugiyono and these procedures included: (1) Potentials and Problems, (2) Data Gathering, (3) Product Design, (4) Design Validation, (5) Design Revision, (6) Product Testing and (7) Product Revision. The learning sets that had been developed were the syllabus, the lesson plans, the learning materials, the students’ practice sheet, the test and the attitude assessment. The subjects in the study were the students of Grade VIII E in the Negeri 1 Junior High School Yogyakarta. Then, the objects of the study were all of the learning sets that had been developed by the researcher. The data gathering techniques that the researcher implemented were observation, questionnaire, interview and test.

The results of learning sets validation was equal to 4.14 and, therefore, the learning sets belonged to the Good categorty. Then, the results of questionnaire analysis on the students’ response toward the Reflective Pedagogy Paradigm that accomodated the theory of Van Hiele was equal to 123.91 and belonged to the Good category.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia dan penyertaanNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele Pokok Bahasan Balok di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta” ini dengan tepat waktu. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Hongki Julie, M.Si,. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika. 3. Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Matematika. 4. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, semangat, dan sumbangan pemikiran dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

5. Veronika Fitri Rianasari, S.Pd., M.Sc., Feby Sanjaya, M.Si., dan Niluh Sulistyani M.Pd., selaku dosen ahli yang telah bersedia menjadi validator instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

6. Dra. Y. Niken Ssasanti selaku Kepala SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat berlangsung dengan baik.

7. Maria Roostika, S.Pd., selaku guru matematika kelas VIII E SMP N 1 Yogyakarta yang telah bersedia untuk menjadi validator perangkat pembelajaran sekaligus mengujicobakan perangkat pembelajaran yang dirancang oleh peneliti.


(13)

xi

8. Siswa kelas VIII E SMP N 1 Yogyakarta yang telah terlibat aktif selama proses penelitian.

9. Kedua orang tua, Prasetyo Sinung Widodo S.Pd dan Fransisca Erlina Sulistyawati, S.Pd yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, dan doa bagi penulis.

10. Adikku Destian Prasanto yang selalu menemani dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi.

11. Pak Neo dan Bu Tutik yang selalu menyemangati dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

12. Sahabat-sahabat terkasih yang selalu memberikan semangat dan motivasi bagi peneliti: Dina, Malla, Christin, Maria, Sekar, Lita, Rara, Galuh, Lina, Seli, Rika, Ika, Mbak Anas.

13. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi: Vita, Ela, Dhian, Raisa, Agnes, Asih, Galuh, dan Beby. 14. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2012 yang telah memberikan

bantuan dan dukungan bagi peneliti.

15. Semua pihak yang telah banyak berjasa dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu penulis sangat mnegharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhirnya semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Batasan Istilah ... 9


(15)

xiii

BAB II Landasan Teori ... 16

A. Kajian Pustaka ... 16

1. Pembelajaran Matematika ... 16

2. Pengembangan ... 19

3. Paradigma Pedagogi Reflektif ... 24

4. Teori Van Hiele ... 30

5. Balok ... 35

6. Perangkat Pembelajaran ... 41

7. Hasil Belajar ... 45

B. Penelitian yang Relevan ... 47

C. Kerangka Berpikir ... 49

BAB III Metode Penelitian ... 51

A. Jenis Penelitian ... 51

B. Setting Penelitian ... 52

C. Prosedur Pengembangan ... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ... 55

E. Instrumen Penelitian ... 58

F. Teknik Analisis Data ... 72

BAB IV Hasil Penelitian, Pembahasan, dan Keterbatasan Penelitian ... 81

A. Hasil Penelitian ... 81

B. Pembahasan ... 123

1. Pengembangan Perangkat ... 125

2. Pengembangan Perangkat ... 129

3. Respon Guru dan Siswa ... 142


(16)

xiv BAB V

Penutup...147

A. Kesimpulan...147

B. Saran...148

DAFTAR PUSTAKA ... 151


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kubus Satuan untuk Menemukan Volume Balok ... 40

Tabel 3.1. Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Desain Produk ... 60

Tabel 3.2. Kisi-kisi Penilaian Sikap dan Perilaku Siswa Conscience dan Compassion... 63

Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... 64

Tabel 3.4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 66

Tabel 3.5. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Setelah Uji Coba Produk ... 67

Tabel 3.6. Kisi-kisi Tes Geometri Balok ... 69

Tabel 3.7. Kisi-kisi Angket Validasi Produk ... 70

Tabel 3.8. Kriteria Penilaian Kualitas ... 75

Tabel 3.9. Kriteria Skor Skala Lima ... 77

Tabel 3.10. Tabel Pedoman Penskoran Angket Respon Siswa ... 78

Tabel 3.11. Kriteria Respon Siswa ... 79

Tabel 3.12. Presentase Ketuntasan Hasil Belajar ... 80

Tabel 4.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 99

Tabel 4.2. Revisi Desain Perangkat Pembelajaran ... 100

Tabel 4.3. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Produk ... 102

Tabel 4.4. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Produk ... 122

Tabel 4.5. Presentase Kelulusan Ulangan Harian ... 132

Tabel 4.6. Presentase Nilai Ulangan Harian ... 133

Tabel 4.7. Presentase Kelulusan Remidiasi Pertama ... 133

Tabel 4.8. Presentase Nilai Remidiasi Pertama ... 134

Tabel 4.9. Presentase Kelulusan Remidiasi Kedua ... 135

Tabel 4.10. Presentase Nilai Remidiasi Kedua ... 135

Tabel 4.11. Penilaian Sikap Ketelitian Siswa ... 136

Tabel 4.12. Penilaian Sikap Percaya Diri Siswa ... 137

Tabel 4.13. Penilaian Sikap Kerjasama Siswa ... 138

Tabel 4.14. Penilaian Sikap Tanggung Jawab Siswa ... 139

Tabel 4.15. Penilaian Sikap Saling Membantu Siswa ... 140


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Bagan 2.1. Skema Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono ... 21

Gambar 2.2. Balok ABCD.EFGH ... 38

Gambar 2.3. Jaring- jaring Balok ABCD.EFGH ... 38

Gambar 2.4. Jaring- jaring Balok ABCD.EFGH ... 39

Gambar 2.5. Jaring- jaring Balok ... 39

Bagan 3.1. Skema Penelitian dan Pengembangaan ... 53

Gambar 4.1. Guru dan Siswa Berdiskusi Tentang Kegunaan Balok dalam Kehidupan Sehari-hari ... 106

Gambar 4.2. Guru dan Siswa Menemukan Unsur-unsur Balok Menggunakan Kerangka Balok. ... 108

Gambar 4.3. Guru dan Siswa Mengidentifikasi Jaring-jaring Balok ... 116

Gambar 4.4. Siswa Menemukan Rumus Volume Balok dengan Menggunakan Alat Peraga Kubus Satuan ... 118


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Sudah Penelitian 154

Lampiran 2 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan 155 Lampiran 3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Setelah Uji Coba 158

Lampiran 4 Hasil Validasi Kuesioner 159

Lampiran 5 Hasil Validasi Pedoman Observasi 160

Lampiran 6 Hasil Observasi Proses Pembelajaran 161

Lampiran 7 Hasil Scanning Lembar Validasi Instrumen Penelitian 166

Lampiran 8 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran 183

Lampiran 9 Hasil Scanning Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran 190

Lampiran 10 Hasil Olah Data Kuesioner Respon Siswa 243

Lampiran 11 Silabus 244

Lampiran 12 RPP 250

Lampiran 13 Bahan Ajar 261

Lampiran 14 Lembar Kegiatan Siswa 270

Lampiran 15 Soal THB dan Pedoman Penskoran 280

Lampiran 16 Penilaian Conscience dan Compassion 285

Lampiran 17 Wawancara Analisis Kebutuhan 288

Lampiran 18 Hasil Observasi Pembelajaran Awal 290

Lampiran 19 Hasil Scanning LKS Siswa 294

Lampiran 20 Hasil Scanning Lembar Jawab Ulangan Harian Balok 305 Lampiran 21 Hasil Scanning Lembar Jawab Ulangan Remedial Balok 306

