Implementasi pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

(1)

Reflektif (PPR) Dalam Pembelajaran Prisma Dengan Menggunakan Teori Van Hiele Pada Siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang dapat mengakomodasi tahapan pemikiran Geometri Van Hiele pada materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan PPR pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

Peneliti mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan peneliti sebelumnya. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian. Perangkat Pembelajaran divalidasi oleh para ahli. Hasil implementasi pendekatan PPR dalam pembelajaran prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut. Keterlaksanaan Implementasi dengan pendekatan PPR pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar yakni prisma. Berdasarkan hasil yang diperoleh yakni 191,95 dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran dengan pendekatan PPR dikategorikan baik di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Pencapaian kompetensi dalam Implementasi pendekatan PPR pada pembelajaran prisma dengan Teori Van Hiele untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta untuk pencapaian competence sekurang-kurangnya mencapai kategori cukup sedangkan pencapaian conscience sikap percaya diri, sikap teliti, sikap bertanggungjawab, dan sikap bekerjasama sekurang-kurangnya mencapai kategori cukup. pencapaian compassion sikap saling menghargai dan saling membantu sekurang-kurangnya mencapai kategori baik. Berdasarkan data perhitungan kuesioner yang telah diisi oleh siswa, hasil yang diperoleh yakni 127,41 dikatakan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan PPR dikategorikan baik di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

Kata Kunci : prisma, pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), penelitian deskriptif kualitatif,teori Van Hiele.


(2)

Bernadeta Raisa Dwi Kalistyani. 2016. The Implementation of Reflective Pedagogy Paradigm Approach in Learning Prism Using Van Hiele Theory for Students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.

This research is a qualitative descriptive research. The objective of this research is to implement learning instruments which accommodate Van Hiele levels of geometric understanding in two dimensional flat shapes topic with reflective pedagogy paradigm approach for students of VIII D Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school.

In the present study, the researcher implemented learning instruments which had been designed by another researcher and validated by several experts. The learning instruments consisted of a syllabus, lesson plans, students' worksheets, teaching materials and assessment instruments. The topic of the lesson was two dimensional flat shapes focusing on prism.

The result of the study was 191.95. It indicated that the implementation reflective pedagogy approach in learning prism using Van Hiele theory for students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta was considered good. Moreover, the results of the study showed that the students' achievements on competence category as well as on conscience category, including confidence, carefulness, responsibility and team work, were enough. Meanwhile, the students' achievement on compassion category, including respecting and helping each other, was good. In addition, according to the questionnaires filled out by the students, the result of the calculation of the questionnaires was 127.41. It showed that the students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta gave good response to the learning process.

Keywords: prism, Reflective Pedagogy Paradigm approach, descriptive qualitative research, Van Hiele theory.


(3)

i

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) DALAM PEMBELAJARAN PRISMA DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE PADA SISWA KELAS VIII D

SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Bernadeta Raisa Dwi Kalistyani NIM : 121414036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus

Pak Indar Maryono dan Ibu Mira Kakakku Renat Hascaryo Adi Adikku Rigen Wicakso Sakti Joshua Gugur Prayugo


(7)

v


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

Bernadeta Raisa Dwi Kalistyani. 2016. Implementasi Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Dalam Pembelajaran Prisma Dengan Menggunakan Teori Van Hiele Pada Siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang dapat mengakomodasi tahapan pemikiran Geometri Van Hiele pada materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan PPR pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

Peneliti mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan peneliti sebelumnya. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian. Perangkat Pembelajaran divalidasi oleh para ahli. Hasil implementasi pendekatan PPR dalam pembelajaran prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut. Keterlaksanaan Implementasi dengan pendekatan PPR pada pokok bahasan bangun ruang sisi

datar yakni prisma. Berdasarkan hasil yang diperoleh yakni 191,95 dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran dengan pendekatan PPR

dikategorikan baik di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Pencapaian kompetensi dalam Implementasi pendekatan PPR pada pembelajaran prisma dengan Teori Van Hiele untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta untuk pencapaian competence sekurang-kurangnya mencapai kategori cukup sedangkan pencapaian conscience sikap percaya diri, sikap teliti, sikap bertanggungjawab, dan sikap bekerjasama sekurang-kurangnya mencapai kategori cukup. pencapaian compassion sikap saling menghargai dan saling membantu sekurang-kurangnya mencapai kategori baik. Berdasarkan data perhitungan kuesioner yang telah diisi oleh siswa, hasil yang diperoleh yakni 127,41 dikatakan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan PPR dikategorikan baik di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

Kata Kunci : prisma, pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), penelitian deskriptif kualitatif,teori Van Hiele.


(11)

ix ABSTRACT

Bernadeta Raisa Dwi Kalistyani. 2016. The Implementation of Reflective Pedagogy Paradigm Approach in Learning Prism Using Van Hiele Theory for Students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.

This research is a qualitative descriptive research. The objective of this research is to implement learning instruments which accommodate Van Hiele levels of geometric understanding in two dimensional flat shapes topic with reflective pedagogy paradigm approach for students of VIII D Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school.

In the present study, the researcher implemented learning instruments which had been designed by another researcher and validated by several experts. The learning instruments consisted of a syllabus, lesson plans, students' worksheets, teaching materials and assessment instruments. The topic of the lesson was two dimensional flat shapes focusing on prism.

The result of the study was 191.95. It indicated that the implementation reflective pedagogy approach in learning prism using Van Hiele theory for students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta was considered good. Moreover, the results of the study showed that the students' achievements on competence category as well as on conscience category, including confidence, carefulness, responsibility and team work, were enough. Meanwhile, the students' achievement on compassion category, including respecting and helping each other, was good. In addition, according to the questionnaires filled out by the students, the result of the calculation of the questionnaires was 127.41. It showed that the students of VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta gave good response to the learning process.

Keywords: prism, Reflective Pedagogy Paradigm approach, descriptive qualitative research, Van Hiele theory


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan, karunia dan berkat yang dilimpahkan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi yang berjudul IMPLEMENTASI PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI

REFLEKTIF (PPR) DALAM PEMBELAJARAN PRISMA DENGAN

MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE PADA SISWA KELAS VIII D SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA dari awal hinggga akhir. Sungguh anugrah yang luar biasa bagi penulis dan semua ini tak lepas dari bantuan beberapa pihak baik materi, dukungan, masukan, dan doa. Oleh karena itu peneliti dengan tulus berterima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Hongki Julie,M.Si,. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

3. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Ibu Dra.Haniek Sri Pratini,M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dan bimbingan dengan baik dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

5. Ibu Veronika Fitri Rianasari,M.Sc., dan Ibu Niluh selaku dosen ahli yang telah validator perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Indar Maryono dan Ibu Mira yang tak henti-hentinya memberikan doa, dukungan dan semangat bagi penulis.


(13)

xi

7. Kakakku Renat Hascaryo Adi serta Adikku Rigen Wicakso Sakti yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.

8. Kekasihku tercinta, Joshua Gugur Prayugo yang selalu memberi perhatian, dukungan dan doa bagi penulis.

9. Sahabat sejatiku, Irma Zevrina, Shahnaz Hazbiyah, Rosi Andriani, Melyani Lestari, Vivi Ova, Rhenny Widjaya, Lusia Devi Astuti, Lorensia Wuri Pratiwi yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi penulis dan selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 10.Teman-teman satu bimbingan skripsi : Agnes, Vita, Galuh, Ela, Asih,

Bebi, Pepe, dan Dian.

11.Br. Yosep Anton Utmiyadi FIC,S.S. selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah bersedia memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

12.Ibu C.Peni Suryaningtyas,S.Pd. selaku guru matematika kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah bersedia membantu penelitian dari awal hingga akhir.

13.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2012 yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam melancarkan penulisan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, peneliti menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan pembaca.


