7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian galenik atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat PerMenKes RI No.
007 Tahun 2012. Sediaan obat tradisional ini perlu dilakukan berbagai jenis pengujian
untuk mengetahui mutu dari sediaan obat tradisional yang akan diproduksi. Jenis pengujian ini meliputi pengujian mutu dan pengujian keamanan. Pengujian mutu
meliputi organoleptik, kemasan, makroskopis, kebenaran simplisia, kadar air dan keseragaman bobot. Pengujian keamanan meliputi uji cemaran logam berat,
cemaran pestisida, cemaran mikroba, zat tambahan yang diizinkan seperti bahan pengawet, cemaran aflatoksin dan penetapan ada tidaknya bahan kima obat yang
ditambahkan dalam
sediaan obat
tradisional KepMenKes
RI no
661MENKESSKVII1994. Menurut Keputusan Badan POM RI No. 00.05.4.2411 tahun 2004,
berdasarkan cara pembuatan serta klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Jamu obat tradisional warisan nenek moyang.
2. Obat Herbal Terstandar telah dikembangkan berdasarkan bukti-bukti ilmiah,
uji praklinis dan standarisasi bahan baku. 3.
Fitofarmaka telah melewati uji klinis dan standariasasi bahan baku.
B. Jamu
Jamu merupakan obat tradisional warisan nenek moyang yang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu obat dalam dan obat luar. Obat dalam biasa dijumpai
dalam bentuk herbal kering siap rebus, dalam bentuk segar rebusan dalam bentuk jamu gendong, dalam bentuk serbuk kering siap seduh. Obat luar bisa
dimanfaatkan dengan cara dioles, digosok, direndam atau ditempel Harmita, 2006.
Menurut PerMenKes No. 003 Tahun 2010, jamu harus memenuhi kriteria:
1. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
2. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.
3. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Menurut Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.41.1384 tahun 2005 di dalam jamu dilarang digunakan:
1. Bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat.
2. Narkotika atau psikotropika.
3. Hewan atau tumbuhan yang dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Persyaratan mengenai jamu belum begitu mantap dan tegas, namun pemerintah telah mengeluarkan beberapa petunjuk yaitu:
1. Kadar air tidak lebih dari 10. Ini untuk mencegah berkembangnya bakteri,
kapang, dan khamir. 2.
Jumlah kapang dan khamir tidak lebih dari 10000 3.
Jumlah bakteri non patogen tidak lebih dari 1 juta 4.
Bebas dari bakteri patogen 5.
Tidak boleh tercemar atau diselundupi bahan kimia berkhasiat Harmita, 2006.
C. Asam Urat