Lampiran 22 Hasil Scanning Refleksi Siswa 309

Lampiran 23 Transkripsi Uji Coba Produk 312

Lampiran 24 Wawancara Guru Setelah Uji Coba Produk 322

Lampiran 25 Wawancara Siswa 324

Lampiran 26 Daftar Nilai Siswa 327

Lampiran 27 Hasil Penilaian Conscience dan Compassion 328

Lampiran 28 Hasil Scanning Kuesioner Respon Siswa 344


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memliki peran yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia dalam melaksanakan kehidupannya tidak terlepas dari pendidikan. Sebab pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia itu sendiri. Seseorang dapat mengetahui banyak hal atau berwawasan luas melalui pendidikan. Seseorang yang berwawasan luas dapat menentukan langkah terbaik mengambil suatu tindakan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang bahkan sangat rumit untuk dihadapi. Pendidikan membuat seseorang menjadi unggul dalam berbagai bidang keilmuan, selain itu dapat membentuk karakter-karakter yang kreatif, inovatif dan memiliki keterampilan-keterampilan yang ahli dalam berbagai macam bidang pekerjaan.

Masalah utama yang terjadi pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah sekolah lebih cenderung mementingkan aspek kecerdasan otak saja. Banyak program pendidikan yang hanya berpusat pada kecerdasan akal atau Intelligence Quotient (IQ) saja, padahal aspek kecerdasan lain juga diperlukan dalam pribadi seseorang seperti mengembangkan kecerdasan emosi, sosial,


(21)

spiritual, linguistik, kinestetis dan interpersonal. Guru sangat berperan dalam mengembangkan kecerdasan siswa agar siswa mampu mengelola aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dengan baik. Oleh karena itu sebaiknya guru dituntut untuk dapat mengembangkan pribadi siswa agar siswa menjadi pribadi yang utuh dan berintegritas.

Guru tidak hanya meningkatkan nilai akademik saja dalam menerapkan suatu pembelajaran, melainkan juga harus meningkatkan sikap yang baik dan kepedulian terhadap sesama. Kondisi yang terjadi di SMP Negeri 1 Yogyakarta guru tidak pernah mengajak siswa untuk merefleksikan pengalaman pembelajaran yang telah dipelajari. Hal tersebut membuat siswa kurang mampu memaknai pembelajaran dan nilai yang diajarkan seperti nilai kerjasama, tanggung jawab, peduli, saling menghargai dan saling menolong. Penelitian ini menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), yang menekankan pada pengembangan aspek kompetensi (competence), suara hati (conscience), dan kepedulian (compassion). Menurut Subagya (2008: 39) PPR merupakan pola pikir dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kemanusiaan. Pribadi kemanusiaan adalah pribadi yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan seperti persaudaraan, solidaritas, kerja sama, dll. Pola pikir tersebut berupa siswa diberi pengalaman tentang nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, dan selanjutnya siswa difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut. Melalui dinamika polapikir tersebut, siswa diharapkan


(22)

mengalami sendiri (bukan hanya mendapat informasi karena diberitahu). Refleksi diharapkan dapat membuat siswa yakin pada diri sendiri (bukan karena patuh pada tradisi atau peraturan). Aksi diharapkan dapat membuat siswa memiliki inisiatif (bukan karena ikut-ikutan atau takut sanksi). Pembentukan kepribadian diharapkan dilakukan sedemikian rupa sehingga siswa nantinya memiliki komitmen untuk memperjuangkan kehidupan bersama yang lebih adil, bersaudara, bermartabat, melestarikan lingkungan hidup, dan lebih menjamin kesejahteraan umum.

Paradigma Pedagogi Reflektif memberikan pengalaman persaudaraan kepada siswa. Pengalaman persaudaraan dapat melalui kerjasama kelompok maupun pengalaman pribadi atau individu. Peneliti menggunakan pengalaman kerjasama kelompok karena guru kurang mengembangkan kegiatan diskusi dan presentasi pada siswa sedangkan kerjasama kelompok lebih mudah dilaksanakan, dan lebih cepat tampak hasilnya. Kerjasama kelompok diharapkan dapat menumbuhkembangkan persaudaraan, solidaritas antarteman, dan saling menghargai yang merupakan aspek-aspek kemanusiaan.

Kehidupan manusia tidak terlepas dari persoalaan matematika. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat penting diajarkan kepada siswa. Namun kenyataannya banyak siswa yang kurang mengerti arti penting matematika bagi kehidupan, sehingga siswa kurang berminat dan kurang termotivasi dalam mempelajari matematika. Menurut pengalaman dan pengamatan yang dilakukan peneliti, matematika cukup sulit dipahami oleh


(23)

siswa karena memiliki objek yang bersifat abstrak dan membutuhkan penalaran yang cukup tinggi untuk memahami konsep-konsep, sehingga perlu menerapkan pembelajaran yang tepat guna membantu pemahaman dan penguasaan materi siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar geometri. Hal tersebut disebabkan karena strategi pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Kurangnya pemahaman pada konsep geometri di sekolah diduga karena pembelajaran geometri tidak mempertimbangkan tingkat perkembangan siswa dan bahan pembelajaran geometri tidak sesuai dengan tingkat berpikir siswa. Menurut Khotimah (2013: 10), salah satu teori yang dapat untuk digunakan dalam pembelajaran geometri adalah teori Van Hiele. Teori Van Hiele membagi tahapan berpikir siswa dalam tahap visualisasi, tahap analisis, tahap deduksi informal, tahap deduksi dan rigor. Sedangkan tahapan dalam pembelajaran Van Hiele membagi dalam tahap inquiri, tahap orientasi terarah, tahap uraian, tahap orientasi bebas dan tahap integrasi.

Materi geometri yang dibahas di SMP kelas VIII adalah materi bangun ruang sisi datar. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan guru di SMP Negeri 1 Yogyakarta, sebagai tempat untuk melakukan penelitian, ditemukan beberapa permasalahan yang sering dialami dalam proses pembelajaran yaitu mengenai pelaksanaan pembelajaran geometri menggunakan media yang terbatas. Hal


(24)

tersebut juga didukung oleh guru yang tidak menyampaikan materi secara lengkap sehingga membuat siswa kurang memahami materi secara detail.

Balok merupakan materi dasar dalam mempelajari geometri karena materi balok digunakan untuk mempelajari materi selanjutnya dan materi ini memiliki keterikatan dengan lingkungan sekitar siswa sehingga siswa harus benar-benar memahami materi balok. Namun berdasarkan hasil wawancara, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep yang digunakan untuk menyelesaikannya, bahkan sering terjadi siswa tidak tahu darimana harus memulai menyelesaikan soal tersebut. Materi ini menjadi semakin sulit dipahami oleh siswa apabila penyampaiannya tidak menggunakan pembelajaran yang menarik, dan efektif.

Penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang mengakomodasi teori Van Hiele. Siswa mempelajari geometri melalui fase belajar dalam geometri yang telah dikembangkan Van Hiele. Hal ini bertujuan agar siswa secara bersama-sama mengkaji mengenai bangun-bangun geometri dari bentuk maupun sifat yang dimiliki bangun tersebut. Selain itu, siswa juga bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan yang lebih komplek.

Selain latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti juga mengacu pada penelitian dari Wulandari tahun 2015 tentang Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengakomodasi Teori Van Hiele Materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan Pendekatan Saintifik pada siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1


(25)

Kalibawang yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Selain itu, penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Kurnianingsih tahun 2015 tentang Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Pembelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Competence, Conscience dan Compassion Siswa X-5 SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian dan pengembangan (research and development/ R&D) dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele Pokok Bahasan Balok di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran matematika, peneliti mengidentifikasi masalah yang muncul yaitu: 1. Alat peraga yang digunakan guru masih terbatas, hanya seputar kerangka

bangun ruang.

