Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Berpikir

8 seorang penyanyi sekaligus pencipta lagu “Untuk Kita Renungkan” dalam Album “Gamelan” yang dibuat pada tahun 1998. Alasan peneliti menggunakan objek lagu “Untuk Kita Renungkan” ini di karenakan di dalam lagu tersebut mengandung makna pesan yang bermanfaat bagi kehidupan sosial bermasyarakat khususnya bangsa Indonesia karena pencipta lagu yang dalam hal ini membawakan juga lagu “Untuk Kita Renungkan” ini mengajak bangsa Indonesia untuk selalu membersihkan diri dari tindak laku yang kurang bermoral dari kehidupan bermasyarakat dan menyadari bangsa Indonesia dari perbuatan dosa yang harus dihilangkan dalam kehidupan sosial bermasyarakat serta mengamalkan hal-hal kebaikkan dengan selalu menghindarkan dari hal-hal dan perbuatan negatif. Lagu ini relevan dengan hakiki masyarakat yang sering dilanda bencana alam. Dan lagu ini juga merupakan salah satu bentuk harapan sang penulis lagu agar setiap masyarakat berbangsa dan bertanah air Indonesia agar selalu ingat kepada Allah SWT dalam menjalankan kehidupan sehari-hari serta menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah pemaknaan lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” yang diciptakan oleh Ebiet G. Ade dalam album “Gamelan” ? Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 9

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimanakah pemaknaan lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” dalam album “Gamelan” yang dibawakan oleh Ebiet G. Ade. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis yaitu bermanfaat untuk menambah literatur penelitian kualitatif Ilmu Komunikasi khususnya mengenai analisis berupa lirik lagu dengan metode semiotik.

1.4.2 Manfaat Praktis

Membantu pembaca dan penikmat musik dalam memahami apa maksud dari lirik lagu ”Untuk Kita Renungkan” sehingga pesan yang terdapat dalam lagu tersebut dapat diterima dengan baik, serta diharapkan mampu menambah referensi bagi peneliti yang lain. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Musik Sistem tanda musik adalah oditif, namun untuk mencapai pendengarannya, pengubahan musik dalam mempersembahkan kreasinya dengan perantara pemain musik dalam bentuk sistem tanda tertulis. Bagi Simiotikus musik, adanya tanda - tanda perantara, yakni musik yang dicatat dalam partitur orkestranya. Hal ini sangat memudahkan dalam menganalisis karya musik dengan teks. Itulah sebabnya mengapa penelitian musik terarah pada sintakis. Meski demikian, tidak ada semiotika tanpa semantik. Jadi, juga tidak ada semiotik musik tanpa semantik musik. Semantik musik, bisa dikatakan harus senantiasa membuktikan hak kehadirannya Van Zoest, 1993: 120-121 . Salah satu hal penting dalam sebuah musik adalah Lirik lagu. Sebagaimana bahasa dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang ada pada masyarakat. Lirik lagu dapat pula menjadi sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu mulai diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak, nilai - nilai, bahkan prasangka tertentu. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 11 Dapat dikatakan bahwa musik merupakan bagian dari suatu budaya manusia, tidak terpisahkan selama hidup manusia, dari lahir hingga akhir hayat, musik juga menyentuh segala lapisan sosial dari bawah hingga atas. Mantle Hood, seorang pelopor ehnomusicology dari USA memberikan definisi tentang ehnomusicology sebagai studi musik dari segi sosial dan kebudayaan Bandem, 1981 : 41. Musik itu dipelajari melalui peraturan tertentu yang dihubungkan dengan bentuk kesenian lainnya termasuk bahasa, Falsafah, dan agama Sobur, 2003 : 148. Musik pop adalah merupakan suatu bagian yang terpenting disekian banyak cabang seni pertunjukkan. Musik ini digandrungi oleh setiap lapisan masyarakat. Di dalam musik ini merupakan sebuah teguran hati dimana sangat berpengaruh terhadap orang yang mendengarkan lagu tersebut. Dwiki Darmawan yang juga seorang musisi mempunyai pandangan mengenai musik pop yang sekarang ini tidak lagi beriramakan lagu yang super kencang, yang selama ini menjadi suatu trande bagi musik pop. Jadi perbedaan - perbedaan yang terdapat pada irama musik itu memang disesuaikan dengan kultur sosial yang terdapat pada pencipta lagunya dan juga para penyanyinya, sesuai dengan generasinya dan bagaimana musisi menerjemahkannya kedalam selera bagi peminat musik.

