26
2.1.9 Signifier dan Signified
Pada dasarnya apa yang disebut signifier dan signified tersebut adalah produk kultural. Hubungan diantara keduanya bersifat arbiter manasuka dan
hanya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau peraturan dari kultur pemakai bahasa tersebut. Hubungan antara signifier dan signified tidak bisa dijelaskan
dengan nalar apapun, pilihan bunyi-bunyinya maupun pilihan untuk mengkaitkan rangkaian bunyi tersebut dengan tanda atau konsep yang dimaksud,
karena hubungan yang terjadi antara signifier dan signified bersifat arbiter, maka makna signifier harus dipelajari yang berarti ada struktur pasti atau kode yang
membantu menafsirkan makna. Sifat arbiter antara signifier dan signified serta kaitan antara kedua
komponen ini menarik bila dikaitkan dengan kekuasaan. Maksudnya, bagaimana kekuasaan atau pihak yang memegang kekuasaan dapat menentukan signified
mana yang boleh dikaitkan dengan signifier. Hal ini bisa terjadi dalam sebuah kekuasaan. Maksudnya bagaimana kekuasaan atau pihak yang memegang
kekuasaan dapat menentukan signified mana yang boleh dikaitkan dengan signifier
. Hal ini bisa terjadi dalam sebuah kekuasaan yang bersifat otoriter dimana signifier tertentu hanya bisa diberi makna oleh pihak penguasa dan
signified alternatif atau “tandingan” tidak diberi tempat.
Ketika bahasa berupaya mendefinisikan realitas, ada bahaya bahwa bahasa sendiri tereduksi menjadi suatu rangkaian signifier belaka tanpa referensi
langsung terhadap yang ditandakan signified. Suatu pengertian atau definisi tentang sesuatu tinggal definisi belaka. Akibatnya bahasa menjadi “kosong”
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
sebab bahasa tampak sebagai rangkaian perumusanyang tersimpan dalam kamus atau memori saja.
Hubungan antara signifier dan signified ini yaitu : Kurniawan, 2001 : 30 1.
Signifier atau penanda adalah bunyi yang bermakna aspek material, yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca.
2. Signified atau petanda adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep
aspek mental dari bahasa.
Bahasa dimata Saussure seperti kerja musik, baginya bahasa adalah keutuhan yang terdiri sendiri. Pendekaatan inilah yang disebut-sebut sebagai
“Ilmu Linguistik Struktural”, pada perkembangan selanjutnya, pemahaman struktural demikian menjadi dasar pemikiran postmodernisme yang diwariskan
Saussure. Sobur, 2004 : 44. Dua hal yang menjadi strukturalisme sebagai gerakan otonomi adalah
pandangan, dimana cara berpikir tentang dunia dikaitkan dengan persepsi dan deskripsi struktur, pada hakikatnya dunia lebih tersusun dari hubungan-
hubungan dari pada benda itu sendiri Hawks dalam Kusumaningrum, 2005 : 33.
Strukturalisme memasukkan gejala, kegiatan atau hasil kehidupan termasuk lirik lagu ke dalam suatu kemasyarakatan atau sistem makna yang
terdiri dari struktur yang mandiri dan tentu dalam antar hubungan. Pengkajian kerja bahasa berdasarkan strukuralisme dinamik merupakan pengkajian
semiotik. Artinya kerja bahasa dipertimbangkan sebagai sistem tanda dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
mempunyai dua fungsi, yang pertama adalah otonom, yaitu tidak menunjuk luar dirinya. Yang kedua, bersifat informasi yaitu menyampaikan pikiran, gagasan,
perasaan, sehingga sebagai sebuah struktur kerja bahasa dalam semiotik selalu dinamis Sayuti dalam Kusumaningrum, 2003 : 651. Adapun lima pandangan
Saussure yang menjadi peletak dasar dari strukturalisme, yaitu : 1.
Signifier penanda dan Signified petanda 2.
Form bentuk dalam Content isi 3.
Language dan Parole tuturan atau ujaran 4.
Synchronic sinkronik dan Diachronic diakronik 5.
Syntagmatic sintagmatig dan Associative paradigmatig
Saussure juga meletakkan dasar perbedaan anatar langue dan parole sebagai dua pendekatan linguistic. Dalam pengertian umum langue adalah
abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat individu Hidayat dalam Sobur, 2004 : 50. Langue sebagai totalitas dari kumpulan fakta dan bahasa. Dalam
konsep Saussure, langue dimaksudkan bahasa sejauh merupakan titik milik bersama dari suatu golongan tertentu. Akibatnya, langue melebihi semua
individu yang berbicara bahasa itu, seperti juga sebuah simfoni tidak sama dibawakan dalam sebuah konser oleh orkestra tertentu.Sobur, 2004 : 49-50
Sedangkan Parole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa yang sebagaimana terlihat penggunaannya. Parole lebih mempehatikan
faktor pribadi pengguna bahasa. Kedua unit dasr langue adalah kata, maka unit parole
adalah kalimat. Sobur, 2004 : 51
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
Synchronic dan Diachronic, studi sinkronik sebuah bahasa adalah
deskripsi tentang keadaan tertentu bahasa tersebut. Sedangkan diakronik adalah menelusuri waktu, jadi studi diakronik atas bahasa tertentu adalah deskripsi
tentang perkembangan sejarah. Sobur, 2004 : 53 Yang cukup penting dalam upaya menangkap hal pokok pada teori
Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun atas dua bagian, yakni signifier penanda dan
signified petanda. Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda
sign. Suara-suara baik suara manusia, binatang atau bunyi-bunyian semua dapat dikatakan sebagai bahasa apabila itu semua mengekspresikan,
menyampaikan ide-ide, pengertian-pengertian tertentu. Sobur, 2003:46. Tanda adalah suatu kesatuan dari suatu bentuk petanda dan penanda
dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau petanda “coretan yang bermakna”. Jadi penanda aspek material dari bahasa apa yang dikatakan,
apa yang didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda sendiri adalah gambaran mental, pikiran, konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa
yang kongkrit, kedua unsur tidak dapat dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi : penanda atau petanda : signifier atau signified. Suatu
penanda tanpa petanda tidak akan berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau
ditangkap lepas dari penanda, petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. “Petanda atau
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
penanda merupakan suatu kesatuan, seperti dua sisi dari sehelai kertas”, kata Saussure.
Jadi, meskipun antara penanda tampak sebagai entitas yang terpisah- pisah, namun keduanya hanya ada sebagai komponen. Tandalah yang
merupakan fakta dasar bahasa. Maka itu setiap upaya untuk memaparkan teori Saussure mengenai bahasa, pertama-tama harus membicarakan pandangan
Saussure mengenai hakikat tanda tersebut. Setiap tanda keabsahan, menurut Saussure pada dasarnya menyatukan sebuah konsep dan suatu citra suara sound
image , bukan menyatakan suatu sebagai nama. Dua konsep signifier atau
signified tidak dapat dipisahkan, memisahkan berarti hanya menghancurkan
“kata” tersebut.
2.1.10 Langue dan Parole