2. Guru langsung menjelaskan materi serta kurang mengembangkan kegiatan diskusi dan presentasi pada siswa.

3. Siswa kesulitan mempelajari materi geometri dan memahami konsep materi sehingga hanya sekedar menghafalkan rumus.

4. Siswa tidak mampu merefleksikan proses pembelajaran sehingga materi yang diperoleh tidak dikembangkan.


(26)

5. Guru hanya menggunakan aspek kognitif sehingga aspek lain kurang dikembangkan.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti pada kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta. Adapun pembatasan masalah tersebut antara lain:

1. Penelitian ini menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang mengakomodasi teori Van Hiele;

2. Peneliti mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dengan cara diskusi kelompok menggunakan alat peraga;

3. Bidang kajian terbatas pada materi dan soal pada materi balok dan dampak penggunaannya dalam proses pembelajaran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran materi balok dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yang mengakomodasi teori Van Hiele? 2. Bagaimana kualitas dari perangkat pembelajaran materi balok dengan PPR


(27)

3. Bagaimana respon guru dan siswa terhadap pembelajaran materi balok dengan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele?

E. Tujuan penelitian

Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran materi balok dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yang mengakomodasi teori Van Hiele.

2. Untuk mendeskripsikan kualitas dari perangkat pembelajaran materi balok dengan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele.

3. Untuk mendeskripsikan respon guru dan siswa terhadap perangkat pembelajaran materi balok dengan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat meliputi:

1. Pihak sekolah

Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai cara mengembangkan pendidikan karakter berupa Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yang bermanfaat untuk proses pembelajaran.


(28)

2. Guru matematika

Guru dapat menambah pengalaman dari keterlibatan pengembangan dan pengujian pembelajaran matematika berupa PPR yang diharapkan mampu memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai pendekatan yang tepat dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

3. Siswa

Siswa dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika dalam materi bangun ruang sisi datar sub bab balok dengan teori Van Hiele. Selain itu, sebagai pengalaman baru bagi siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan PPR sehingga mampu meningkatkan ketertarikan terhadap matematika.

4. Peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman baru secara langsung tentang mengembangkan perangkat pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele dan PPR. Selain itu peneliti juga menambah wawasan dalam mencari dan mengembangkan teori Van Hiele ataupun PPR untuk materi lainnya. 5. Pembaca

Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi yang ingin meneliti lebih lanjut untuk dapat mengembangkan penelitiannya.


(29)

G. Batasan Istilah

Agar tidak menimbulkan penafsiran ganda ataupun kesalahpahaman akan maksud dan isi dari penelitian ini, maka perlu adanya batasan istilah yang digunakan, yaitu:

1. Paradigma pedagogi reflektif adalah pola pikir yang membentuk pribadi siswa menjadi pribadi yang menumbuhkan nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan yang dimaksud seperti persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, kerja sama.

2. Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tahap-tahap berpikir siswa dalam mempelajari geometri.

3. Balok adalah bangun ruang yang memiliki enam sisi yang masing-masing berbentuk persegi panjang yang setiap sepasang-sepasang sejajar dan kongruen.

4. Penelitian Pengembangan adalah metode penelitian yang merancang, mengembangkan produk dan menguji keefektifan produk lalu disempurnakan sehingga dihasilkan produk yang terbaik dan dapat digunakan oleh sekolah.

H. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan berbentuk perangkat pembelajaran berupa Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan ajar, dan penilaian. Berikut adalah penjelasan mengenai spesifikasi produk yang peneliti kembangkan.


(30)

1. Silabus

Silabus yang dikembangkan oleh peneliti berpedoman pada silabus yang ada di sekolah dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan fase Van Hiele untuk materi balok. Perbedaan silabus ini adalah dalam kegiatan pembelajaran yang mengakomodasi fase pembelajaran Van Hiele, menggunakan PPR. Di bawah ini merupakan format silabus yang peneliti susun.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP yang dirancang oleh peneliti terdiri dari 2 pertemuan. Perbedaan RPP yang dikembangkan peneliti dengan RPP lainnya adalah pada langkah-langkah pembelajarannya. Langkah-langkah pembelajaran pada RPP ini menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif menggunakan dengan fase pembelajaran Van Hiele pada kegiatan inti. Dalam penelitian ini, 5 komponen dari Paradigma Pedagogi Reflektif yaitu konteks, pengalaman,

SILABUS PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISI DATAR

Sekolah :

Mata Pelajaran :

Kelas/Semester :

Alokasi Waktu :

Standar Kompetensi :

KD Materi Kegiatan

Pembelajaran Karakter Indikator Penilaian Waktu Media  Konteks

 Pengalaman  Refleksi  Aksi  Evaluasi

Consience

Compassion


(31)

refleksi, aksi dan evaluasi yang akan dikemas dalam 3 tahap kegiatan pembelajaran, yakni pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes, mencakup aspek competence, concsiece dan compassion.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah :

Mata Pelajaran : Kelas/Semester : Alokasi Waktu : Standar Kompetensi : A.Kompetensi Inti B.Kompetensi Dasar C.Indikator

1.Competence / Pengetetahuan 2.Consience / Suara Hati

3.Compassion / Kepedulian pada orang lain

D.Tujuan Pembelajaran

1.Competence / Pengetetahuan 2.Consience / Suara Hati

3.Compassion / Kepedulian pada orang lain

E.Materi Pembelajaran F.Nilai Kemanusiaan

G.Pendekatan dan Metode Pembelajaran H.Strategi Pembelajaran/Sekenario

1. Konteks 2. Pengalaman

a. Fase informasi

b. Fase orientasi terarah atau terpadu c. Fase eksplisitasi

d. Fase orientasi bebas e. Fase integrasi 3. Refleksi

4. Aksi 5. Evaluasi

I.Media Pembelajaran

J.Sumber, Alat dan Bahan Pembelajaran


(32)

3. LKS

LKS ini dikembangkan dengan berdasarkan teori Van Hiele sebagai acuan kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran matematika. LKS dirancang dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif, dimana LKS dapat memfasilitasi siswa untuk dapat menemukan konsep materi secara mandiri dan selanjutnya membagikannya pada teman yang lain. LKS ini digunakan untuk menunjang proses pembelajaran sehingga setiap pertemuan menggunakan berdasarkan indikator.

4. Bahan ajar

Bahan ajar yang dirancang dibuat berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan tujuan yang ingin dicapai, konsep-konsep, dan fakta yang faktual. Bahan ajar juga dikembangkan dengan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan mengakomodasi teori Van Hiele.

LEMBAR KEGIATAN SISWA

Materi Pelajaran :

Alokasi Waktu :

Alat Peraga :

Anggota Kelompok :

A.Petunjuk

B.Tujuan

C.Kegiatan belajar

Konteks Pengalaman Refleksi Aksi


(33)

5. Penilaian

Penilaian dirancang berdasarkan penilaian dalam Paradigma Pedagogi Reflektif, dimana terdapat 3 aspek yang dinilai yaitu competence, conscience, dan compassion. Penilaian competence dilihat dari tes tertulis yang diberikan pada siswa seperti tes hasil belajar. Penilaian conscience dan compassion dilihat dari pengamatan pada sikap dan perilaku siswa di dalam kelas.

BAHAN AJAR Konteks

Pengalaman

Balok

Unsur-unsur balok Sifat-sifat balok Jaring-jaring balok Luas Permukaan balok Volume balok

Refleksi Aksi Evaluasi

a. Competence

No Nama Kriteria Total

Skor


(34)

Keterangan: TB = Tidak Baik KB = Kurang Baik C = Cukup B = Baik SB = Sangat Baik

b. conscience

No Nama Percaya Diri

TB KB C B SB

1. ... 2. ...

No Nama Tanggung jawab

TB KB C B SB

1. ... 2. ...

No Nama Teliti

TB KB C B SB

1. ... 2. ...