2.1.2. Renungan Dalam Kehidupan

Konsep renungan dalam kehidupan merupakan suatu pemahaman untuk memperbaiki diri, membersihkan diri dan mengintrospeksikan diri atas segala Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 12 perbuatan yang pernah dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja dilakukan dari noda-noda kemunafikan, menekan hasrat dan hawa nafsu serta menghindari segala perbuatan keji dan godaan dari syaiton. Dengan memohon ampun dengan beribadah secara khusyuk, membaca alqur’an, berdzikir dan mendekakan diri pada Allah SWT. Merenung sangatlah penting dan bermanfaat bagi setiap kehidupan manusia, karena dapat menjadikan kita sebagai makhluk ciptaanNya menjadi lebih baik dan mampu meningkatkan iman dan taqwa, bersabar, tabah, tawakal dan ikhlas dalam menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Karena Allah SWT yang memiliki kekuasaan di semesta alam dan seluruh isinya. Karena siapapun yang tidak melaksanakan perintahNya dengan baik, maka Allah akan memberikan hukuman berupa teguran agar hambaNya dapat merubah menjadi lebih baik serta meningkatkan amal perbuatan dan bertaubat. Renungan itu sendiri bisa diartikan sebagai memikirkan hal-hal baik dimasa lalu yang menjadi kenangan, berharap untuk diingat kembali. Hal-hal yang dimaksud haruslah yang bersifat baik. Karena kita hidup tidaklah bisa hanya memikirkan hal-hal negatifburuk. Di dalam renungan, kita juga diwajibkan untuk mengingat sang pencipta, sebagaimana dari kita lahir hingga saat ini, akan selalu memperoleh cobaan dariNya. Dan dengan renungan kita akan selalu melihat bahwa cobaan yang kita dapat dariNya akan selalu kita ingat supaya kita selalu mengingat hal tersebut sebagai pedoman dan terus menatap kedepan dalam menjalankan hidup. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 13

2.1.3. Pengertian Musibah

Musibah mempunyai arti sebagai ujian atau cobaan bagi setiap manusia. Musibah sendiri adalah Kejadian atau peristiwa menyedihkan yang menimpa, dimana musibah yang ditimpakan kepada seseorang itu dikarenakan oleh perbuatan orang itu sendiri. Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa musibah itu bisa merupakan adzab atau siksa yang sangat besar, misalnya hujan batu kerikil, suara keras yang mengguntur, banjir dan gempa bumi. Tetapi musibah itu juga dapat berupa siksa atau adzab yang tidak terlalu besar misalnya keletihan, penyakit, kekhawatiran, kesusahan, gangguan, kesedihan. Orang tertusuk duri pun juga termasuk siksa atau adzab yang cukup ringan. Hikmah yang dapat kita pelik dibalik suatu musibah yaitu : Musibah dapat menghilangkan dosa, Mendapatkan pahala di akhirat, Musibah merupakan parameter tingkat kesabaran, Menjadikan seorang hambaNya lebih sering berdo’a, Musibah dapat menghilangkan sikap sombong, ujub dan besar kepala, Menjadi lebih mengetahui betapa besarnya nikmat keselamatan dan ‘afiyah dari Allah, Musibah merupakan indikasi bahwa Allah mencintai hambaNya tersebut. Positive thinking terhadap musibah mutlak dilakukan oleh setiap manusia, agar mendapatkan kebahagian yang hakiki.

2.1.4 Pengertian bencana Alam

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 14 manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan. Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah alam juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tumburan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia. Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi hazard serta memiliki kerentanan kerawanan vulnerability yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana disaster resilience. Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan pencegahan serta penanganan terhadap bencana yang cukup, maka daerah tersebut dapat terhindar dari dampak bencana yang meluas. www.wikipedia.com Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 15