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN... ... iv

MOTTO... ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ... vii

ABSTRAK... ... viii

ABSTRACT... ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTRAR ISI... ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... .. xiii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH... ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 4


(15)

xiii

D. PEMBATASAN MASALAH... 6

E. TUJUAN PENELITIAN ... ... 7

F. MANFAAT PENELITIAN ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. PENJELASAN TEORI... ... 9

B. PENELITIAN YANG RELEVAN ... 24

C. KERANGKA BERPIKIR ... . 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN... ... 27

B. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN ... 30

C. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... ... 30

D. SUBJEK PENELITIAN... ... 30

E. OBJEK PENELITIAN ... 30

F. PENGELOMPOKAN DATA ... ... 31

G. METDE PENGUMPULAN DATA... ... 31

H. TEKNIK ANALISIS DATA ... 48

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA... 42

a. ANALISIS DATA PEMBELAJARAN DENGAN PPR... . 51


(16)

xiv

c. ANALISIS DATA RESPON SISWA... ... 54

d. DATA PENILAIAN CONSCIENCE... ... 59

e. DATA PENILAIAN COMPASSION... ... 62

B. PEMBAHASAN 1. IMPLEMENTASI PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF... ... 61

2. PENCAPAIAN KOMPETENSI DALAM PPR... ... 71

3. RESPON SISWA DALAM PEMBELAJARAN PPR... ... 74

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN... ... 280

B. SARAN ... 283

DAFTAR PUSTAKA ... 284


(17)

xv DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Produk Pengembangan ... 31

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Wawancara ... 32

Tabel 3.3 Penskoran Observasi Keterlaksanaan pendekatan PPR ... 33

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi... ... 34

Tabel 3.5 Panduan Pemberian Skor Kuesioner Respon Siswa ... 39

Tabel 3.6 Penskoran Kuesioner Respon Siswa ... 40

Tabel 4.1 Daftar Pembagian Kelompok Asal ... 45

Tabel 4.2 Daftar Pembagian Kelompok Ahli ... 46

Tabel 4.3 Data Keterlaksanaan Pembelajaran dengan pendekatan PPR... ... 52

Tabel 4.4 Kriteria Skor Keterlaksanaan Pembelajaran dengan pendekatan PPR... .... 52

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Skor Respon Siswa... ... 54

Tabel 4.6 Kriteria Skor Respon Siswa terhadap pembelajaran... ... . 54

Tabel 4.7 Daftar Nilai Ulangan Siswa... ... 56

Tabel 4.8 Hasil Nilai Analisis Ulangan Prisma... ... 57

Tabel 4.9 Hasil Ulangan Remidi Siswa ... 58

Tabel 4.10 Analisis per indikator... ... 59

Tabel 4.11 Penilaian Conscience pertemuan 1... ... 60

Tabel 4.12 Penilaian Conscience pertemuan 2... ... 60

Tabel 4.13 Penilaian Compassion pertemuan 1... ... 61


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan dari Sekolahan... 79

Lampiran 2 Lembar Observasi ... 80

Lampiran 3 Pedoman Wawancara... 92

Lampiran 4 Nilai Tugas Siswa... 97

Lampiran 5 Nilai Ulangan Siswa... 99

Lampiran 6 Transkrip Pertemuan 1,2,dan 3... 101

Lampiran 7 Transkrip Wawancara Siswa ... 114

Lampiran 8 Silabus... 132

Lampiran 9 Bahan Ajar... 135

Lampiran 10 Kisi-kisi Ulangan dan Soal Ulangan... 145

Lampiran 11 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran... 155

Lampiran 12 Lembar Kerja Siswa 1 dan 2... 172

Lampiran 13 Lembar Respon Siswa...193

Lampiran 14 Kertas Refleksi Siswa... ...204

Lampiran 15 Lampiran Penilaian 2C...206

Lampiran 16 Lembar Jawaban Ulangan Siswa... 215


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu matematika memiliki peran penting dalam memajukan daya pikir manusia. Begitu pentingnya membangun kemampuan berpikir matematika, maka matematika diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, sistematis dan kreatif. Menurut hasil wawancara dengan siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta beranggapan bahwa matematika terkadang sulit dipahami dikarenakan oleh beberapa faktor sebagai contoh metode pembelajaran yang monoton dan tidak tersedianya alat peraga. Padahal kehidupan manusia tidak terlepas dari matematika sebagai contoh ketika kita ingin membeli sesuatu secara tidak langsung kita melakukan transaksi. Kegiatan transaksi tersebut termasuk dalam ilmu matematika yaitu aljabar. Dapat disimpulkan bahwa matematika berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia dan ada disekitar kehidupan sehari-hari. Dari permasalahan metode yang monoton dan tidak tersedianya alat peraga menjadi suatu tantangan tersendiri bagi tenaga pengajar, yaitu guru pengampu mata pelajaran matematika untuk dapat membuat materi


(20)

matematika dapat tersampaikan dengan baik dan dipahami oleh para siswa.

Matematika memiliki berbagai cabang ilmu salah satunya adalah Geometri. Geometri dapat membantu siswa memahami cabang lain dalam matematika sebagai contoh pada zaman pertengahan, ahli matematik muslis banyak menyumbangkan mengenai perkembangan geometri aljabar dan aljabar geometri. Al-Mahani (1853) mendapat ide menguraikan masalah geometri seperti menyalin kubus kepada masalah dalam aljabar . Konsep-konsep dalam matematika, meskipun tampak abstrak, banyak yang dapat ditunjukkan atau diterangkan dengan reprenstasi geometris (Suwarsono, 1982). Ide-ide dari konsep juga sudah dikenal oleh siswa sebelum masuk sekolah melalui hal-hal yang ada dikehidupan sekitarnya. Geometri telah diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di dalam pendidikan formal di sekolah. Menurut (Suwarsono, 1990) geometri perlu diajarkan kepada siswa sekolah karena alasan-alasan sebagai berikut. 1. Geometri mempunyai kegunaan-kegunaan praktis yang dapat

diterapakan dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai kegiatan profesi, dan dalam berbagai ilmu yang lain termasuk cabang-cabang yang lain dari ilmu matematika.

2. Geometri mempunyai potensi untuk melatih daya tanggap keruangan (spatial ability) pada siswa, suatu kemampuan yang sangat diperlukan


(21)

agar siswa memiliki pemahaman yang memadai mengenai lingkungan tempat mereka hidup.

3. Geometri mempunyai potensi untuk melatih kemampuan menalar secara logis pada diri siswa dan memberikan penyadaran mengenai keterbatasan pengamatan dan daya tanggap keruangan pada manusia.

Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) khususnya kelas VIII, terdapat materi yang membahas materi geometri yaitu bangun ruang sisi datar. Menurut hasil wawancara dengan siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta ditemukan beberapa permasalahan yang sering dialami dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran geometri yaitu mengenai pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dan memperbanyak latihan soal.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada materi geometri peneliti menggunakan cara dengan mengembangkan perangkat pembelajaran matematika. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Materi yang akan disampaikan, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Soal Ulangan. Peneliti mengimplementasikan produk hasil pengembangan yang sudah dilakukan oleh (Astuti, 2016) yaitu perangkat pembelajaran prisma yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II. Pembelajaran dilaksanakan menggunakan Teori Van Hiele biasanya digunakan untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran


(22)

geometri. Dalam pembelajaran menggunakan teori Van Hiele terdapat 5 tahap belajar anak dalam geometri, yaitu tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), tahap 2 (deduksi informal), tahap 3 (deduksi), dan tahap 4 (rigor). Dengan menggunakan teori pembelajaran Van Hiele dalam pembelajaran geometri seorang guru dapat melihat tahap perkembangan berpikir siswa. Tahap perkembangan berpikir siswa itu yang menjadikan acuan bagi guru untuk dapat melanjutkan pembelajaran ketahap selanjutnya sesuai dengan tahap perkembangan berikir siswa dalam belajar geometri menurut teori Van Hiele.

Berdasarkan fakta permasalahan penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengembangan perangkat pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar khususnya bangun prisma dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe II dan pendekatan PPR. Oleh karena itu, peneliti mengajukan judul penelitian yang akan dilakukan adalah Implementasi Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Dalam Pembelajaran Prisma Dengan Menggunakan Teori Van Hiele Pada Siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mencoba merumuskan beberapa masalah sebagai berikut.


(23)

1. Bagaimanakah Implementasi Pendekatan PPR dalam pembelajaran prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

2. Bagaimanakah Pencapaian Kompetensi dalam Implementasi Pendekatan PPR pada pembelajaran prisma dengan Teori Van Hiele untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran prisma dengan Teori Van Hiele untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

C. Batasan Istilah

Berdasarkan latar belakang diatas, untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami hasil penelitian ini, maka diperlukan batasan istilah sebagai berikut.

1. Teori Van Hiele adalah teori yang mengenai tingkat kualitas berpikir siswa dalam mempelajari geometri, dimana siswa dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi dengan melewati tingkat yang lebih rendah terlebih dahulu. Dalam geometri, menurut Van Hiele terdapat lima tingkat berpikir siswa yang utama yaitu: tahap 1 (visualisasi), tahap 2 (analisis), tahap 3 (abtraksi), tahap 4 (deduksi formal) dan tahap 5 (rigor atau keakuratan).

2. Fase pembelajaran Van Hiele adalah fase dalam pembelajaran geometri untuk meningkatkan suatu tahap berpikir rendah ke tahap


(24)

berpikir yang lebih tinggi melibatkan 5 fase, yaitu: informasi (information), orientasi terpadu (directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free orientation), dan integrasi (integration).

3. Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan pola pikir dalam menumbuh kembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kemanusiaan. Terdapat 5 tahapan dalam Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.

4. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe II adalah salah satu model pembelajran kooperatif, dimana dalam proses pembelajrannya, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai lima orang dan setiap kelompok harus membaca maeri secara menyeluruh terlebih dahulu serta diberikan tanggungjawab secara mandiri untuk berperan atif selama proses pembelajaran sehingga diharapkan mampu memahami materi dengan baik. Semua kelompok dalam model pembelajaran kooperatif jigsaw tipe II berkompetisi untuk memperoleh penghargaan kelompok. 5. Bangun ruang sisi datar adalah suatu bangun ruang dimana sisi yang

membatasi bangun tersebut berupa bangun datar. Bangun ruang sisi datar yang dipelajari siswa kelas VIII SMP meliputi kubus, balok, prisma, dan limas. Namun, peneliti hanya meneliti bangun ruang sisi datar pada subbab bangun prisma.