No Nama Kerjasama

TB KB C B SB

1. ... 2. ...

c. compassion

No Nama Saling Membantu Saling Menghargai T

B K B

C B S B

T B

K B

C B S B 1. ...


(35)

16 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan landasan teori, yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Pembahasan tentang teori-teori yang mendukung, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir.

A.Kajian Pustaka

1.Pembelajaran Matematika

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan keyakinan yang diberikan oleh guru kepada siswa. Artinya pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.

Menurut Susanto (2013: 185), pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sedangkan belajar dilakukan oleh siswa. Pembelajaran mengandung makna belajar dan mengajar, atau merupakan kegiatan belajar mengajar. Belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan sebagai subyek yang menerima pelajaran sedangkan mengajar berorientasi


(36)

pada apa yang harus dilakukan guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa di dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.

Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi (interaksi) dan kerjasama antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan perolehan ilmu pengetahuan serta pembentukan sikap dan karakter.

Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing. Menurut Susilo (2001: 54) matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang dengan amat pesat, baik dari materi maupun kegunaanya. Sehingga dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan perkembangan-perkembangannya, baik dimasa lalu, masa sekarang maupun kemungkinan-kemungkinan untuk masa depan. Matematika yang dipelajari di sekolah terdiri atas materi-materi matematika yang menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpadu pada perkembangan IPTEK.

Fungsi mata pelajaran matematika sebagai alat, pola pikir dan ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika. Guru ataupun pengelola pendidikan matematika diharapkan untuk mengetahui fungsi matematika agar dapat memahami adanya hubungan antara matematika dengan berbagai ilmu lain


(37)

dalam kehidupan. Sebagai tindaklanjutnya siswa diharapkan dapat melihat berbagai contoh penggunaan matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam kehidupan kerja maupun kehidupan sehari-hari. Namun harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, sehingga diharapkan dapat membantu proses pembelajaran matematika di sekolah.

Menurut Susanto (2013: 85) matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari tapi dalam dunia kerja dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan.

Peneliti menyimpulkan bahwa matematika memiliki arti yang luas dan dapat ditinjau dari segala sudut karena matematika dapat memasuki seluruh segi kehidupan manusia. Matematika adalah alat, pola pikir dan ilmu atau pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memecahkan masalah mata pelajaran lain, kehidupan kerja maupun kehidupan sehari-hari, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


(38)

Menurut Susanto (2013: 186) pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang telah dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.

Berdasarkan pengertian pembelajaran dan matematika, peneliti membuat kesimpulan bahwa pembelajaran matematika adalah proses komunikasi (interaksi) dan kerjasama antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan perolehan ilmu pengetahuan dalam memecahkan masalah dan memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembentukan sikap dan karakter.

2.Pengembangan

Menurut Sukmadinata (2008: 164) penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di dalam keras, tetapi dapat juga berbentuk perangkat lunak (software). Produk perangkat lunak dalam pendidikan yang dimaksud seperti berikut pembelajaran


(39)

di kelas, perpustakaan atau laboratorium ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan evaluasi dan lain-lain.

Menurut Sugiyono (2011: 407) penelitian pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk menghasilkan produk tertentu dapat dilakukan dengan menganalisis kebutuhan lalu membuat suatu produk dan menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas.

Setyosari (2010: 207) menyatakan penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Tujuan dari penelitian pengembangan adalah ingin menilai perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.

Peneliti menyimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah metode penelitian untuk mengembangkan suatu produk atau menyempurnakan produk yang sudah ada dan menguji keefektifan produk tersebut setelah itu disempurnakan sehingga dihasilkan produk yang terbaik.

Menurut Sugiyono (2011: 408) langkah-langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan yang dilakukan untuk menghasilkan produk tertentu dan untuk menguji keefektifan produk yang dimaksud, adalah :


(40)

Gambar 2.1 Skema Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono a. Potensi dan masalah

Penelitian ini dapat berawal adanya potensi dan masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki suatu nilai tambah pada produk yang diteliti. Masalah adalah penyimpangan antara kondisi yang diharapkan dan keadaan yang terjadi. Masalah juga dapat dijadikan sebagai potensi, apabila dapat mendayagunakannya. Potensi dan masalah dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik, data tersebut tidak harus dicari sendiri melainkan dapat berdasarkan laporan penelitian orang lain.


(41)

b. Pengumpulan data

Setelah menemukan potensi dan masalah langkah selanjutnya yaitu mengumpulkan berbagai data dan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu untuk mengatasi masalah tersebut. Peneliti mengkaji ruang lingkup produk, kondisi pendukung agar produk dapat digunakan atau diimplementasikan secara optimal, serta keunggulan dan keterbatasannya. Pengumpulan data juga diperlukan untuk mengetahui langkah-langkah yang paling tepat serta batasan-batasan dalam pengembangan produk.

c. Desain Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian bermacam-macam. Produk yang dikembangkan dalam pendidikan dapat berupa perangkat keras seperti alat bantu pembelajaran, buku, modul atau paket belajar, dan perangkat lunak seperti program-program pendidikan dan pembelajaran, model-model pendidikan, kurikulum, implementasi, evaluasi, dll. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas dan relevan dengan kebutuhan. d. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Namun validasi disini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran tenaga ahli,


(42)

belum berdasarkan fakta lapangan. Setiap pakar atau tenaga ahli diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan keunggulannya.

e. Perbaikan Desain

Setelah desain produk diketahui kelemahannya, selanjutnya kelemahan tersebut direvisi atau diperbaiki oleh peneliti yang menghasilkan produk tersebut.

f. Uji Coba Produk

Desain produk yang telah divalidasi dan direvisi selanjutnya dapat diujicobakan pada kelompok yang terbatas. Uji coba tahap awal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keefektifan dan keefisienan desain produk yang telah dibuat.

g. Revisi Produk

Jika desain produk diujicobakan pada sampel yang terbatas masih terdapat kelemahan maka peneliti kembali melakukan perbaikan agar desain produk dapat diterapkan dalam lingkup yang lebih luas.

h. Uji Coba Pemakaian

Setelah pengujian tahap awal sudah dilakukan perbaikan, maka selanjutnya desain produk dapat diterapkan dalam untuk lingkup yang luas. Namun dalam pelaksanaan uji coba pemakaian, peneliti tetap harus menilai untuk mengetahui kekurangan atau hambatan yang muncul.


(43)

i. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan apabila dalam uji coba pemakaian masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Pada tahap ini bertujuan untuk mengevaluasi, memperbaiki serta menyempurnakan desain produk agar desain produk dapat diproduksi secara masal.

j. Pembuatan Produk Masal

Pembuatan produk masal dilakukan apabila produk yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Untuk memproduksi masal maka peneliti dapat menyampaikan hasil pengembangan (proses, prosedur, program atau produk) kepada para pengguna atau professional melalui forum pertemuan, menuliskan dalam jurnal, buku atau handbook.

3.Paradigma Pedagogi Reflektif

Menurut Subagya (2008: 39) Paradigma Pedagogi Reflektif diartikan sebagai pola pikir (paradigma) dalam menumbuhkembangkan kepribadian siswa yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Pola pikir dalam membentuk pribadi kemanusiaan yakni siswa diberi pengalaman suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, selanjutnya siswa difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut.


(44)

Menurut Suparno (2015: 18) Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu pedagogi bukan hanya sekedar metode pembelajaran. Pedagogi diartikan sebagai cara guru mendampingi siswa sehingga siswa dapat mengembangkan pribadi secara utuh.

Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan refleksi sebagai unsur pokok di dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Karena pada saat refleksi siswa menyimak kembali pengalaman pada saat pembelajaran lalu siswa dapat mengambil sikap yang memiliki nilai kemanusiaan dan berbuat sesuai dengan sikap-sikap tersebut. Hal ini yang membedakan PPR dengan pola pikir pendidikan yang selama ini terjadi, yang menganggap bahwa setelah siswa diberitahu atau dinasehati siswa akan mengubah perilakunya.