2.1.5 Lagu dan Lirik Lagu

Peranan dan kedudukan lagu adalah penting dalam rangka sosialisasi ide dan gagasan dalam tradisi kebudayaan. Sehubungan dengan hal tersebut, seorang ahli psikologi Indonesia, menyatakan bahwa musik, lagu dan senandung adalah bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh hidup manusia, sejak dari buaian sampai akhir khayat, secara universal dihampir semua lapisan sosial dan di berbagai kebudayaan, manusia mengenal musik dan lagu menurut caranya masing-masing. Sementara Perry Savitri, 1991:3 juga menyebutkan bahwa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kemanusiaan sendiri, musik dan lagu hadir dan disukai manusia secara kodrati. Para ahli menyebutkan inherent merit yang memperkaya khasanah dan mempermudah kebudayaan manusia. Perkembangan lirik lagu di Indonesia sudah muncul sejak mulai setelah merebut kemerdekaan. Pada perubahan pertama dasawarsa 1950-an. Pada waktu masih dilakukan yang dinamakan “musikalisasi syair” yaitu menggarap komposisi-komposisi lagu terhadap puisi-puisi yang terlebih dahulu diciptakan oleh penyair terpandang Rachmawati, 2000:42. Usaha dilakukan kembali pada paruhan pertama dasawarsa 1970-an. Pada saat mulai dilegitimasi bahwa syair dan lagu tersebut disebut sebagai lirik lagu, musikalisasi ini telah terjadi kembali. Salah satu contoh adalah Bimbo yang sering melakukan kerjasama dengan penyair terkenal diantaranya Taufik Ismail, Ramadhan K.H. dan Wing Kardjo. Upaya yang dilakukan Bimbo ini disambut oleh beberapa kelompok musik, terutama dari Bandung yang kemudian mencoba untuk memusikalisasi puisi-puisi karya Gunawan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 16 Muhammad, Abdul Hadi W.M, Sapardi Joko Darmono, dan bahkan puisi karya pelukis Jeihan. Musikalitas syair yang dilakukan oleh para komponis lagu tahun 1950-an itu salah satunya disebabkan oleh keadaan niaga musik yang tidak bisa menunggu lama. Pada saat itu para komponis diharapkan mampu menciptakan sebuah lagu yang diibaratkan seperti kue, dapat dibeli dengan harga murah dan dapat dinikmati selagi hangat, ini menyebabkan karya para pemusik pun tergesa- gesa sehingga menyebabkan pula keterbatasan para pencipta lagu untuk mempersembahkan sebuah karya yang murni dan melodis. Selain itu terdapat persoalan teknis, seperti persewaan studio yang mahal makin memaksa mereka menciptakan karya yang asal jadi. Seringkali mereka hanya mengadaptasi kata-kata dari lagu pop Amerika mengenai cinta yang dicerna oleh komponis Indonesia. Padahal lirik Amerika sering sendiri sering mendapat kecaman antara lain dikatakan bahwa lirik lagu Amerika tidak jelas, dumb , vulgar, cheap, degrading, uninspired Rosidi, 1995:8. Lirik lagu pada perkembangannya akhirnya mulai meninggalkan kebiasaan mengadaptasi lirik lagu luar negeri,walaupun tidak benar-benar meninggalkannya. Para lirikus Indonesia sudah mulai menciptakan lirik-lirik lagu populer berdasarkan fenomena sosial yang sedang terjadi disekitarnya, walaupun sebagian besar masih bertemakan cinta dengan segala dukanya. Pada masa ini oleh masyarakat, musik populer diberi arti : musik yang mudah diterima oleh kebanyakkan orang dan untuk karenanya masyarakat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 17 banyak yang menyukainya Sumaryo dalam Setianingsih, 2002 : 27. Beberapa jenis musik yang didasarkan pada manfaat agar diketahui lebih dalam adalah : 1. Musik Klasik : Ada sedikit pergeseran makna, seperti terjadi pula pada mana ataupun istilah lain. Ada tiga tafsiran mengenai musik klasik yang sering digunakan. a. Pertama : Musik klasik adalah jenis musik terkenal yang dibuat atau diciptakan jauh dimasa lalu, tetapi disukai, dimainkan, dan diminati orang sepanjang masa sampai sekarang. b. Kedua : Musik klasik ialah jenis musik yang lahir atau diciptakan oleh komponis-komponis pada masa klasik, yaitu masa sekitar tahun 1750-1800. c. Ketiga : Musik klasik adalah jenis musik yang dibuat pada masa sekarang, tetapi mengambil gaya corak, ataupun teknik yang terdapat pada musik klasik dari pengertian pertama dan kedua. 