(25)

D. Pembatasan Masalah

Telah diungkapkan di atas, bahwa geometri merupakan materi yang dianggap sulit oleh para siswa, khususnya bagi siswa menengah pertama. Materi yang diajarkan pada kelas VIII disemester genap ini adalah bangun ruang sisi datar yang meliputi kubus, balok, prisma dan limas. Disini peneliti hanya berfokus pada subbab bangun prisma.

Peneliti akan mengimplementasikan perangkat pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dari guru dan siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dengan mengakomodasi teori Van Hiele pada subbab prisma dengan pendekatan paradigma pedagogi reflektif dan model pembelajaran Jigsaw Tipe II Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi Silabus, RPP, Penilaian, Bahan Ajar, LKS dan Soal Ulangan.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut.

1. Menerapkan pendekatan PPR perangkat pada pembelajaran dengan topik prisma yang mengakomodasi teori Van Hiele untuk siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan pencapaian kompetensi dalam implementasi pendekatan PPR pada pembelajaran dengan topik prisma dengan menggunakan teori Van Hiele.


(26)

F. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian dilaksanakan , maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat.

1. Bagi Penulis, hasil penelitian dapat memberikan pengalaman terutama dalam perannya sebagai seorang guru saat memasuki dunia kerja untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran matematika. 2. Bagi Pendidik, sebagai sarana penggunaan salah satu model

pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas.

3. Bagi Siswa, melatih untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa dan membantu siswa memahami materi pelajaran.

4. Bagi peneliti lain, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi ilmiah dan pendorong motivasi unntuk meneliti dan mengembangkan pada masalah yang lain atau mata pelajaran yang lain atau melanjutkan penelitian pengembangan ini.


(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penjelasan Teori

1. Pembelajaran Matematika

Ilmu matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan yang berkenaan dengan gagasan berstruktur yang hubungan-hubungan diatur secara logis. Ini berarti matematika bersifat sangat abstrak yaitu berkenaan dengan konsep-konsep abstrak. Sasaran atau obyek penelaahan

matematika adalah fakta, konsep, operasi dan prinsip (Hudojo, 2001).

Pembelajaran matematika adalah proses aktif individu siswa yang bersosialisasi dengan guru, sumber atau bahan belajar, teman dalam memperoleh pengetahuan baru. Proses aktif tersebut menyebabkan perubahan tingkah laku, misalnya setelah belajar matematika siswa itu mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan matematika dimana sebelumnya ia tidak dapat melakukannya (Hudojo, 2001). Dalam pembelajaran peserta didik tidak melakukan kegiatan belajar seorang diri melainkan belajar bersama orang lain dengan berfikir dan bertindak (Sudjana, 2005).

Tujuan pembelajaran matematika agar siswa berhasil menguasai konsep atau prinsip matematika yang telah terorganisasikan di dalam


(28)

pikirannya sehingga adanya konsep ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (Hudojo, 2001).

Menurut (Marpaung, 2003) pembelajaran matematika juga diharapkan memenuhi prinsip-prinsip 4 pilar pendidikan yaitu.

a) Learning to know yaitu siswa mampu memahami konsep-konsep dasar pelajaran matematika mengapa dan bagaimana konsep-konsep itu dikembangkan, serta memahami kaitan konsep yang satu dengan yang lainnya.

b) Learning to do yaitu siswa belajar mengerjakan soal-soal yang ada. Dengan mengerjakan soal-soal tersebut mempertajam penalaran siswa atas dasar konsep-konsep yang ada serta membentuk watak kerja etos yang handal.

c) Learning to be yaitu siswa memahami konsep-konsep dasar pelajaran matematika dan mengerjakan soal-soal, siswa mampu dan berani mengungkapkan pendapat atau pandangan dengan alasan-alasan yang logis, kritis, dan sistematis.

d) Learning to live together yaitu siswa diskusi tentang konsep-konsep matematika dan mengungkapkan pendapat dalam menyelesaikan soal-soal matematika, siswa dapat memahami pendapat orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran matematika adalah proses aktif individu siswa yang bersosialisasi dengan guru, sumber atau bahan belajar, teman dalam memperoleh pengetahuan baru agar siswa berhasil menguasai konsep atau prinsip matematika yang telah


(29)

terorganisasikan didalam pikirannya sehingga adanya konsep ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

2. Paradigma Pedagogi Reflektif

a. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata paradigma berarti suatu kerangka berpikir/model dari teori ilmu pengetahuan/perubahan model. Dalam hal ini paradigma yang dimaksud adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran. Pedagogi merupakan suatu cara seorang pendidik menemani peserta didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kepribadiannya (Subagya, 2010). Adapun reflektif adalah proses kegiatan untuk mencermati/menangkap makna dan nilai-nilai yang esensial dari apa yang dipelajari/dialami (proses pembatinan) untuk dapat menemukan kaitan antara apa yang dipelajari (aspek pengetahuan) dengan nilai-nilai kemanusiaan yang pada akhirnya (implikasinya) adalah menghargai proses pencarian terus menerus untuk memperjuangkan kebenaran dan kebebasan. Berdasarkan pengertian dari masing-masing point maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan PPR merupakan suatu pendekatan atau model pembelajaran yang menekankan kegiatan refleksi dalam rangka menemukan nilai-nilai hidup dalam proses pendidikan dimana nilai-nilai tersebut digunakan sebagai pijakan dalam menentukan sikap


(30)

atau tindakan (Tim PPR SD Kanisius, 2009). Kekhasan dari PPR ini adalah meningkatkan competence, conscience, dan compassion (3C).

Adapun pengertian dari competence, conscience, dan compassion akan dijabarkan sebagai berikut. Competence merupakan penguasaan kompetensi secara utuh yang disebut juga dengan kemampuan kognitif (Subagya, 2010) dalam hal ini kemampuan untuk menyelesaikan soal cerita dalam pelajaran matematika. Conscience merupakan kemampuan afektif yang secara khusus mengasah kepekaan dan ketajaman hari nurani (Subagya, 2010). Kemampuan afektif ini untuk menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Misalnya, ketelitian dalam mengerjakan soal-soal dalam pelajaran matematika. Compassion merupakan aspek psikomotorik berupa tindakan konkret maupun batin disertai bela rasa bagi sesama (Subagya, 2010). Misalnya, kesediaan bekerja sama dalam kelompok dengan senang hati.

b. Langkah-langkah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Berikut ini adalah langkah-langkah PPR (Subagya, 2010) meliputi konteks, pengalaman, refleksi dan aksi dan evaluasi.

a. Konteks

Secara sederhana konteks dapat dikatakan sebagai kesiapan peserta didik dalam belajar. Konteks meliputi keadaan atau situasi yang mempengaruhi baik buruknya peserta didik dalam proses belajar.


(31)

b. Pengalaman

Menurut Ignatius, pengalaman berarti menganyam sesuatu hal dalam batin. Istilah pengalaman ini dipakai untuk menunjuk pada suatu kegiatan baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Dalam langkah ini peserta didik mengalami suatu kegiatan pembelajaran kemudian diminta untuk melakukan penyelidikan dan analisis. Pengalaman ini tidak berhenti pada hal yang bersifat intelektual akan tetapi juga pada kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adanya ketiga ranah ini sangat penting dalam proses perkembangan peserta didik.

c. Refleksi

Kegiatan refleksi ini didasarkan pada pengalaman pembelajaran yang diperoleh. Dari berbagai pengalaman pembelajaran tersebut, peserta didik diharapkan dapat meninjau kembali apa yang telah diperolehnya. Hal ini sama halnya dengan menemukan sesuatu yang bermakna dari kegiatan atau pengalaman pembelajaran yang telah dilakukan.

d. Aksi

Aksi merupakan tekad atau niat atau hal yang akan dan dapat segera dilakukan setelah merefleksikan diri. Adanya aksi ini sebagai perwujudan dari refleksi.


(32)

e. Evaluasi

Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Caranya adalah dengan memperhitungkan umur, bakat, kemampuan, dan tingkat perkembangan pribadi peserta didik. Hal ini akan membuat hubungan pendidik dan peserta didik semakin akrab karena harus melakukan pendekatan untuk melakukan evaluasi tersebut. Selain itu dapat peserta didik pun dapat mengetahui secara menyeluruh perkembangan kepribadiannya.

3. Teori Van Hiele

1. Pengertian Teori Van Hiele

Teori Van Hiele merupakan salah satu teori yang dapat mengukur tingkat kemampuan berpikir geometri siswa. Seperti nama teori ini, maka teori dikemukakan oleh Din dan Pierre Van Hiele pada tahun 1986. Sementara itu menurut Keyes & Anne (Abdussakir, 2010) setiap level pada teori van hiele harus dilalui dengan berurutan. Menurut (Husnaeni, 2006) menyatakan bahwa penerapan pembelajaran van hiele efektif untuk peningkatan kualitas berpikir siswa. Ketika siswa berapa level yang lebih tinggi maka level dibawahnya pasti sudah dikuasai. Menurut (Mason & Wilder, 2004) terdapat 5 level berpikir geometri berdasarkan teori van hiele.