Peneliti menyimpulkan bahwa paradigma pedagogi reflektif adalah pola pikir yang membentuk kepribadian siswa menjadi pribadi yang menumbuhkembangkan dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan yang dimaksud seperti persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, kerja sama, dll.

Menurut Suparno (2015: 21) terdapat lima unsur dalam pelaksanaan pembelajaran PPR yaitu sebagai berikut:

a. Konteks

Konteks merupakan pengenalan pembelajaran yang diangkat dan dikembangkan oleh guru agar siswa menyadari pentingnya nilai-nilai


(45)

kemanusiaan. Tujuan pelaksanaan konteks adalah membantu guru dalam menentukan bentuk dan cara pemberian pengalaman pembelajaran agar siswa dapat menarik makna dari pembelajaran. Kegiatan konteks dapat berupa pengisisan kuesioner, pretes, tanya jawab maupun berbagi pengalaman.

b. Pengalaman

Berdasarkan konteks-konteks yang telah dikenal pada tahap sebelumnya, guru mengajak siswa untuk menemukan, mengungkapkan, menggunakan dan mengaitkan pengalaman-pengalaman siswa dengan ilmu yang dipelajari. Pengalaman tersebut dapat berupa pengalaman langsung maupun pengalaman tak langsung. Pengalaman langsung adalah pengalaman yang dialami oleh siswa sendiri baik di dalam maupun diluar kelas yang berkaitan dengan bidang ilmu yang sedang dipelajari. Pengalaman tidak langsung adalah pengalaman yang diperoleh siswa (tidak dialami sendiri) dari mendengar, membaca, dan melihat melalui media. Selanjutnya guru memberi sugesti agar siswa mempergunakan imajinasi mereka untuk mendengar cerita, melihat gambar, bermain peran, atau melihat tayangan film/video. Melalui kegiatan, siswa menemukan pengetahuan baru dari guru maupun siswa lain dan diharapkan siswa mampu menumbuhkan nilai kemanusiaan seperti persaudaraan, solidaritas, saling membantu, dll.


(46)

c. Refleksi

Refleksi merupakan unsur pokok yang harus ada di dalam pelaksanaan pembelajaran PPR karena refleksi merupakan tahapan penghubung antara pengalaman dan tindakan. Refleksi dilakukan dengan cara menyimak kembali pengalaman pada saat pembelajaran lalu siswa dapat mengambil sikap yang memiliki nilai kemanusiaan dan berbuat sesuai dengan sikap-sikap tersebut. Melalui refleksi, siswa memaknai nilai yang terkandung dalam pengalamannya dan diharapkan siswa membentuk pribadi sesuai dengan nilai yang terkandung dalam pengalamannya itu. Guru membimbing dan memfasilitasi siswa dengan pertanyaan agar siswa dapat merefleksikan pengalaman dan merencanakan tindakan sesuai dengan nilai kemanusiaan.

d. Aksi

Aksi dapat dilakukan siswa dengan membangun niat dalam memaknai hasil pembelajaran untuk mewujudkan niat tersebut berdasarkan pengalaman dan hasil refleksinya. Setelah siswa membangun niat dan memaknai pengalaman belajar, siswa membentuk pribadinya menjadi pribadi yang yakin dan berinisiatif untuk berkomitmen dalam mengamalkan nilai kemanusiaan. Peran guru disini membimbing dan memfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa terbantu untuk


(47)

membangun niat dan bertindak sesuai dengan pengalaman belajar dan hasil refleksinya.

e. Evaluasi

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam pembelajaran. Kemampuan yang dievaluasi tidak hanya terletak pada kemampuan kognitif melalui soal-soal ulangan, melainkan kemampuan non akademik lewat pengukuran nilai-nilai kehidupan siswa. Adanya evaluasi membuat siswa mampu melihat perkembangan dirinya dalam pemahaman pola pikir, sikap dan tindakan sosial.

Untuk menumbuhkan nilai kemanusiaan dapat disesuaikan dengan konteks pembelajaran siswa, lalu memberi siswa pengalaman suatu nilai kemanusiaan, kemudian memfasilitasi dengan pertanyaan agar siswa merefleksikan pengalaman tersebut, selanjutnya membuat pertanyaan aksi agar siswa melakukan niatan untuk berbuat sesuai nilai yang dikembangkan. Terakhir dilakukan evaluasi dari segi intelektual siswa, perubahan pola pikir, sikap dan perilaku siswa.

Menurut Pusat Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pembelajaran (P3MP USD) (2012: 39) pembelajaran berbasis PPR mengarahkan siswa untuk meningkatkan aspek competence, conscience dan compassion. Competence mencakup kompetensi pengetahuan, ketrampilan, kognitif, ketrampilan psikomotor dan ketrampilan memecahkan masalah. Conscience dan


(48)

compassion mencakup sikap, perilaku dan nilai. Berikut ini merupakan pengertian dari 3C (competence, conscience dan compassion) menurut Subagya (2008: 23).

a. Competence (pengetahuan)

Competence yaitu tingkat kecerdasan yang dinilai dalam mengerjakan evaluasi sehingga memperoleh skor yang tinggi (kognitif), ketrampilan siswa yang ditunjukkan dalam proses pembelajaran (psikomotorik). Aspek competence mengharapkan siswa dapat berkembang kompetisinya supaya dapat menjadi siswa yang cerdas dan pandai dalam sisi akademik. b. Conscience (suara hati)

Conscience merupakan aspek yang menekankan suara hati yang digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan manusia terutama bagi siswa dalam hal mengembangkan karakter diri. Suara hati digunakan untuk mengetahui bagaimana seseorang bersikap atas apa yang dilakukannya untuk memilih mana yang benar dan mana yang salah, dan diharapkan seseorang tersebut akan memilih sesuatu yang benar.

c. Compassion (bela rasa)

Compassion merupakan aspek afektif yang dikembangkan sebagai kemampuan untuk berbela rasa pada sesama dan lingkungan. Compassion (bela rasa) sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari untuk mengasah kepekaan sosial pada kehidupan masyarakat. Bela rasa


(49)

pada proses pembelajaran lebih ditunjukkan pada sikap siswa untuk dapat saling membantu satu sama lain apabila ada kesulitan dalam pembelajaran dan menghargai pendapat dan perbedaan antar manusia. 3C (Competence, Conscience dan Compassion) dianggap sebagai sebuah keterpaduan yang harus dikembangkan oleh siswa supaya dapat menjadi pribadi yang berkembang secara utuh baik perstasi maupun suara hati dan bela rasa. Siswa juga memadukan perkembangan unsur kognitif, psikomotorik dan afektif. Competence mengandung unsur kognitif dan psikomotorik. Conscience dan compassion mengandung unsur afektif.

4.Teori Van Hiele

Teori Van Hiele pertama kali dikembangkan oleh Pierre Marie van Hiele dan Dina Van Hiele-Geldof, mereka mengadakan penelitian di lapangan melalui observasi dan tanya jawab, kemudian hasil penelitiannya telah diakui secara internasional tahun 1950-an. Menurut Safrina (2014: 9) teori Van Hiele menjelaskan mengenai perkembangan berpikir siswa melalui tahap-tahap kognitif dalam belajar geometri. Mereka berpendapat bahwa siswa mengalami perkembangan kemampuan berpikir dalam mempelajari geometri. Selain mengemukakan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif dalam memahami geometri, teori Van Hiele juga mengemukakan beberapa teori


(50)

berkaitan dengan pembelajaran geometri. Teori yang dikemukakan Van Hiele antara lain adalah sebagai berikut:

Tiga unsur yang utama pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan metode penyusun yang apabila dikelola secara terpadu dapat mengakibatkan meningkatnya kemampuan berpikir anak kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap yang sebelumnya.