2. Musik Jazz : Jenis musik yang dianggap lahir di New Orleans, Amerika Serikat, pada awal abad ini. Merupakan perpaduan antara teknik dan peralatan musik Eropa khususnya Prancis, dengan irama bangsa negro asal Afrika Barat, di perkebunan-perkebunan Kapas New Orleans Selatan. 3. Musik Keroncong : Jenis musik dimana dalam musik ini dipergunakan peralatan dan penandaan musik Barat, yang dimainkan dan dinyanyikan dengan gaya musik tradisi kita yang sudah ada sebelumnya. Misal : permainan alat penumbuk padi, kentingan, angklung, dan lain-lain. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 18 4. Musik Populer : Jenis musik yang selalu memasukkan unsur-unsur ataupun cara-cara yang sedang disukai, atau diharapkan akan disukai oleh pendengar dewasa ini. Tujuannya adalah memperoleh ledakan popularitas sebesar mungkin dan secepat mungkin. Walaupun dua atau tiga tahun kemudian tak ada lagi yang bisa mendengarkannya. Musik populer merupakan suatu bidang yang mempunyai perkembangan tersendiri. Sifat- sifat perkembangannya itu kadang-kadang menuju kearah perkembangan artistik musikal; tapi yang masih mendapat simpati dari masyarakat banyak. Meski disebut musik populer, dari pemain-pemainnya tetap diminta syarat-syarat musikalitas. Makin tinggi nilai musikalitasnya, makin baik. Pemain musik populer tidak begitu merasa ‘tegang’ seperti pemain musik seriosa. Yang dimaksud ‘tegang’ disini ialah suatu rasa tekanan atau ketegangan mental, yang disebabkan anatara lain adanya konsentrasi yang penuh agar dapat memainkan musiknya sebaik-baiknya Sumaryo dalam Rachmawati, 2000:29. Akan tetapi, suatu gejala yang menggembirakan adalah kenyataan, bahwa ada beberapa orkes populer yang biasa disebut band, meskipun anggota- anggotanya berpakaian aneh-aneh, tapi cenderung untuk tetap menjaga selera artistik didalam menghidangkan permainannya. Itulah sebabnya mengapa ada yang menganggap perlunya membuat piringan hitam merupakan salah satu unsur penting untuk menambah penggarapan musikal dalam band-band populer. Karena pertunjukkan unsur-unsur yang non musikal seperti berpakaian yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 19 aneh-aneh dan gerak-gerik yang ingin menarik perhatian publik hanyalah dekor belaka, yang secara organis tidak ada hubungannya dengan musik itu sendiri. Band musik populer, disingkat pop. Bentuknya berganti-ganti terus menurut jamannya. Kalau dalam tahun 1930-an yang dinamakan band populer itu berbentuk jazz atau orkes hawaian, pada waktu sekarang band yang populer sebagian besar alat-alatnya sendiri dari gitar elektris, lengkap dengan pengeras suaranya. Rachmawati, 2000:30. Meskipun bentuk band populer berganti-ganti, prinsip permainannya tidak banyak yang berubah. Pemain yang penting dalam band-band populer harus kuat didalam hal improvisasi. Dalam arti, menghidangkan sebuah improvisasi bebas dalam batas-batas pola tertentu. Pola-pola tetap sama, yaitu perkembangan akor melodi asli dalam lagu tersebut. Pemain band populer sekarang pada umumnya terdiri dari yang paling sedikit empat orang pemain, yaitu seorang pemain gitar melodi, seorang pemain gitar yang memetik iringan harmoninya, seorang lagi sebagai pemain gitar bas, dan seorang lagi pemain drum. Pemain-pemain ini masih bisa ditambah lagi dengan pemain instrument yang lain, tergantung kebutuhan. Dari beberapa ciri musik populer diatas, maka penyanyi Ebiet G. Ade termasuk penyanyi yang memiliki ciri-ciri penyanyi musik populer, disingkat penyanyi musik populer karena melihat karakter lagu “Untuk Kita Renungkan” yang diciptakan sendiri oleh Ebiet G. Ade, karena mudah diterima dan disukai oleh masyarakat dan di dalam lagu tersebut mengandung makna pesan yang sangat bermanfaat bagi setiap kehidupan setiap manusia. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 20