(33)

Level 0 (Visualisasi)

Pada level ini siswa hanya memperhatikan bangun secara visual saja tanpa mengetahui sifat-sifat bangun tersebut. Misalnya, dengan melihat saja diketahui bahwa dua bangun prisma segitiga adalah yang bentuknya sama, tanpa mengetahui alasannya. Tingkat ini sering disebut tahap pengenalan. Namun bentuk-bentuk geometri yang dikenal anak semata-mata didasarkan pada karakteristik visual atau penampakan bentuknya secara keseluruhan, bukan perbagian. Sebagai contoh, mereka mengatakan bahwa bangun yang diketahui adalah balok, karena seperti kotak. Anak belum menyadari adanya sifat-sifat dari bangun geometri.

Level 1 (Analisis)

Pada level ini kemampuan berpikir siswa bekembang dengan mendeskripsikan suatu bangun menggunakan bahasa sendiri sesuai level sebelumnya. Konsep geometri mulai tertanam dalam benak siswa dengan mulai memperhatikan bagian-bagian dan sifat-sifat suatu bangun. Sebagai contoh, dua buah prisma segiempat dapat dikatakan sama dengan mengenali sifat-sifatnya. Melalui pengamatan, eksperimen, mengukur, menggambar, dan memodel, siswa dapat mengenali dan membedakan karakteristik suatu bangun. Anak-anak melihat bahwa suatu bangun mempunyai bagian-bagian tertentu yang dapat dikenali. Namun demikian


(34)

anak-anak belum sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan antara sifat yang satu dengan sifat yang lain, anak-anak sama sekali belum bisa melihat hubungan antara beberapa bangun, dan definisi abstrak belum atau tidak dapat mengerti.

Level 2 (Abstraksi)

Pada level ini siswa menggunakan bahasa untuk mengetahui perbedaan dari setiap bangun sesuai dengan level sebelumnya. Siswa secara logis menggolongkan sifat-sifat berdasarkan konsep, membentuk definisi abstrak, dan dapat membedakan antara keperluan dan kecukupan dari kumpulan sifat-sifat untuk menentukan konsep. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu untuk melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi masih pada tahap awal artinya belum berkembang baik.

Level 3 (Deduksi Informal)

Pada tingkat ini siswa mempresepsi diantara sifat-sifat dan diantara gambar-gambar. Pada tahap ini siswa dapat menciptakan definisi yang bermakna dan memberi argument informal untuk membenarkan penalaran mereka. Implikasi logis, inklusi kelas, seperti persegi merupakan bagian dari persegi panjang dapat dipahami. Akan tetapi, peran dalam deduksi formal tidak dipahami.


(35)

Level 4 (Deduksi Formal)

Pada tingkat ini, siswa dapat mengkonstruksi bukti, memahami peran aksioma dan definisi, mengetahui makna dari kondisi-kondisi yang perlu dan yang cukup. Dengan menerapkan fase menurut teori van hiele, siswa akan lebih mampu mengembangkan kemampuan berpikir dalam memahami konsep geometri.

Model Van Hiele tidak hanya memuat tingkat-tingkat pemikiran geometri. Menurut Van Hiele (Ismail, 1998) kenaikan dari tingkat satu ke tingkat berikutnya tergantung sedikit pada kedewasaan biologis atau perkembangannya, dan tergantung lebih banyak kepada akibat pembelajarannya. Guru memegang peran penting dan istimewa untuk memperlancar kemajuan, terutama untuk memberi bimbingan mengenai pengharapan.

Walaupun demikian, teori Van Hiele tidak mendukung model dari absorbsi tentang bealajar mengajar. Van Hiele menuntut bahwa tingkat yang lebih tinggi tidak langsung menurut pendapat guru, tetapi melalui pilihan-pilihan yang tepat. Lagi pula, anak-anak sendiri akan menentukan kapan saatnya untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Meskipun demikian, siswa tidak akan mencapai kemajuan tanpa bantuan guru. Oleh karena itu, maka ditetapkan fase-fase pembelajaran yang menunjukkan tujuan


(36)

belajar dari peran guru dalam pembelajaran dalam mencapai tujuan tersebut adalah.

Fase-fase pembelajaran tersebut adalah :

1) Fase informasi 2) Fase orientasi 3) Fase eksplitasi 4) Fase orientasi bebas 5) Fase integrasi

Berikut ini akan dibahas tentang fase-fase pembelajaran dalam teori Van Hiele:

1. Fase 1: Informasi

Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan tanya-jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari pada tahap berpikir siswa. Dalam hal ini objek yang dipelajari adalah sifat komponen dan hubungan antar komponen bangun-bangun segi empat. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sambil melakukan observasi. Tujuan kegiatan ini adalah: (1) guru mempelajari pengalaman awal yang dimiliki siswa tentang topik yang dibahas. (2) guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan pembelajaran selanjutnya yang akan diambil. 2. Fase 2: Orientasi

Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan cermat telah disiapkan guru. Aktivitas ini akan


(37)

berangsur-angsur menampakkan kepada siswa stuktur yang memberi ciri-ciri sifat komponen dan hubungan antar komponen suatu bangun segiempat. Alat atau punbahanbahan dirancang menjadi tugas pendek sehingga dapat mendatangkan respon khusus.

3. Fase 3: Penjelasan

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Selain itu, untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantuan sesedikit mungkin. Hal tersebut berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir mulai tampak nyata.

4. Fase 4: Orientasi Bebas

Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas yang dilengkapi dengan banyak cara, dan tugas yang open-ended. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri, maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi di antara para siswa dalam bidang investigasi, banyak hubungan antar objek menjadi jelas.

5. Fase 5: Integrasi

Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu siswa dalam membuat sintesis ini


(38)

dengan melengkapi survey secara global terhadap apa yang telah dipelajari. Hal ini penting, tetapi kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru. Siswa siap untuk mengulangi fase-fase belajar pada taha sebelumya.

4. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Penelitian akan membahas beberapa hal mengenai model pembelajaran kooperatif antara lain pengertian, karakter, unsur-unsur dan model-model kooperatif. (Rusnan, 2014) menyebutkan bahwa ‗Cooperative Learning’ merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajarn kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut (Hosnan, 2014) menyebutkan pengertian pembelajaran siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri atas 4 sampai 6 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sedangkan menurut (Rusnan, 2014) juga mengemukakan mengenai pengertian pembelajaran kooperatif adalah ‗suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling tergantung dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah.


(39)

Berdasarkan pengertian beberapa ahli diatas, peneliti menarik kesimpulan mengenai pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran siswa belajar dan bekerja dalam kelompok yang terdiri atas minimal empat orang yang masing-masing anggotanya bersifat heterogen untuk menjalin kerja sama dan saling bergantung untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.

b. Model-model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa variasi, yaitu student teams-achiement (STAD), jigsaw, group investigation dan model struktural.

Dalam hal ini peneliti hanya akan membahas model-model pembelajaran kooperatif jigsaw dan jigsaw tipe II. Menurut (Slavin,2008) dalam pembelajaran kooperatif terdapat bermacam-macam tipe yaitu:

1) Jigsaw

Tipe jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan konsdisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap


(40)

siswa menjadi anggota dari kelompok yaitu kelompok ahli dan kelompok asal.

2) Jigaw Tipe II

Menurut (Fatirul, 2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif yang setiap anggota bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompoknya.

5. Prisma

Menurut (Hudoyo, 2008) mengatakan prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar. Dua bidang itu dinamakan bidang alas dan bidang atas. Menurut (Slavin & Crisoniso, 2005) , dua bidang yang saling sejajar satu sama lain disebut bidang alas dan bidang atas prisma. Bidang alas dan bidang atas pada prisma kongruen satu sama lain. Menurut (Marsigit, 2009) prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar yang saling kongruen dan beberapa bidang lain saling memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang sejajar. Dudeja & Madhavi (2014:169) mengemukakan, prisma adalah bangun ruang yang sisi alas dan sisi atasnya merupakan segi banyak, yang dihubungkan dengan sisi tegak dengan sisi tegak. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar dan kongruen


(41)

yaitu bidang alas dan atas, serta bidang lain yang memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang sejajar.

Adapun sifat prisma secara umum adalah:

1. Prisma memiliki bentuk alas dan atap yang kongruen

2. Setiap sisi bagian samping prisma berbentuk persegi panjang 3. Setiap diagonal bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang

sama.

Gambar 2.3 Prisma Segitiga ABC.DEF

Prisma tegak segitiga adalah prisma yang bentuk alas dan atapnya berbentuk segitiga.