Agar siswa memahami geometri, kegiatan belajar siswa harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan atau taraf berpikir siswa sehingga siswa dapat memperkaya pengalaman dan berpikirnya. Menurut teori van Hiele, (dalam Walle, 2008: 151) siswa melalui lima tahap pemahaman berpikir dalam belajar geometri sebagai berikut:

a. Tahap Pengenalan

Tahap ini siswa mulai belajar mengenai suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya itu. Contoh kegiatan siswa pada tahap pengenalan, siswa sudah mengerti balok itu seperti CPU namun belum mengetahui sifat-sifatnya. Sehingga ketika guru memberikan pertanyaan “apakah panjang diagonal ruang bangun balok sama panjang?” siswa belum dapat menjawabnya.


(51)

b. Tahap Analisis

Tahap ini siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat bangun geometri yang diamatinya dan mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat pada benda geometri itu seperti pada sebuah balok banyak sisinya ada 6 buah, sedangkan banyak rusuknya ada 12. Seandainya guru menanyakan apakah kubus itu balok? Siswa belum dapat menjawab pertanyaan tersebut karena siswa belum memahami hubungan antara balok dan kubus.

c. Tahap Pengurutan

Tahap ini siswa sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. Siswa sudah memahami pengurutan bangun-bangun geometri. Misalnya, siswa sudah mengetahui kubus itu adalah balok. Pada tahap ini siswa sudah mulai mampu untuk melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi masih belum berkembang baik. Karena masih pada tahap awal siswa masih belum mampu memberikan alasan yang rinci ketika ditanya mengapa panjang diagonal ruang bangun balok itu sama.

d. Tahap Deduksi.

Tahap ini siswa sudah dapat memahami deduksi, yaitu mengambil kesimpulan secara deduktif atau khusus. Siswa pada tahap ini telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, di samping unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau problem, dan


(52)

teorema. Siswa belum memahami kegunaan dari suatu sistem deduktif. Oleh karena itu, pada tahap ini siswa belum dapat menjawab pertanyaan “mengapa sesuatu itu disajikan teorema atau dalil”.

e. Tahap Keakuratan.

Tahap terakhir adalah tahap keakuratan yang merupakan tahap tertinggi dalam memahami geometri. Siswa sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian dan memahami mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau dalil. Tahap ini memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit. Oleh karena itu, jarang atau hanya sedikit sekali siswa yang sampai pada tahap berpikir ini sekalipun siswa tersebut sudah berada di tingkat SMA.

Menurut Nur’aeni (2010: 32), kemajuan tahap pemahaman geometri naik ke tahapan berikutnya memerlukan lima fase pembelajaran. Kemajuan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya lebih bergantung pada pegalaman pembelajaran daripada usia. Ketika pembelajaran geometri, siswa sendiri yang menentukan waktu untuk naik ke tahapan yang lebih tinggi. Meskipun demikian, siswa tidak akan mencapai kemajuan tanpa bantuan guru. Oleh karena itu, maka ditetapkan fase-fase pembelajaran yang menunjukkan tujuan belajar siswa dan peran guru dalam mencapai tujuan belajar. Kelima fase menurut Nur’aeni (2010: 32) adalah fase informasi, orientasi terarah, eksplisitasi, orientasi bebas dan integrasi.


(53)

a. Fase Informasi

Guru dan siswa menggunakan tanya-jawab atau diskusi mengenai suatu topik sambil guru mengidentifikasi tentang apa yang sudah diketahui siswa dan bagaimana siswa berorientasi dengan topik tersebut. Tujuan dari kegiatan ini adalah: (1) guru mempelajari pengalaman awal yang dimiliki siswa tentang topik yang dibahas, (2) guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan pembelajaran yang diambil.

b. Fase Orientasi Terarah atau Terpadu

Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat maupun objek-objek yang telah disiapkan guru. Alat-alat ini menjelaskan topik yang dipelajari lalu siswa dapat merespon manfaat alat tersebut. Guru memastikan bahwa siswa mempelajari topik tersebut dengan spesifik. c. Fase Eksplisitasi

Siswa mengekspresikan atau meggambarkan apa yang telah dipelajari mengenai topik bahasan dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri. Guru membantu siswa dalam menggunakan kosa kata maupun istilah matematika yang relevan.

d. Fase Orientasi Bebas

Siswa menerapkan hubungan-hubungan yang sedang dipelajari untuk menyelesaikan masalah, menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks


(54)

berupa tugas yang memerlukan banyak langkah. Siswa memperoleh pengalaman dalam memecahkan soal dan menyelesaikan tugas dengan cara mereka sendiri.

e. Fase Integrasi

Siswa meninjau kembali, meringkas serta mengintegrasikan apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu siswa dalam membuat kesimpulan dengan melengkapi apa yang telah dipelajari siswa. Hal ini penting, tetapi kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru.

Setelah selesai fase kelima ini, maka tingkat pemikiran yang baru tentang topik itu dapat tercapai. Pada umumnya, hasil penelitian di Amerika Serikat dan negara lainnya menetapkan bahwa tingkat-tingkat dari Van Hiele berguna untuk menggambarkan perkembangan konsep geometrik siswa dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.

Peneliti menyimpulkan bahwa teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tahap berpikir siswa dalam mempelajari geometri. Terdapat lima tahap pemahaman geometri yaitu tahap pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan keakuratan. Untuk meningkatkan suatu tahap pemahaman geometri ke tahap yang lebih tinggi Van Hiele menjelaskan terdapat 5 fase yaitu: informasi, orientasi terpadu, eksplisitasi, orietasi bebas dan intregasi.


(55)

5.Balok

Menurut Slavin & Crisoniso (2015: 168) balok adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk persegi panjang dan tingginya tegak lurus dengan alas. Menurut Marsigit (2009: 192) balok adalah sebuah prisma segiempat beraturan yang bidang alasnya berbentuk persegi panjang. Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang batas berbentuk persegi panjang yang masing-masing dinamakan bidang sisi atau sisi balok.

Menurut Marsigit (2009:192) sebuah balok memiliki unsur-unsur antara lain sisi, rusuk, titik sudut, diagonal sisi, diagonal ruang, bidang diagonal. Berikut ini merupakan penjelasan dari unsur-unsur balok dan pengertiannya menurut Nurmeidina (2014: 132-134):

a. Sisi adalah daerah yang membatasi bagian luar dengan bagian dalam dari suatu bangun ruang. Balok mempunyai tiga pasang sisi, yang masing-masing pasang berbentuk persegi panjang yang sama bentuk dan ukurannya.

b. Rusuk adalah perpotongan dua sisi yang berupa ruas garis. Sebuah balok mempunyai 12 rusuk. Rusuk- rusuk tersebut terbagi dalam tiga bagian yang masing- masing terdiri atas empat rusuk yang sejajar dan sama panjang.


(56)

c. Titik Sudut adalah perpotongan tiga rusuk. Sebuah balok mempunyai 8 titik sudut.

d. Diagonal Sisi adalah garis (bukan rusuk) yang menghubungkan dua titik sudut dalam satu bidang. Balok mempunyai 12 buah diagonal sisi. Diagonal sisi pada balok tidak semuanya mempunyai panjang yang sama, bergantung pada ukuran sisi balok tersebut.

e. Diagonal Ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua buah titik sudut yang tidak terletak pada sisi yang sama.

f. Bidang Diagonal adalah suatu bidang yang menghubungkan rusuk- rusuk berhadapan sejajar, serta terletak pada sisi yang berbeda.

Menurut Madhavi (2014: 166) balok mempunyai ciri khas yang membedakan dengan bangun lain. Berikut ini merupakan sifat- sifat balok menurut Madhavi (2014: 166):

a. Mempunyai 6 buah sisi yang terdiri dari 3 pasang sisi yang bentuk dan ukurannya sama (kongruen).

b. Mempunyai 12 rusuk yang terdiri dari 3 kelompok rusuk- rusuk yang sama panjang dan sejajajar.

c. Mempunyai 8 titik sudut.

d. Mempunyai 12 diagonal sisi, namun panjang diagonal sisi pada suatu balok tidak sama, bergantung pada letak diagonal sisi tersebut.