2.1.6 Makna dan Pemaknaan

Brown dalam Sobur 2001:255-256 mendefinisikan makna sebagai kecenderungan disposisi total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Namun kita terlebih dahulu harus membedakan pemaknaan secara lebih tajam tentang istilah-istilah yang nyaris berimpit antara apa yang disebut 1 terjemah translation, 2 tafsir atau interpretasi, 3 ekstrapolasi dan makna atau meaning. Membuat terjemah adalah upaya mengemukakan materi atau substansi yang sama dengan media yang berbeda, media tersebut mungkin berupa bahasa yang satu ke bahasa yang lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya. Pada penafsiran , kita tetap berpegang pada materi yang ada, dicari latar belakangnya, konteksnya, agar dapat dikemukakan konsep atau gagasannya lebih jelas. Ekstrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir manusia untuk mengungkap hal dibalik yang tersajikan. Materi yang tersajikan dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator pada sesuatu yang lebih jauh lagi. Memberikan makna merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih menuntut kemampuan integratif manusia, indrawinya, daya pikirnya dan akal budinya. Materi yang tersajikan seperti juga ekstrapolasi, dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikatornya bagi sesuatu yang lebih jauh. Di balik yang tersajikan bagi ekstrapolasi terbatas dalam artian empirik logik, sedangkan pada pemaknaan dapat pula menjangkau yang etik ataupun yang trasendental. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 21 Semantik adalah ilmu mengenai makna kata-kata, suatu definisi yang menurut S.I. Hayakawa dalam Mulyana 2001:257 tidaklah buruk bila orang- orang tidak menganggap bahwa pencarian makna kata mulai dan berakhir dengan melihatnya dalam kamus. Makna dalam kamus tentu saja lebih bersifat kebahasaan linguistik, yang punya banyak dimensi, simbol merujuk pada objek di dunia nyata, pemahaman adalah perasaan subyektif kita mengenai simbol itu dan referen adalah objek yang sebenarnya eksis di dunia nyata. Makna dapat pula digolongkan ke dalam makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya faktual seperti yang kita temukan dalam kamus. Karena itu makna denotatif lebih bersifat publik. Sejumlah kata denotatif, namun banyak kata juga bermakna konotatif, lebih bersifat pribadi, yakni makna di luar rujukan objektifnya. Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat subjektif dari pada makna denotatif.

2.1.7 Teori-Teori Makna

Beberapa teori tentang makna dikembangkan oleh Alston 1964:11-26 dalam Sobur 2001:259 diantaranya adalah : 1. Teori Acuan Referential Theory Teori acuan merupakan salah satu jenis teori makna yang mengenali atau mengidentifikasikan makna suatu ungkapan dengan apa yang diacunya atau dengan hubungan acuan. 2. Teori Ideasional The Ideational Theory Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 22 Teori Ideasional adalah suatu jenis teori makna yang mengenali atau mengidentifikasi makna ungkapan dengan gagasan-gagasan yang berhubungan dengan ungkapan tersebut. Dalam hal ini, teori ideasional menghubungkan makna atau ungkapan dengan suatu ide atau representasi psikis yang ditimbulkan kata atau ungkapan tersebut kepada kesadaran. Atau dengan kata lain, teori ideasional mengidentifikasikan makna E expression atau ungkapan dengan gagasan-gagasan atau ide-ide yang ditimbulkan E expression. Jadi pada dasarnya teori ini meletakkan gagasan ide sebagai titik sentral yang menentukan makna suatu ungkapan. 3. Teori Tingkah Laku Behavioral Theory Teori tingkah laku merupakan salah satu jenis teori makna mengenai makna suatu kata atau ungkapan bahasa dengan rangsangan-rangsangan stimuli yang menimbulkan ucapan tersebut. Teori ini menanggapi bahasa sebagai semacam kelakuan yang mengembalikannya pada teori stimulus dan respon. Makna menurut teori ini, merupakan rangsangan untuk menumbuhkan perilaku tertentu sebagai respons kepada rangsangan itu tadi. Penelitian ini dapat dikatakan berlandaskan pada teori ideasional. Hal ini tersebut dapat dilihat dari adanya ide atau gagasan yang datang dari pencipta lagu berdasarkan cerita nyata dari teman yang menjadi inspirasi dalam menciptakan sebuah karya lagu. Melalui cerita tersebut, pencipta lagu berusaha Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 23 mengungkapkan ide atau gagasan tersebut ke dalam sebuah ungkapan expression yang dituangkan dalam lirik-lirik lagu yang penuh makna. Berlandaskan teori idensional, peneliti berusaha untuk melakukan pemaknaan terhadap lirik lagu “Untuk Kita renungkan”.