Sifat-sifat prisma tegak segitiga adalah:

Memiliki 2 sisi berbentuk segitiga dan 3 sisi berbentuk persegipanjang


(42)

Memiliki 6 titik sudut Luas Permukaan Prisma

Lp prisma = luas alas + luas total sisi tegak

Volume Prisma

Vprisma = luas alas x tinggi

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian Implementasi Pengembangan Perangkat Pembelajaran yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan PPR merupakan hal yang baru, sehingga sumber penelitian yang relevan yang diperoleh masih sedikit. Berikut ini penelitian relevan yang sesuai dengan penelitian implementasi pengembangan perangkat pembelajaran yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan Pendekatan PPR. Pertama, penelitian Pengembangan perangkat pembelajaran berupa skripsi yang berjudul ―Pengembangan Perangkat pembelajaran Geometri materi vaolume kubus dan balok berdasarkan teori van hiele untuk kelas V SD‖ yang dilakukan oleh (Astuti, 2016). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah Silabus , RPP, LKS, Bahan Ajar, dan Penilaian. Perangkat Pembelajaran yang dikembangkan ini dapat memberikan pemahaman siswa dalam berpikir geometri, kualitas produk yang dihasilkan sangat baik, hasil validasi oleh ahli dengan skor 3,44. Hasil implementasi perangkat pembelajaran materi volume kubus dan balok


(43)

berdasarkan perangkat pembelajaran materi voluume kubus dan balok berdasarkan fase-fase pembelajaran Van Hiele inimendukung suasana pembelajaaran sehingga sisa menjadi aktif meskipun tidak terlihat secara maksimal.

Kedua, penelitian Penerapan PPR berupa skripsi yang berjudul ―Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan Competence, Concience, dan Compassion (3C) peserta didk kelas III A SD Kaniisus Demangan Baru 1 Tahun Ajaran, oleh (Irsanti, 2011). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas III A SD Kanisius Demangan Baru I mengalami peningkatan setelah merapkan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik. Skor competence pesera didik pada mata pelajaran matematika sebesar 78,97.

Kedua penelitian tersebut mendasari peneliti untuk mengimplementasikan sebuah perangkat pembelajaran yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif pada materi prisma untuk siswa kelas VIII SMP. Pada penelitian pertama teori Van Hiele digunakan sebagai dasar pengembangan perangkat pembelajaran pada materi bangun datar pada siswa SMP. Pada penelitian kedua pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif sebagai dasar model pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan pada siswa SMP . Berdasarkan kedua penelitian tersebut maka peneliti dapat


(44)

mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif.

C. Kerangka Berpikir

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan oleh lembaga pendidikan Jesuit. PPR dimaknai sebagai suatu pendekatan atau model pembelajaran yang menekankan refleksi dalam rangka menemukan nilai-nilai hidup dalam proses pendidikan dimana nilai-nilai tersebut digunaan sebagai pijakan dalam menentukan sikap atau tindakan.

Kasus yang paling sering dialami siswa adalah ketidakpahaman siswa dalam menentukan dan menjelaskan sifat-sifat dan unsur-unsur dari bangun prisma tetapi dengan adanya teori Van Hiele dapat menjelaska siswa tentang proses berpikir dalam pembelajaran geometri karena teori Van Hiele merupakan salah satu model pembelajaran yang berkaitan dnegan geomteri.

Dalam hal peneliti akan mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang mengakomodasikan teori Van Hiele dengan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk pokok bahasan bangun prisma bagi siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta


(45)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, setting penelitian, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan, dan teknik analisis data yaitu kualitatif dan kuantitatif.

A. Jenis Peneltian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang mengakomodasi tahapan pemikiran geometri Van Hiele pada materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan PPR pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Perangkat pembelajaran tesebut sudah dikembangkan oleh peneliti sebelumnya yaitu (Astuti, 2016).

B. Setting Penelitian

Setting penelitian berisi tentang empat bagian yaitu tempat, waktu, subjek, dan objek penelitian.

1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang terdiri 34 siswa yaitu 17 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan yang dengan tingkat kecerdasan yang relatif heterogen.


(46)

2. Obyek Penelitian

Objek penelitian adalah proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang beralamatkan di Jl.Timoho, Muja Maju, Yogyakarta.

4. Waktu Penelitian

Peneliti melakukan kegiatan penelitian pada tanggal 8 Maret 2016 sampai dengan 15 Juli 2016.

C. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu, wawancara, observasi, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data kebutuhan siswa. Menurut (Sugiyono, 2011) wawancara didefinisikan sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dilakukan kepada guru matematika kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.


(47)

Adapun pedoman wawancara sebagai berikut.

1) Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai pedoman wawancara ketika melakukan wawancara dengan guru kelas VIII D. Pedoman wawancara berisi mengenai pertanyaan-pertanyaan yang ingin ditanyakan kepada narasumber untuk melihat potensi dan masalah. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkait proses-proses pembelajaran, teori Van Hiele dan pendekatan PPR. Pedoman wawancara tersebut telah divalidasai oleh ahli dengan katagori baik. Adapun kriteria penilaian produk pengembangan sebagai berikut.

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Produk Pengembangan

Interval tingkat pencapaian Kategori

3 Sangat Baik

2, Baik

1 Kurang Baik

0 Tidak Baik

Keterangan :

M = rata-rata skor

Hasil data kuantitatif kemudian diubah menjadi data kualitatif berdasarkan kategori pada skala penilaian yaitu sangat baik (4), baik (3), kurang baik (2), dan tidak baik (1).


(48)

Dibawah ini merupakan tabel kisi-kisi lembar wawancara.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Wawancara

No Indikator No Item

1. Metode pembelajaran 1

2. Penggunaan media dalam pembelajaran 2

3. Pembelajaran di kelas 3

4. Pendekatan Paradigma Pedagogi dalam pembelajaran

4

2. Observasi

Observasi dalam penelitian bertujuan untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Sugiyono (2011:145) mengungkapkan bahwa observasi digunakan jika penelitian manusia, proses kerja, atau gejala alam. Observasi dapat dibantu dengan menggunakan lembar observasi. Hasil dari observasi kemudian peneliti simpulkan dan memperoleh hasil berupa informasi konteks siswa.

1) Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai panduan potensi dan masalah di dalam kelas melalui proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk melihat potensi dan masalah secara umum serta keterlaksanaan pendekatan PPR dalam pembelajaran. Pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, peneliti menggunakan ratting scale.


(49)

Ratting scale yaitu data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Pedoman penskoran observasi menurut (Mustafa, 2009) sebagai berikut:

Tabel 3.3 Penskoran Observasi Keterlaksanaan pendekatan PPR dalam pembelajaran

Skor Kriteria

136-160 Sangat Bagus

112-135 Bagus

88-111 Netral

64-87 Jelek

40-63 Sangat Jelek

Selanjutnya data dianalisis dan kemudian data dianalisis dengan menggunakan kriteria keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PPR. Cara menentukan batas jumlah adalah sebagai berikut:

Skor minimum = 1 x banyak butir pernyataan

Skor maksimum = 5 x banyaknya butir pernyataan

Adapun 46 butir pernyataan dalam lembar observasi. Cara memberi skor 1 sampai 5. Skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 230 dan skor terendah yang mungkin dicapai adalah 46. Skor yang diperoleh siswa dalam bentuk persentase dikriteriakan dengan menggunakan tabel (lihat tabel 3.3). Ada 2 observer dalam penelitian ini, cara menyimpulkan


(50)

keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PPR adalah sebagai berikut.

Jumlah total skor = total skor observasi 1 + total skor observasi 2

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi

No Aspek yang diamati

I PRA PEMBELAJARAN

1. Guru memeriksa kesiapan ruang,alat,dan media.

2. Guru memeriksa kesiapan siswa.

II MEMBUKA PEMBELAJARAN

1. Kegiatan apersepsi.

2. Penyampaian kompetensi yang akan tercapai dan rencana kegiatannya

III KEGIATAN INTI/PEMBELAJARAN

A Penguasaan materi pembelajaran

1. Guru menunjukkan penguasaan materi pembelajaran

2. Penyampaian materi sesuai dengan hierarki belajar

3. Guru mengkaitan materi dengan realitas kehidupan

B Pendekatan/strategi pembelajara

1. Pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai

2. Pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa

3. Pembelajaran secara runtut

4. Guru melaksanakan pembelajaran yang terkoordinasi


(51)

6. Pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif

7. Pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan

8. Penerapan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran

C Teori Van Hiele (Fase Pembelajaran Van Hiele)

1. Fase informasi terlihat dalam kegiatan pembelajaran

2. Fase orientasi terpadu terlihat dalam kegiatan pembelajaran

3. Fase eksplitasi terlihat dalam kegiatan pembelajaran

4. Fase orientasi bebas terlihat dalam kegiatan pembelajaran

D Pemanfaatan media pembelajaran/sumber belajar

1. Guru menunjukan keterampilan dalam penggunaan media

2. Media yang digunakan menghasilkan pesan yang menarik

3. Penggunaan media secara efektif dan efisien

4. Siswa terlibat dalam penggunaan media

E Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

1. Tumbuhnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

2. Guru merespon positif partisipasi siswa

3. Terjadinya interaksi guru-siswa dan siswa-siswa

4. Guru menunjukkan sikap terbuka terhadap siswa

5. Guru menunjukkan hubungan antarpribadi yang kondusif

6. Tumbuhnya keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar

F Penilaian proses dan hasil belajar

1. Guru memantau kemajuan belajar

2. Pemberian tuagas sesuai dengan kompetensi

G Penggunaan Bahasa


(52)

2. Penggunaan bahasa tulis yang baik dan benar

3. Penyampaian tugas sesuai dengan gaya yang sesuai

III PENUTUP

1. Refleksi pembelajaran dengan melibatan siswa

2. Guru memberikan arahan, kegiatan, atau tugas

2) Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan penting dimana kegiatan-kegiatan yang berlangsung di dalam kelas dapat didokumentasikan secara nyata. Pada penelitian ini peneliti mengambil dokumen hasil belajar siswa.

3) Tes Tertulis

Untuk mengetahui hasil belajar matematika pada materi prisma pada siswa digunakan tes tertulis. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari suatu pelajaran.

D. Jenis Data

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif-kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes siswa, sedangkan data kualitatif berupa hasil respon siswa terhadap pembelajaran, wawancara.


(53)

Observasi atau pengamatan merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati.

2. Data hasil wawancara siswa dan guru

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini jenis wawancara yang dilakukan adalah baku terbuka. Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku.

3. Data Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa, maka peneliti melakukan tes akhir. Tes merupakan cara atau prosedur yang dilakukan dengan tujuan memperoleh data tentang hasil belajar siswa secara individu maupun kelompok. Tes dapat berbentuk Lembar Keja Siswa (LKS 1 dan LKS 2) dan Ulangan.

4. Data hasil Respon Siswa

Kuesioner merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan terkait topik tertentu yang diberikan kepada subyek. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan beberapa informasi tertentu seperti respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup , dimana jawaban dari pertanyaan telah disediakan/disertakan oleh


(54)

peneliti dalam kuesioner tersebut sehingga responden tinggal memilih. Dalam kuesioner ini responden menjawab secacara individu.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan langkag yang sangat penting dalam kegiatan penelitian, terutama bila diinginkan kesimpulan dari maslah yang diteliti. Dalam penelitian ini, data yang didapatkan dari berbagai instrumen pengumpulan data yang berupa kuantitatif dan kualitatif masing-masing akan dianalisis.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru di Kelas

Kriteria tingkat aktivuas siswa dihitung berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk menentukan kriteria tersebut, peneliti menghitung jumlah persentase aktivitas yang dilakukan siswa. Setiap pernyataan aktivitas yang dilakukan.

2. Analaisis Data Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa

Hasil wawancara yang telah ditulis kemudian ditranskip untuk dianalisa secara kualitatif. Dalam menganalisa data hasil wawancara, langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :


(55)

Transkip jawaban hasil wawancara dengan guru diringkas dan dikategorikan sesuai dengan aspek yang ingin dinilai.

b. Penyajian Data

Data hasil reduksi kemudian disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian data dalam bentuk ini dimaksudkan untuk memperoleh makna dari dari data yang telah terkumpul.

c. Penarikan kesimpulan

Apabila semua data telah disajikan dalam bentuk teks-naratif, selanjutnya peneliti melakukan penarikan kesimpulan mengenai tingkat pemahaman.

3. Analisis data angket respon siswa

Pengolahan data kuesioner melalui pemberian skor pada setiap jawaban yang diberikan siswa. Skor pilihan jawaban skala Likert tergantung pada sifat pernyataan, dimana jumlah pernyataan positif dan negatif haruslah sama. Tabel berikut adalah pedoman pemberian skor kuesioner bagi jawaban siswa untuk setiap pernyataan. Pemberian skor kuesioner yang diperoleh kemudian dikategorkikan berdasarkan pedoman berikut:

Tabel 3.5 Panduan Pemberian Skor Kuesioner Respon Siswa

Alternatif Skor

Pernyataan Positif

Pernyataan Negatif


(56)

Sangat Setuju (SS)

3 2

Tidak Setuju (TS)

2 3

Sangat Tidak Setuju (STS)

1 4

Selanjutnya data dianalisis dan kemudian data dianalisis dengan menggunakan kriteria respon siswa terhadap pembelajaran dengan PPR. Cara menentukan batas jumlah adalah sebagai berikut:

Skor minimum = 1 x banyak butir pernyataan

Skor maksimum = 4 x banyaknya butir pernyataan

Tabel 3.6 Penskoran Kuesioner Respon Siswa

Skor Kriteria

Sangat Baik Baik Netral Jelek Sangat Jelek

Menurut (Mustafa, 2009) cara menganalisis n butir pernyataan pada kuesioner respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendketana PPR.


(57)

4. Analisis data Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa meliputi data hasil tes akhir. Hasil tes ditentukan berdasarkan pedoman penilaian yang telah dibuat peneliti. Nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa dimasukkan ke dalam daftar nilai, kemudian diklasifikasikan berdasarkan tabel berikut:

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis hasil tes meliputi: a. Pemberian skor

Skor yang diberikan untuk setiap soal tes sesuai dengan bobot jawaban siswa yang dibandingkan dengan bobot jawaban dalam kisi-kisi yang telah disusun.

b. Penilaian

Nilai yang diberikan dalam rentang 0-10. Perhitungan nilai dapat dilihat pada pedoman penilaian masing-masing tes.

c. Analisis Ketuntasan

Nilai yang diperoleh siswa dari tes dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM yang diharapkan dari siswa adalah memperoleh nilai 77. Jika nilai siswa kurang dari 77 maka siswa dikatakan tidak tuntas. Sebaliknya, apabila nilai siswa lebih dari atau sama dengan 77 maka siswa dikatakan tuntas.


(58)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian, analisis data selama proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw Tipe II dengan menggunakan pendekatan PPR pada materi bangun

prisma. Kegiatan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut.

A. Pelaksanaan Pengumpulan Data atau Kegiatan Di Lapangan

1. Pelaksanaan Implementasi Pendekatan PPR dalam Pembelajaran Prisma Dengan Menggunakan teori Van Hiele.

Kegiatan awal yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian adalah melakukan observasi dan wawancara. Observasi dan wawancara kepada guru dilaksanakan pada 8 Maret 2016 di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang bertujuan untuk mengetahui keadaan lingkungan sekolah khususnya kelas yang akan digunakan dalam penelitian, baik dari segi gambaran aktivitas siswa dan situasi kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Sebelum melakukan pengambilan data peneliti harus merancang instrumen pembelajaran dengan sebaik mungkin yang sudah divalidasi oleh pakar. Instrumen pembelajaran yang akan digunakan adalah : 1) RPP dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe II dan pendekatan PPR , 2) Instrumen Tes digunakan untuk


(59)

pengumpulan data pada aspek conscience yaitu LKS I, LKS II dan Soal Ulangan, dan 3) Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PPR. 2. Kegiatan Pembelajaran

Implementasi mulai dilaksanakan pada tanggal 27 April 2016 di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dengan jumlah pertemuan sebanyak 3 kali. Dua kali pertemuan untuk proses pembelajaran dengan menerapkan metode kooperatif Jigsaw Tipe II dan 1 kali pertemuan untuk melaksanakan ulangan.

Alokasi waktu pembelajaran setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran. Rincian kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan sebagai berikut.

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 April 2016 pada pukul 07.15-08.35 WIB. Awalnya siswa akan dibagi dalam kelompok asal kemudian dari kelompok asal akan dilakukan pengelompokkan lagi menjadi kelompok ahli. Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan pertama sebanyak 34 siswa dari total 34 orang. Dalam hal ini guru sebagai pengajar. Uraian mengenai proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian yaitu.


(60)

1) Pendahuluan

Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan dengan alokasi waktu selama 10 menit, dengan rincian kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

- Guru memasuki kelas kemudian memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa.

- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari, yaitu mengenai unsur-unsur prisma dan jaring-jaring prisma.

- Guru memperlihatkan video yang berisi tentang contoh kehidupan nyata bangun prisma yang dapat ditemui.

2) Kegiatan Inti

- Guru membagi 34 siswa ke dalam 8 kelompok asal dimana setiap anggota kelompok asal terdiri dari 4 sampai 5 anggota. Setiap kelompok asal masing-masing anggota memiliki tugas untuk membahas 4 materi yaitu prisma segitiga, prisma segiempat, prisma segilima dan prisma segienam sehingga terdapat 4 kelompok ahli.

- Rencana awalnya pembagian kelompok asal berdasarkan hasil nilai Ulangan Tengah Semester (UTS).

- Daftar pembagian anggota kelompok asal saat proses pembelajaran pada pertemuan pertama.


(61)

Tabel 4.1 Daftar Pembagian Kelompok Asal

Keterangan :

S1 : Siswa nomor absen 1 anggota kelompok asal 3 S2 : Siswa nomor absen 2 anggota kelompok asal 7 S3 : Siswa nomor absen 3 anggota kelompok asal 8 .

. .

S34 : Siswa nomor absen 34 anggota kelompok asal 4 - Setiap siswa dalam kelompok asal kemudian dibagikan lembar

kerja siswa (LKS) dengan bentuk soal dan penyajian data yang berbeda.

- Semua siswa mencermati dan menyimak mengenai unsur-unsur yang terdapat dalam bangun prisma dan cara menggambar jaring-jaring prisma yang ada dalam LKS.

