Dewey dan James Charles Horton Cooley

56 Kompleksitas kehidupan sosial yang dijembatani nilai-nilai bersama akan melembaga, apabila dipenuhi 3 persyaratan: 1. Prinsip-prinsp yang diorganisasi haruslah bersifat formal dan “mempunyai dunia sendiri” sehingga aktifitasnya tidak tergantung pada kehadiran seseorang tertentu 2. Nilai-nilai sosial sumber legitimasi institusi harus disosialisasikan ke generasi penerus 3. Kelompok dominan harus mengikuti nilai-nilai bersama dan harus menggunakan kekuasannya untuk tugas sosialisasi tersebut

c. Dewey dan James

Dewey dan James adalah dua sarjana Amerika yang terpengaruh aliran sosiologi subjektif. Aliran Chicago tentang Pluralisme of Selves Kemajemukan diri. Dewey melihat pentingnya sosialisasi sebagai media tentang bagaimana anak belajar menjadi anggota kebudayaannya. Sementara itu perhatian James diarahkan pada proses dengan mana anggota masyarakat belajar kesadaran sosial social consciousness. Ia juga mengemukakan bahwa pemilikan diri sosial social-self sebagai hasil dari sosialisasi. Dalam hal kemajemukan diri, ia mengatakan bahwa seseorang mempunyai diri-sosial sebanyak individu yang mengenalnya dan kemudian membawa citra tentang dirinya di dalam pikirannya. Namun ia juga mempunyai aneka ragam diri-sosial sebanyak kelompok-kelompok orang yang pendapatnya ia perhatikan. Ia umumnya menunjukkan sisi-sisi berbeda dari dirinya kepada kelompok-kelompok yang berbeda. Jadi dengan kepemilikan diri-sosial, kesdaran diri dinilai bergantung dari berbagai reaksi dari berbagai individu. Dalam hal demikian, untuk kali pertama diri dipandang sebagai objek sosial dan karenanya juga disebut sebagai fakta sosial.

d. Charles Horton Cooley

Charles Horton Cooley mengembangkan teori Teori Kaca Diri The Lookong-glass Self Theory adalah salah satu penentang aliran positivis, terutama tentang konsep fakta sosial social fact dari Emile Durkheim. 57 a Looking Glass-Self Theory Teori Kaca Diri, pada pokoknya mengemukakan bahwa konsep definisi diri berkembang dalam interaksinya dengan orang lain dan berlangsung seumur hidup. Artinya, seseorang hanya akan tahu siapa diri-nya berdasar atas bantuan orang lain --lewat interaksi dan proses sosial. Misalnya, seorang guru mengatakan kepada salah satu muruidnya, sebut saja misalnya Aminah, sebagai murid yang rajin dan pandai. Kalau perkataan ini sering diulangi secara konsisten, dan kemudian diikuti oleh guru lain dan teman-teman Aminah, maka si Aminah akan bertindak sebagaimana halnya anak yang pandai. Jadi Diri si Aminah ditemukan melalui tanggapan dari orang lain, yang disebut Cooley dengan istilah Diri cerminan orang lain. Maksudnya adalah perilaku seseorang banyak dipengaruhi dan ditentukan oleh konsep b Generalized Other Generalisasi Orang lain dari George Herbert Mead 1934. Gambaran terhadap peran orang lain yang diidolakan sehingga mendorong dirinya untuk meniru perannya. Hal ì ini bisa terlihat kalau seseorang membayangkan bahwa Setiap orang mengharapkan saya untuk ... . Konsep ini sering dipergunakan melalui pengambilan peran role taking orang lain. Artinya, seseorang berupaya untuk memainkan perilaku yang diharapkan dari seorang yang benar-benar memegang peranan yang diharapkan role playing. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perilaku seseorang merupakan pengambilan peran role taking --dengan bentuk bermain peran pura-pura-- dari perilaku orang yang ádiperankan ì sesungguhnya role playing. Kalau peran orang lain itu sangat disenangi, disetujui dan dijadikan referensi baik dalam berpikir, bersikap dan bertindak, maka konsep itu oleh Mead disebutnya sebagai áSignificant Other. Misalnya, seorang guru yang karena keistemewaannya banyak disenangi dan dikagumi ámurid-muridnya sehingga si murid selalu menjadikan guru tersebut sebagai referensi dirinya. Dengan cara pengambilan peran seperti itulah yang kemudian mempengaruhi perkembangan konsep diri para murid. c Baik Mead maupun Cooley di atas adalah Sosiolog yang melihat arti pentingnya interaksi dalam perkembangan kepribadian áseseorang. Menurut kedua Sosiolog tersebut, kepribadian hanya akan berkembang 58 melalui interaksi sosial dengan orang lain masyarakat. Bagi Cooley, keselarasan antara diri dan masyarakat adalah penting untuk menumbuh-kembangkan kepribadian yang kuat. Eksistensi antara diri dan masyarakat saling tergantung: tidak ada diri tanpa masyarakat; pun sebaliknya, tak ada masyarakat tanpa diri baca: individu-individu anggota masyarakat. Singkatnya, keduanya berkaitan secara fungsional dan interdependency. Keduanya merupakan dua segi dari suatu persoalan yang sama. Sebagaimana dikemukakan di muka bahwa perilaku seseorang banyak dipengaruhi oleh konsep gambaran tentang diri-nya. Pentingnya gambaran tentang diri Self ini antara lain telah diuji melalui penelitian yang dilakukan oleh Campbell, 1981 tentang Persamaan Kesempatan Pendidikan yang dilakukan di Amerika Serikat. Ia menyimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian terpenting yang berkaitan dengan pelajaran sekolah adalah konsep diri murid dan rasa penguasaan terhadap lingkungan. Maksudnya penguasaan terhadap lingkungan di sini adalah bahwa usahanya akan menghasilkan perbedaan. Artinya, ia merasa yakin bahwa kalau ia berusaha akan menghasilkan prestasi lebih dari teman murid-murid lain. Dari sini kita dapat mengambil ásatu tesis postulasi bahwa pendidikan yang efektif di sekolah atau di mana saja terletak kepada kemampuannya dalam membangun dan mengembangkan kepercayaan diri anak didik. Ketidakmampuan sekolah dalam membangun dan mengembangkan kepercayaan diri murid-muridnya, selain mengakibatkan ketidakberhasilan pendidikan, juga banyak mengakibatkan anak-anak menjadi nakal.

4. Perkembangan Interaksi dan Komunikasi Abad ke- 21