(57)

f. Mempunyai 6 bidang diagonal yang berbentuk persegi panjang, namun bidang diagonal suatu balok tidak sama, bergantung pada letak bidang diagonal tersebut.

Jaring-jaring balok adalah sebuah bidang datar yang terbentuk dari sebuah balok yang dipotong menurut rusuk-rusuknya. Jika balok ABCD.EFGH yang terbuat dari karton diiris sepanjang rusuk- rusuk AE, DH, BF, CG, EF, dan HG kemudian direbahkan sisi- sisinya, maka akan diperoleh jaring- jaring balok seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2 Balok ABCD.EFGH

Gambar 2.3 Jaring-jaring Balok ABCD.EFGH E

G

B C

H

A

D


(58)

Gambar 2.4 Jaring-jaring Balok ABCD.EFGH

Luas permukaan balok adalah jumlah luas seluruh permukaan (bidang) pada bangun ruang tersebut. Untuk menentukan luas permukaan balok, perlu diketahui banyak bidang pada balok dan bentuk dari masing- masing bidang tersebut.

Gambar 2.5 jaring-jaring balok

Gambar diatas terlihat bahwa jaring-jaring balok terdiri atas 6 persegi panjang. Jadi, luas permukaan balok merupakan jumlah luas keenam persegi panjang tersebut.

Misalkan: p = panjang balok, l = lebar balok dan t = tinggi balok, maka: p

E

p l

t l

t t


(59)

Luas permukaan balok

= luas sisi atas + luas sisi bawah + luas sisi depan + luas sisi belakang + luas sisi kanan + luas sisi kiri

= ( p × l ) +( p × l ) + ( p × t ) + ( p × t ) + ( l × t ) + ( l × t ) = 2 ( p × l ) + 2 ( p × t ) + 2 ( l × t )

= 2 ( p l + p t + l t)

Jadi, luas permukaan balok adalah 2 ( p l + p t + l t)

Volume adalah isi dari bangun-bangun ruang. Volume diukur dalam satuan kubik. Untuk memperoleh rumus volume balok, kita menggunakan kubus satuan. Kubus satuan merupakan kubus yang digunakan untuk menghitung volume balok. Cara memperoleh rumus dan menghitug rumus volume balok adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Kubus Satuan Untuk Menemukan Volume Balok

Balok Panjang Lebar Tinggi Banyak

Kubus Volume 4 kubus satuan 2 kubus satuan 1 kubus

satuan 8 = 4 × 2 × 1

8 kubus satuan 4 kubus satuan 3 kubus satuan 1 kubus

satuan 12 = 4 × 3 × 1

12 kubus satuan 4 kubus satuan 3 kubus satuan 2 kubus

satuan 24 = 4 × 3 × 2

24 kubus satuan 4 kubus satuan 4 kubus satuan 3 kubus

satuan 48 = 4 × 4 × 3

48 kubus satuan


(60)

Tabel di atas menunjukkan bilangan-bilangan pada kolom volume = hasil kali bilangan pada kolom panjang, lebar, dan tinggi.

Dengan demikian, volume balok = panjang × lebar × tinggi .

6.Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan hal yang harus disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan RPP yang mengacu pada standar isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), instrument evaluasi atau tes hasil belajar, media pembelajaran, serta buku ajar siswa (Ibrahim, 2003:3).

Suparno (2002) mengemukakan sebelum guru mengajar (tahap persiapan) seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang mau diajarkan, mempersiapkan alat-alat peraga/parktikum yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa aktif belajar,


(61)

mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal siswa, semua ini akan terurai pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa sebagai petunjuk dan pedoman yang digunakan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya peneliti membahas mengenai perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar yang berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), bahan ajar, media pembelajaran, dan penilaian. a. Silabus

Trianto (2010: 209) Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum berisikan garis-garis besar materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan rancangan penilaian. Dengan kata lain silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.


(62)

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.

b. RPP

Trianto (2010: 214) mengemukakan rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan silabus mempunyai perbedaan, meskipun dalam hal tertentu mempunyai persamaan. Silabus memuat hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk menuntaskan suatu kompetensi secara utuh, artinya di dalam suatu silabus adakalanya beberapa kompetensi yang sejalan akan disatukan sehingga perkiraan waktunya belum tahu pasti berapa pertemuan yang akan dilakukan. Sementara itu, rencana pelaksanaan pembelajaran adalah penggalan-penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Didalamnya harus terlihat tindakan apa yang perlu


(63)

dilakukan oleh guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan selanjutnya setelah pertemuan selesai.

Rencana pelaksanaan pembelajaran dimaksud adalah rencana pelaksanaan pembelajaran berorientasi pembelajaran terpadu yang menjadi pedoman bagi guru dalam proses belajar mengajar.

c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Menurut Trianto (2010: 222) Lembar Kegiatan Siswa adalah panduan yang digunakan oleh siswa untuk menyelidiki dan memecahkan masalah. Komponen dalam LKS terdiri atas: indikator hasil belajar, petunjuk LKS, kegiatan belajar siswa. LKS dirancang dengan menerapkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif, dimana LKS dapat memfasilitasi siswa untuk dapat menemukan konsep materi secara mandiri dan selanjutnya membagikannya pada teman yang lain. LKS ini akan digunakan untuk menunjang proses pembelajaran sehingga pada setiap pertemuan menggunakan LKS dengan kegiatan yang berbeda-beda berdasarkan indikator.

d. Bahan ajar

Menurut Trianto (2010: 227) Bahan ajar merupakan buku panduaan untuk siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi, konsep, dan informasi mengenai masalah kehidupann sehari-hari. Bahan ajar digunakan sebagai panduan siswa untuk belajar di kelas maupun secara


(64)

mandiri. Materi ajar berisi istilah materi pelajaran, tujuan belajar, uraian materi yang harus dipelajaran, bagan atau gambar, kegiatan percobaan menggunakan alat dan bahan, uji kompetensi dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Jadi bahan ajar merupakan pedoman yang berisi tentang materi, konsep maupun informasi yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

e. Penilaian

Menurut Sudjana (2009: 3) penilaian merupakan proses memberikan attau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan nilai atau kriteria tertentu. Penilaian dapat dibedakan menjadi dua yaitu penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar. Penilaian proses merupakan pemberian nilai saat proses kegiatan belajar mengajar sedangkan penilaian hasil merupakan proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Penilaian dapat dijadikan sebagai tolok ukur sejauh mana keefektifan dan keefisienan program dalam mencapai tujuan pembelajaran dan perubahan tingkah laku siswa. Penilaian tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan, tetapi sebagai bahan dalam melakukan perbaikan program.


(65)

7.Hasil Belajar

Menurut Susanto (2015: 5) hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Karena belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh perubahan perilaku dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Widyoko (2014: 19) penilaian hasil belajar siswa di sekolah mencakup aspek kompetensi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dilakukan secara seimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi siswa terhadap standar yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Perubahan-perubahan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi atau penilaian yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu


(66)

sendiri. Susanto (2015: 12) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:

a. Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor eksternal yaitu factor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajarnya. Faktor eksternal meliputi: keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Tes hasil belajar menurut Trianto (2007: 76) adalah butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajarmengajar, tes ini dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang ingindicapai, dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci jawabannya serta lembar observasi penilaian psikomotor kinerja siswa. Cara menilai hasil belajar matematika bisa menggunakan tes. Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar yang dicapai oleh seseorang yang belajar matematika. Di samping itu tes juga dipergunakan untuk menentukan seberapa jauh pemahaman terhadap materi yangtelah dipelajari.


(67)

B.Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri Materi Volume Kubus dan Balok Berdasarkan Teori Van Hiele untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar” oleh Budi Astuti tahun 2015 Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, bahan ajar, dan penilaian. Kualitas produk yang dihasilkan memperoleh skor 3,44 dengan kriteria sangat baik.