2.1.8 Teori Semiotik Saussure

Semiotik adalah ilmu tanda; istilah tersebut berasal dari Yunani Semeion yang berarti “tanda”. Tanda terdapat dimana-mana : kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Bidang kajian semiotik adalah mempelajari fungsi tanda dalam teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam tanda teks yang berperan membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang terkandung di dalamnya Komaruddin Hidayat dalam Sobur, 2001:106. Pokok kajian Saussure tentang bahasa berbeda jauh dengan pendekatan para filolog abad ke 19. Bukannya mengkaji linguistik secara historis- berdasarkan garis diakronik, yaitu kajian yang melihat perubahan pada bahasa dalam satu kurun waktu tertentu – Saussure justru mengembangkan linguistik sinkronik. Dia mempresentasikan analisis bahasa secara umu, sebuah kajian tentang prasyarat keberadaan dari sembarang bahasa. Saussure mendefinisikan tanda linguistik sebagai entitas dua sisi dyad. Sisi pertama disebutnya dengan petanda signifier. Penanda adalah aspek material dari sebuah tanda, sebagaimana kita menangkap bunyi saat orang berbicara. Bunyi ini muncul dari getaran pita suara yang tentu saja bersifat material. Wilayah perhatian Saussure Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 24 hanya meliputi tanda linguistik. Dalam hal ini dia mengikuti tradisi teorisasi tanda-tanda “konvensional”. Sisi kedua dari tanda yaitu sisi yang diwakili secara material oleh penanda adalah apa yang disebut Saussure sebagai penanda signified. Penanda merupakan konsep mental dari penanda tersebut. Kesatuan antara penanda dan petanda membawa Saussure untuk menawarkan diagram berikut : Sign Composed of Signification Signifier Signified External physical plus mental reality of existence concept meaning Of the sign Gambar 2.2. Diagram Semiotik Saussure 1990:44 Saussure menyebut signifier sebagai bunyi atau coretan bermakna konsep material, artinya apa yang dapat dikatakan, ditulis atau dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental tersebut dinamakan signification. Dengan kata lain signification adalah upaya dalam memberi makna terhadap dunia Fiske, 1990 : 44. Tegasnya, Saussure meyakini bahwa proses komunikasi melalui bahas juga melibatkan pemindahan isi kepala : tanda-tanda membentuk kode atau Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 25 sirkuit yang menghubungkan dua individu agar membuka isi kepala masing- masing. Selain itu Saussure juga meletakkan dasar perbedaan antara langue dan parole sebagai dua pendekatan linguistik Sobur, 2001:111. Langue adalah sistem pembendaan diantara tanda-tanda. Dapat dibayangkan sebagai sebuah lemari yang menyimpan semua kemungkinan tanda yang dapat digunakan oleh semua masyarakat. Kita dapat mengambil tanda-tanda tersebut, satu demi satu untuk mengostruksi sebuah parole ekspresi kebahasaan, wicara tertentu. Ciri dasar lain langue adalah terdapat dua bentuk di dalam hubungan dan perbedaan antara unsur-unsur bahasa berdasarkan kegiatan mental manusia. Di satu sisi dalam suatu wacana, kata-kata bersatu demi suatu kesinambungan tetentu yang ditunjang oleh keluasan. Hubungan demikian disebut sintagma kumpulan tanda yang berurut secara logis. Dalam suatu sintagma suatu istilah kehilangan valensinya karena istilah itu dipertentangkan dengan istilah lain yang mendahului dan mengikutinya atau dengan kesamaan berasosiasi dalam ingatan yang membentuk kelompok-kelompok tempat berbagai hubungan berkuasa. Hubungan ini disebut oleh Saussure sebagai hubungan asosiatif atau paradigmatik. Dalam hal ini peneliti tidak menggunakan metode semiotik Pierce karena peneliti tidak banyak menemukan hampir tidak ada simbol-simbol dalam lirik lagu yang diteliti, namun menggunakan metode semiotik Saussure dengan melihat sistem hubungan penanda dan pertanda melalui tanda-tanda tulisan berupa teks lirik yang berbentuk kata dan rangkaiannya dalam kalimat. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 26