- Anggota kelompok yang mempelajari bagian yang sama bertemu dengan kelompok baru yang disebut sebagai kelompok ahli.

1 2 3 4 5 6 7 8

S6 S32 S19 S34 S9 S5 S2 S3

S20 S10 S14 S23 S24 S28 S4 S13 S7 S8 S11 S12 S31 S33 S17 S27 S16 S22 S26 S29 S30 S15 S25 S21


(62)

- Daftar pembagian anggota kelompok ahli saat proses pembelajaran pada pertemuan pertama

Tabel 4.2 Daftar Pembagian Kelompok Ahli

Keterangan :

S1 : Siswa nomor absen 1 anggota kelompok ahli 2 S2 : Siswa nomor absen 2 anggota kelompok ahli 1 S3 : Siswa nomor absen 3 anggota kelompok ahli 1 .

. .

S34 : Siswa nomor absen 34 anggota kelompok ahli 1

- Adanya pembagian kelompok asal dan kelompok ahli membuat siswa merasa bingung, mengenai pembagian tugas disetiap kelompok. Oleh karena itu, siswa menanyakan kembali aturan mainnya kepada Guru.

- Diskusi kelompok ahli berlangsung kurang lebih 20 menit. Siswa mencermati soal yang menjadi tugas kelompoknya secara bersama-sama.

1 2 3 4

S6 S20 S7 S16

S32 S10 S8 S22

S19 S14 S11 S26

S34 S23 S12 S29

S9 S14 S31 S30

S5 S28 S33 S15

S2 S4 S17 S25

S3 S13 S27 S21


(63)

- Kegiatan diskusi kelompok kemudian dilanjutkan di kelompok asal.

- Siswa yang masuk dalam kelompok ahli secara bergantian menjelaskan tugas yang dibahas dalam kelompok asal. (Kegiatan diskusi dilakukan selama 30 menit).

- Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk menarik kesimpulan pembelajaran.

3) Penutup

- Siswa menarik kesimpulan pembelajaran mengenai unsur-unsur bangun prisma.

- Proses pembelajaran diakhiri dengan kegiatan evaluasi individu dengan alokasi waktu 10 menit.

- Guru menyampaikan rencana proses pembelajaran pada pertemuan berikutnya yaitu menghitung luas permukaan dan volume prisma.

- Guru menutup proses pembelajaran dengan meminta salah satu siswa untuk memipin doa.

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan berikutnya dilaksanakan pada hari Selasa, 03 Mei 2016 pada pukul 10.10-12.35 WIB. Materi yang dibahas adalah menghitung luas permukaan dan volume bangun prisma. Jumlah siswa yang hadir ada 34 siswa. Uraian mengenai proses pembelajaran pada pertemuan ketiga adalah sebagai berikut.

1. Pendahuluan

- Guru memasuki kelas kemudian memberi salam dan mengecek kehadiran siswa.

- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari, yaitu menghitung luas permuakaan dan volume bangun prisma.


(64)

- Guru membagi 34 siswa kedalam kelompok asal yang masing-masing kelompok asal terdiri dari 4-5 anggota sebagai nantinya akan terdapat 4 kelompok ahli.

- Pembagian kelompok anggota asal pada pertemuan kedua sama dengan pembagian kelompok pada pertemuan pertama berdasarkan hasil nilai UTS.

- Daftar pembagian kelompok asal saat proses pembelajaran pada pertemuan kedua sama dengan pertemuan pertama (lihat Tabel 4.1 Daftar Pembagian Kelompok Asal)

- Setiap siswa dalam kelompok asal kemudian dibagikan LKS dengan bentuk soal yang berbeda, yaitu : prisma segitiga, prisma segiempat, prisma segilima, dan prisma segi enam.

- Semua siswa menyimak dan mencermati soal-soal yang terdapat di LKS.

- Daftar pembagian anggota kelompok ahli saat proses

pembelajaran pada pertemuan (lihat tabel 4.2 Daftar Pembagian Kelompok Ahli).

- Diskusi kelompok ahli berlangsung kurang lebih 20 menit. Kegiatan pembelajaran kedua ini sama seperti kegiatan pada pertemuan sebelumnya, siswa mencermati soal yang menjadi tugas dikelompoknya secara bersama-sama. Siswa yang kurang memahami langkah-langkah mengerjakan LKS bertanya dengan teman kelompoknya.

- Kegiatan diskusi kelompok kemudian dilanjutkan di kelompok asal.

- Siswa masuk dalam kelompok ahli secara bergantian menjelaskan tugas yang dibahas dalam kelompok asal. (Kegiatan diskusi dilakukan selama 30 menit)

- Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk menarik kesimpulan pembelajaran.


(65)

3. Penutup

- Guru mengajak siswa menarik kesimpulan pembelajaran mengenai menghitung luas permukaan dan volume prisma, - Proses pembelajaran diakhiri dengan kegiatan evaluasi

individu serta kegiatan refleksi dengan alokasi waktu 10 menit.

- Guru menyampaikan rencana proses pembelajaran pada pertemuan berikutnya, yaitu ulangan.

- Guru menutup proses pembelajaran dengan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa.

-c. Pertemuan Ketiga

Pertemuan terakhir dilaksanakan pada hari Rabu, 04 Mei 2016 pada pukul 07.15-08.35 WIB. Jumlah siswa yang hadir ada 34 siswa. Uraian mengenai proses pembelajaran pada pertemuan ketiga adalah sebagai berikut.

1. Pendahuluan

- Guru memasuki kelas kemudian memberi salam dan mengecek kehadiran siswa.

- Guru menginformasikan tujuan pembelajaran dalam pertemuan saat itu, yaitu ulangan.

2. Kegiatan Inti

- Guru membagi soal ulangan.

- Siswa mengerjakan soal ulangan secara individu selama 40 menit.

3. Penutup

- Guru membagi kuesioner respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan paradigma pedagogi reflektif.


(66)

- Siswa mengerjakan kuesioner respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan paradigma pedagogi refelektif secara individu.

- Guru menutup proses pembelajaran dengan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa.

-a. Analisis data pembelajaran dengan pendekatan PPR

Keterlaksanaan program pembelajaran dengan pendekatan PPR Pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PPR dilakukan oleh 2 observer selama proses pembelajaran matematika berlangsung di kelas VIII D. Perhitungan keterlaksanaan proses pelaksanaan pembelajaran dengan menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh seperti pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Data Keterlaksanaan Pembelajaran Pendekatan PPR

Skor Keterlaksanaan Pembelajaran dengan pendekatan PPR Pertemuan

ke-1 1 2

Observer 194 201

Skor maksimal

230 230

Persentase 84,34783 % 87,3913 %


(67)

Tabe 4.4 Kriteria Skor Keterlaksanaan Pembelajaran dengan pendekatan PPR

Skor Kriteria

Sangat Baik Baik Netral Jelek Sangat Jelek

Kriteria keterlakanaan pembelajaran dengan pendekatan PPR diperoleh dari perhitungan Pendekatan Struges (Mustafa, 2009) sebagai berikut.

Menggunakan Skor Total (TX)

Skor Maksimum : 5 x 46 = 230

Skor Minimum : 1 x 46 = 46

Skor Keterlaksanaan Pembelajaran dengan

pendekatan PPR Pertemuan ke-2 1 2

Observer 198 192

Skor maksimal

230 230

Persentase 86,08 % 83,478%


(68)

Range (jarak) : 230 – 46 = 184

Banyak Kategori : 5

Panjang interval adalah :

Berdasarkan data rincian keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PPR (lihat tabel 4.3) diperoleh secara keseluruhan adalah.

Keterlaksanaan keseluruhan =

= 191,95

Berdasarkan hasil yang diperoleh yakni 191,95 (lihat tabel 4.4) dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran dengan pendekatan PPR dikategorikan baik di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. .

b. Transkrip Rekaman Video

Transkrip rekaman video adalah suatu media dalam melakukan kegiatan penelitian guna menyajikan kembali suatu kejadian ke dalam bentuk narasi tertulis. Prosese pembelajaran yang berlangsung direkam dengan keadaan sebenarnya.

c. Analisis data respon siswa

Kuesioner siswa diisi oleh 34 siswa kelas VIII D yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PPR. Perhitungan hasil respon siswa dengan memberi skor untuk setiap pernyataan kemudian


(69)

dianalisis setiap aspeknya. Hasil perhitungan skor pernyataan untuk setiap aspek dapat dilihat dalam tabel berikut, sedangkan skor untuk setiap pernyataan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Skor Respon Siswa No Aspek Perhitungan Skor Pilihan

Jawaban

SS S TS STS

1 Sikap siswa terhadap matematika

Jumlah 75 180 80 25

Jumlah x Skala Penilaian

300 540 160 25

Jumlah total 1025 2 Sikap siswa

terhadap pembelajajaran dengan

Pendekatan PPR

Jumlah 70 235 95 20

Jumlah x Skala Penilaian

280 705 190 20

Jumlah total 1195 3 Keberhasilan

pendekatan PPR

Jumlah 70 230 90 20

Jumlah x Skala Penilaian

280 690 180 20 Jumlah total 1170

Tabe 4.6 Kriteria Skor Respon Siswa terhadap pembelajaran

Skor Kriteria

Sangat Baik Baik Netral

Jelek Sangat Jelek


(70)

Kriteria respon siswa tersebut diperoleh dari perhitungan Pendekatan Sturges (Mustafa,2009) sebagai berikut.

Menggunakan Skor Total (TX) Skor Maksimum : 4 x 40 = 160 Skor Minimum : 1 x 40 = 40 Range (jarak) : 160 – 40 = 120 Banyak Kategori : 5

Panjang interval adalah :

Berdasarkan data rincian hasil perhitungan skor respon siswa (lihat tabel 4.5) diperoleh secara keseluruhan adalah :

Keterlaksanaan keseluruhan = = 127,41

Berdasarkan hasil yang diperoleh yakni 127,41 (lihat tabel 4.6) dikatakan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan PPR dikategorikan baik di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

3. Analisis Data Hasil Belajar Siswa a. Data Ulangan Prisma

Ulangan Prisma diikuti oleh 34 siswa kelas VIII D. Siswa mengerjakan 4 soal esai yang masing-masing soal memiliki skor maksimal 5. Perhitungan


(71)

nilai akhir ulangan adalah dengan mengalikan 100 lalu dibagi dengan 20. Berikut merupakan hasil nilai analisis ulangan prisma.

Tabel 4.7 Daftar Nilai Ulangan Siswa

No Nama

Nilai Ketuntasan

Tuntas

Tidak Tuntas

1 S1 65 - √

2 S2 100 √ -

3 S3 80 -

4 S4 50 -

5 S5 80 √ -

6 S6 100 √ -

7 S7 100 -

8 S8 80 -

9 S9 50 -

10 S10 100 -

11 S11 95 -

12 S12 65 -

13 S13 80 √ -

14 S14 80 -

15 S15 80 -

16 S16 80 -

17 S17 50 - √

18 S18 90 √

19 S19 80

20 S20 100

21 S21 80 √

22 S22 50

23 S23 90

24 S24 100


(72)

26 S26 50

27 S27 85 √

28 S28 100 √

29 S29 60

30 S30 50

31 S31 80

32 S32 100

33 S33 50 √

34 S34 100

Berdasarkan tabel diatas siswa yang mendapatkan nilai diatas batas ketuntasan sebanyak 23 siswa sedangkan yang mendapatkan nilai dibawah batas ketuntasan sebanyak 11 siswa.

Tabel 4.8 Hasil Nilai Analisis Ulangan Prisma

No Soal

Indikator Jumlah

Skor Jumlah Skor Maks Persentase Ketuntasan (%)

1 Mengidentifikasi unsur-unsur prisma

160 5440 2,94118

2 Membuat jaring-jaring prisma

136 4624 2,9412

3 Menentukan luas permukaan prisma

121 4114 2,9412

4 Menentukan volume prisma


(73)

b. Data Remedial Prisma

Ulangan prisma diikuti oleh 34 siswa VIIID. Siswa mengerjakan 4 soal esai yang masing-masing soal memiiliki bobot skor 5. Perhitungan nilai akhir ulangan adalah mengalikan 100 lalu membagi 20. Berikut merupakan hasil analisis ulangan remedial prisma dari siswa menurut indikator soal.

Tabel 4.9 Hasil Ulangan Remedial Prisma

No Kode Siswa

Skor Yang Diperoleh Nilai

Remedial

Nilai

1 2 3 4 Jumlah

Skor

1 S1 5 4 4 3 16 80 77

2 S4 5 5 3 5 18 90 77

3 S9 5 2 4 3 16 80 77

4 S12 5 4 5 3 17 85 77

5 S17 5 4 3 5 17 85 77

6 S22 5 5 3 4 17 85 77

7 S25 5 3 3 5 16 80 77

8 S26 4 4 3 5 16 80 77

9 S29 5 5 3 5 18 90 77

10 S30 5 5 2 5 17 85 77


(74)

Tabel 4.10 Analisis per indikator

No Soal

Indikator Jumlah

Skor Jumlah Skor Maks Persentase Ketuntasan (%)

1 Mengidentifikasi unsur-unsur prisma

54 1836 2,941

2 Membuat jaring-jaring prisma

46 1564 2,941

3 Menentukan luas permukaan prisma

36 1224 2,9411

4 Menentukan volume prisma

48 1632 2,9411

c. Data Penilaian Conscience

Penilaian Conscience dilakukan dengan melakukan pengamatan kepada siswa-siswa kelas VIII D selama proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PPR. Sikap yang dikembangkan dalam proses pembelajaran ini adalah percaya diri, tanggung jawab, kerja sama dan teliti. Peneliti kemudian memberikan penilaian secara rubrik penilaian yang telah dibuat. Berikut merupakan perolehan penilaian conscience, sedangkan penilaian sikap untuk masing-masing siswa secara lengkap dapat dilihat.


(75)

Tabel 4.11 Penilaian Conscience Pertemuan-1

No Sikap Perolehan Penilaian

Cukup Baik Sangat

Baik

1 Percaya Diri 8 siswa 15 siswa 11 siswa 2 Bertanggungjawab 4 siswa 18 siswa 12 siswa

3 Teliti 8 siswa 16 siswa 10 siswa

4 Bekerja sama 5 siswa 16 siswa 13 siswa

Tabel 4.12 Penilaian Conscience Pertemuan-2

No

Sikap Perolehan Penilaian

Cukup Baik Sangat

Baik

1 Percaya Diri 6 siswa 16 siswa 12 siswa 2 Bertanggungjawab 4 siswa 15 siswa 15 siswa

3 Teliti 6 siswa 14 siswa 14 siswa

4 Bekerja sama 5 siswa 17 siswa 17 siswa

d. Data Penilaian Compassion

Penilitian compassion dilakukan dengan melakukan pengamatan kepada siswa-siswa kelas VIII D selama proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PPR. Sikap yang dikembangkan dalam proses pembelajaran ini adalah siswa mampu untuk saling membantu satu sama lain. Peneliti kemudian memberikan penilaian sesuai rubrik penilaian yang


(76)

telah dibuat. Berikut merupakan perolehan penilaian compassion sedangkan penilaian sikap untuk masing-masing siswa secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4.13 Penilaian Compassion Pertemuan-1 No Sikap Perolehan Penilaian

Baik Sangat Baik 1 Saling

membantu

21 siswa 13 siswa

2 Saling menghargai

15 siswa 19 siswa

Tabel 4.14 Penilaian Compassion Pertemuan-2 No Sikap Perolehan Penilaian

Baik Sangat

Baik 1 Saling

membantu

16 siswa 18 siswa

2 Saling menghargai

18 siswa 16 siswa

A. Pembahasan

1. Implementasi Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Rumusan masalah pertama yang dibahas adalah bagaimana keterlaksanaan implementasi dengan pendekatan PPR pada pokok


(77)

bahasan bangun ruang sisi datar yakni Prisma kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, dapat diketahui bahwa pembelajaran matematika belum menunjukkan pelaksanaan pendekatan PPR secara maksimal. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara siswa yang menyatakan bahwa guru lebih banyak memberi latihan soal tanpa dinamika yang ada pada pendekatan PPR. Metode pembelajaran yang digunakan cenderung menggunakan metode cermah dimana guru sebagai pusat. Kegiatan Aksi dan Refleksi merupakan ciri khas pelaksanaan pendekatan PPR nampak dilakukan dikelas VIII D. Tahap kedua dari penelitian ini adalah peneliti melakukan pembelajaran di kelas VIII D pada sub materi prisma dengan menggunakan pendekatan PPR. Dalam peneltiian ini, pembelajaran dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan pertama membahas pengertian prisma, unsur-unsur prisma serta jaring-jaring prisma sedangkan pembelajaran kedua membahas tentang luas permukaan prisma dan volume prisma, pada pertemuan ketiga diadakan evaluasi atau ulangan prima dan untuk pertemuan keempat diadakan remedial dikarenakan ada 11 orang yang belum mencapai nilai KKM. Masing-masing pertemuan dilaksanakan dalam waktu 80 menit. Berikut merupakan paparan pelaksanaan pembelajaran dengan mengimplementasikan pendekatan PPR yang telah dilaksanakan.


(1)

217 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

219 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

221 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

Dokumen yang terkait

ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR).

0 3 29

Implementasi perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada topik kubus yang mengakomodasi teori van Hiele di kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2015/2016.

0 1 217

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran limas dengan teori van Hiele pada kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2015/2016.

0 3 324

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi teori van Hiele pokok bahasan balok di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 369

Implementasi perangkat pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi balok yang mengakomodasi teori van hiele di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 250

Implementasi paradigma pedagogi reflektif pada pembelajaran keterampilan berdiskusi siswa kelas VIII SMP N 8 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 4 175

Pengembangan perangkat pembelajaran mengakomodasi teori van hiele materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang.

0 9 258

Analisis implementasi model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) berdasarkan unsur competence-conscience-compassion siswa.

0 0 14

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran materi pendapatan nasional untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

0 15 256

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta

0 29 531