2. Penelitian yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengakomodasi Teori Van Hiele Materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan Pendekatan Saintifik pada siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang” oleh Yustina Friska Happy Wulandari tahun 2015. Langkah-langkah dalam mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan pengembangan menurut Sugiyono. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar dan penilaian dengan hasil skor validasi 3,29 dengan kategori sangat tinggi. Hasil respon siswa menunjukkan skor 3,39 dengan menunjukkan kategori sangat baik.

3. Penelitian yang berjudul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Pembelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Competence, Conscience dan


(68)

Compassion Siswa X-5 SMA Kolese De Britto Yogyakarta” oleh Nurul Kurnianingsih tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pada akhir siklus I dan II mengalami peningkatan sebesar 63 pada awal siklus I dan akhir siklus II meningkat menjadi 79.

Berdasarkan hasil ketiga penelitian yang dipaparkan tersebut, relevansi terhadap penelitian ini adalah dalam mengembangkan perangkat pembelajaran dengan menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan mengakomodasi teori Van Hiele.

C.Kerangka Berpikir

Pendidikan memliki peran yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia. Dewasa ini, pendidikan formal (sekolah) lebih cenderung mementingkan aspek kecerdasan akal saja sedangkan aspek kecerdasan lain cenderung diabaikan. Peran guru untuk siswa tidak hanya meningkatkan nilai akademik saja, melainkan juga harus meningkatkan sikap yang baik dan kepedulian terhadap sesama. Untuk itu perlu adanya suatu treatment agar siswa mampu memaksimalkan kecerdasan akal, emosional, sosial dan spiritual. Oleh karena itu peneliti menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), yang menekankan pada aspek kompetensi (competence), suara hati (conscience), dan kepedulian (compassion).


(69)

Materi geometri pada pelajaran matematika cenderung dianggap susah oleh siswa. Cara mengatasi kesulitan siswa dan mengembangkan kemampuan siswa dalam geometri, diantaranya dengan menggunakan teori Van Hiele. Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tahap berpikir siswa dalam mempelajari geometri. Terdapat lima tahap pemahaman geometri dalam teori Van Hiele yaitu tahap pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan keakuratan. Teori Van Hiele menjelaskan terdapat 5 fase untuk meningkatkan pemahaman geometri, yaitu: informasi, orientasi terpadu, eksplisitasi, orietasi bebas dan intregasi.

Peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran yang dapat mengakomodasi teori Van Hiele pada materi balok dengan menggunakan PPR di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta. Hal ini dikarenakan peneliti ingin menghasilkan produk yang diharapkan dapat membantu siswa dalam kelancaran dan pemahaman proses pembelajaran serta menerapkan nilai-nilai yang diajarkan.

Pengembangan perangkat pembelajaran yang disusun oleh peneliti sudah disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan guru. Peneliti akan mengembangkan perangkat pembelajaran dengan memodifikasi pengembangan menurut Sugiyono. Langkah-langkah pengembangan yang disusun oleh peneliti antara lain potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk dan revisi produk.


(70)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas secara lengkap jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, teknik pengumpulan data instrumen penelitian dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R & D). Menurut Sugiyono (2011:407) penelitian pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk menghasilkan produk tertentu dapat dilakukan dengan menganalisis kebutuhan lalu membuat suatu produk dan menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas.

Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah untuk menghasilkan rancangan produk yang digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran matematika topik balok yang menggunakan PPR dan mengakomodasi teori Van Hiele.


(71)

B. Setting Penelitian 1. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta. Kelas VIII E adalah kelas yang terdiri dari 35 siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang relatif heterogen. Kelas tersebut dipilih atas rekomendasi guru kelas VIII E.

2. Objek penelitian

Objek penelitian adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti. Perangkat pembelajaran yang diujicobakan untuk meyakinkan bahwa perangkat pembelajaran tersebut telah layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

3. Tempat penelitian

Tempat penelitian merupakan tempat dilaksanakannya uji coba produk. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Yogyakarta yang beralamat di Jalan Cik Di Tiro No.29 Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016.

4. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, yaitu bulan Februari 2016 sampai bulan Juli 2016. Penelitian dimulai dari observasi dan wawancara hingga diakhiri ujian skripisi pada bulan Agustus 2016. Jadwal uji coba produk dilaksanakan pada bulan April 2016.


(72)

C. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan produk yang digunakan memodifikasi penelitian Research and Development menurut Sugiyono. Peneliti hanya menggunakan tujuh dari sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono. Langkah-langkah pelaksanaan strategi yang dilakukan untuk menghasilkan produk, yaitu:

Bagan 3.1 Skema Penelitian dan Pengembangaan 1. Potensi dan Masalah

Peneliti menemukan potensi dan masalah dengan cara wawancara dan observasi. Observasi dilakukan di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta, sedangkan wawancara dilakukan dengan guru untuk menemukan dan memperjelas masalah yang muncul dalam pembelajaran.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan langkah lanjutan dari potensi dan masalah yang ditemukan. Setelah menemukan masalah, peneliti mencari berbagai


(73)

sumber untuk mengatasi masalah. Informasi yang telah didapat tersebut dapat digunakan untuk menentukan langkah dalam menemukan solusi dari masalah. Hal ini bertujuan sebagai bahan untuk perencanaan desain produk.

3. Desain produk

Desain produk yang disusun dalam penelitian dan pengembangan berdasarkan spesifikasi dan kebutuhan suatu masalah yang dipecahkan. Desain produk yang dikembangkan oleh peneliti adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian pada materi bangun ruang sisi datar. Perangkat pembelajaran tersebut dikembangkan dengan mengakomodasi teori Van Hiele dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif. 4. Validasi desain

Desain produk yang telah dikembangkan, kemudian divalidasi untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada. Tujuan dilakukan validasi adalah untuk memperbaiki kelemahan produk supaya lebih bermutu. Validasi tersebut dilakukan oleh ahli yang sudah berpengalaman. Produk yang dibuat divalidasi oleh 1 guru dan 1 dosen yang sesuai dengan bidangnya.

5. Revisi desain

Setelah divalidasi oleh para ahli, peneliti melakukan revisi untuk memperbaiki kekurangan produk. Kelemahan produk tersebut kemudian


(74)

diperbaiki oleh peneliti dengan tujuan agar produk lebih bermutu dan berkualitas. Produk yang direvisi meliputi lima bagian prototipe perangkat pembelajaran yaitu silabus, bahan ajar, penilaian, RPP dan LKS.

6. Uji coba produk

Perangkat pembelajaran yang telah direvisi kemudian diujicobakan. Uji coba produk dilakukan untuk meyakinkan bahwa produk yang dibuat telah layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti melakukan uji coba produk di kelas VIII E di SMP Negeri 1 Yogyakarta.

7. Revisi produk

Revisi produk terus dilakukan jika terdapat kelemahan dalam produk tersebut, tujuan dilakukan revisi produk adalah supaya produk yang dihasilkan dapat digunakan dengan maksimal. Revisi dilakukan berdasarkan masukkan-masukkan terhadap uji coba produk di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta apabila masih terdapat kekurangan dalam perangkat pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek yang diteliti (Widoyoko, 2014: 64). Teknik ini digunakan untuk melihat dan mengalami


(1)

(2)

(3)

(4)

LAMPIRAN 29

Gambar Penelitian Gambar Pembelajaran Pertemuan 1


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengembangan perangkat pembelajaran Matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan jigsaw tipe II pada topik prisma di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 4

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta.

4 55 533

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi group investigation di kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 2

Implementasi perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada topik kubus yang mengakomodasi teori van Hiele di kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2015/2016.

0 1 217

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran limas dengan teori van Hiele pada kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2015/2016.

0 3 324

Implementasi pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

0 0 240

Implementasi perangkat pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi balok yang mengakomodasi teori van hiele di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 250

Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta.

1 2 251

Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta

0 1 249

Pengembangan perangkat pembelajaran Matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan jigsaw tipe II pada topik prisma di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015 2016

0 32 420