2.1.9 Signifier dan Signified

Pada dasarnya apa yang disebut signifier dan signified tersebut adalah produk kultural. Hubungan diantara keduanya bersifat arbiter manasuka dan hanya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau peraturan dari kultur pemakai bahasa tersebut. Hubungan antara signifier dan signified tidak bisa dijelaskan dengan nalar apapun, pilihan bunyi-bunyinya maupun pilihan untuk mengkaitkan rangkaian bunyi tersebut dengan tanda atau konsep yang dimaksud, karena hubungan yang terjadi antara signifier dan signified bersifat arbiter, maka makna signifier harus dipelajari yang berarti ada struktur pasti atau kode yang membantu menafsirkan makna. Sifat arbiter antara signifier dan signified serta kaitan antara kedua komponen ini menarik bila dikaitkan dengan kekuasaan. Maksudnya, bagaimana kekuasaan atau pihak yang memegang kekuasaan dapat menentukan signified mana yang boleh dikaitkan dengan signifier. Hal ini bisa terjadi dalam sebuah kekuasaan. Maksudnya bagaimana kekuasaan atau pihak yang memegang kekuasaan dapat menentukan signified mana yang boleh dikaitkan dengan signifier . Hal ini bisa terjadi dalam sebuah kekuasaan yang bersifat otoriter dimana signifier tertentu hanya bisa diberi makna oleh pihak penguasa dan signified alternatif atau “tandingan” tidak diberi tempat. Ketika bahasa berupaya mendefinisikan realitas, ada bahaya bahwa bahasa sendiri tereduksi menjadi suatu rangkaian signifier belaka tanpa referensi langsung terhadap yang ditandakan signified. Suatu pengertian atau definisi tentang sesuatu tinggal definisi belaka. Akibatnya bahasa menjadi “kosong” Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 27 sebab bahasa tampak sebagai rangkaian perumusanyang tersimpan dalam kamus atau memori saja. Hubungan antara signifier dan signified ini yaitu : Kurniawan, 2001 : 30 1. Signifier atau penanda adalah bunyi yang bermakna aspek material, yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. 2. Signified atau petanda adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Bahasa dimata Saussure seperti kerja musik, baginya bahasa adalah keutuhan yang terdiri sendiri. Pendekaatan inilah yang disebut-sebut sebagai “Ilmu Linguistik Struktural”, pada perkembangan selanjutnya, pemahaman struktural demikian menjadi dasar pemikiran postmodernisme yang diwariskan Saussure. Sobur, 2004 : 44. Dua hal yang menjadi strukturalisme sebagai gerakan otonomi adalah pandangan, dimana cara berpikir tentang dunia dikaitkan dengan persepsi dan deskripsi struktur, pada hakikatnya dunia lebih tersusun dari hubungan- hubungan dari pada benda itu sendiri Hawks dalam Kusumaningrum, 2005 : 33. Strukturalisme memasukkan gejala, kegiatan atau hasil kehidupan termasuk lirik lagu ke dalam suatu kemasyarakatan atau sistem makna yang terdiri dari struktur yang mandiri dan tentu dalam antar hubungan. Pengkajian kerja bahasa berdasarkan strukuralisme dinamik merupakan pengkajian semiotik. Artinya kerja bahasa dipertimbangkan sebagai sistem tanda dan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 28 mempunyai dua fungsi, yang pertama adalah otonom, yaitu tidak menunjuk luar dirinya. Yang kedua, bersifat informasi yaitu menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, sehingga sebagai sebuah struktur kerja bahasa dalam semiotik selalu dinamis Sayuti dalam Kusumaningrum, 2003 : 651. Adapun lima pandangan Saussure yang menjadi peletak dasar dari strukturalisme, yaitu : 1. Signifier penanda dan Signified petanda 2. Form bentuk dalam Content isi 3. Language dan Parole tuturan atau ujaran 4. Synchronic sinkronik dan Diachronic diakronik 5. Syntagmatic sintagmatig dan Associative paradigmatig Saussure juga meletakkan dasar perbedaan anatar langue dan parole sebagai dua pendekatan linguistic. Dalam pengertian umum langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat individu Hidayat dalam Sobur, 2004 : 50. Langue sebagai totalitas dari kumpulan fakta dan bahasa. Dalam konsep Saussure, langue dimaksudkan bahasa sejauh merupakan titik milik bersama dari suatu golongan tertentu. Akibatnya, langue melebihi semua individu yang berbicara bahasa itu, seperti juga sebuah simfoni tidak sama dibawakan dalam sebuah konser oleh orkestra tertentu.Sobur, 2004 : 49-50 Sedangkan Parole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa yang sebagaimana terlihat penggunaannya. Parole lebih mempehatikan faktor pribadi pengguna bahasa. Kedua unit dasr langue adalah kata, maka unit parole adalah kalimat. Sobur, 2004 : 51 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 29 Synchronic dan Diachronic, studi sinkronik sebuah bahasa adalah deskripsi tentang keadaan tertentu bahasa tersebut. Sedangkan diakronik adalah menelusuri waktu, jadi studi diakronik atas bahasa tertentu adalah deskripsi tentang perkembangan sejarah. Sobur, 2004 : 53 Yang cukup penting dalam upaya menangkap hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun atas dua bagian, yakni signifier penanda dan signified petanda. Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda sign. Suara-suara baik suara manusia, binatang atau bunyi-bunyian semua dapat dikatakan sebagai bahasa apabila itu semua mengekspresikan, menyampaikan ide-ide, pengertian-pengertian tertentu. Sobur, 2003:46. Tanda adalah suatu kesatuan dari suatu bentuk petanda dan penanda dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau petanda “coretan yang bermakna”. Jadi penanda aspek material dari bahasa apa yang dikatakan, apa yang didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda sendiri adalah gambaran mental, pikiran, konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa yang kongkrit, kedua unsur tidak dapat dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi : penanda atau petanda : signifier atau signified. Suatu penanda tanpa petanda tidak akan berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda, petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. “Petanda atau Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 30 penanda merupakan suatu kesatuan, seperti dua sisi dari sehelai kertas”, kata Saussure. Jadi, meskipun antara penanda tampak sebagai entitas yang terpisah- pisah, namun keduanya hanya ada sebagai komponen. Tandalah yang merupakan fakta dasar bahasa. Maka itu setiap upaya untuk memaparkan teori Saussure mengenai bahasa, pertama-tama harus membicarakan pandangan Saussure mengenai hakikat tanda tersebut. Setiap tanda keabsahan, menurut Saussure pada dasarnya menyatukan sebuah konsep dan suatu citra suara sound image , bukan menyatakan suatu sebagai nama. Dua konsep signifier atau signified tidak dapat dipisahkan, memisahkan berarti hanya menghancurkan “kata” tersebut.

2.1.10 Langue dan Parole

Saussure membedakan tiga istilah dalam bahasa Perancis : langange, langue , sistem bahasa dan parole kegiatan ujaran. Langue adalah suatu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan, namun pembawaan ini mesti dikembangkan dengan lingkungan dan stimulus yang menunjang. Singkatnya langue adalah bahasa pada umumnya. Dalam pengertian umum, langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya, sedangkan parole merupakan bahasa pada tingkat individu menyebut langue melebihi semua individu yang berbicara bahas itu, seperti juga sebuah simfoni tidak sama dengan dibawakannya dalam sebuah konser orkes tertentu dengan segala kekurangan umpannya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 31 Dengan mendefinisikan langue dan parole. Saussure membedakan antara bahasa dan bagaimana itu digunakan dan karena itu memungkinkan kedua hal yang sangat berbeda untuk dipelajari sebagai entitas yang terpisah. Sebagai seorang strukturalis, Saussure lebih tertarik pada langue dan parole. Itu adalah sistem yang dapat diciptakan makna yang menarik dari pada kejadian individual penggunaannya.

2.2 Kerangka Berpikir

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda memaknai suatu peristiwa atau obyek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman field of experience dan pengetahuan frame of reference yang berbeda-beda pada setiap individu tersebut. Dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi, dalam hal ini pesan disampaikan dalam bentuk lagu, maka pencipta lagu juga tidak terlepas dari dua hal diatas. Begitu juga peneliti dalam memaknai tanda dan lambang yang ada dalam obyek, juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk tulisan pada lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” dengan menggunakan metode semiotik Saussure, sehingga akhirnya dapat diperoleh hasil dari interpretasi data mengenai makna lirik lagu tersebut. Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan metode semiotik Pierce karena dalam lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang lugas atau kalimat langsung sehingga peneliti tidak banyak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 32 menemukan adanya simbol-simbol yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan analisis. Oleh karena itu peneliti menggunakan semiotik Saussure dengan menitikberatkan pada hubungan penanda dan petanda yang ada pada lirik lagu tersebut. Dari data-data berupa lirik lagu “Untuk Kita Renungkan”, kata-kata dan rangkaian kata dalam kalimat lirik lagu tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan metode semiotik Saussure menitikberatkan pada aspek material penanda dan aspek mental petanda yang pada akhirnya diperoleh signifikasi hingga menghasilkan suatu interpretasi sebagaimana digambarkan dalam lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” tersebut. Berikut gambar kerangka berpikir dari penelitian ini adalah : Lirik Lagu “ Untu Kita Renungkan “ oleh Ebiet G. Ade Semiotik Saussure : 1. Signifier atau penanda adalah kata, frase, kalimat dalam lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” oleh Ebiet G. Ade 2. Signified atau petanda adalah makna yang terkandung pada kata, frase, kalimat dalam lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” oleh Ebiet G. Ade Pemaknaan Lirik lagu “Untuk Kita Renungkan” oleh Ebiet G. Ade. Analisis dan Kesimpulan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian