3. Dilihat  dari  nilai  tolerance  dan  variance  inflation  factor  VIF.
Batas nilai toleransi adalah 0,10 atau nilai VIF di atas 10. b.
Uji Autokorelasi Uji  autokorelasi  bertujuan  menguji  apakah  dalam  regresi  linear
ada  korelasi  antara  kesalahan  pengganggu  pada  periode  t  dengan kesalahan  pengganggu  pada  periode  t-1  sebelumnya.  Autokorelasi
muncul  karena  observasi  yang  berurutan  sepanjang  waktu  berkaitan satu  sama  lainnya.  Cara  untuk  mendeteksi  ada  atau  tidaknya
autokorelasi  yaitu  dengan  melakukan  Uji  Durbin-Watson  DW  Test sebagai berikut Santoso, 2005: 215:
1. Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2. Angka DW di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
3. Angka DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji  heteroskedastistas  bertujuan  menguji  apakah  dalam  model regresi  terjadi  ketidaksamaan  variance  dari  residual  satu  pengamatan
ke  pengamatan  lainnya.  Jika  variance  dari  residual  satu  pengamatann ke  pengamatan  lain  tetap,  maka  disebut  Homoskedastisitas  dan  jika
berbeda  disebut  Heteroskedastisitas.  Model  regresi  yang  baik  adalah yang  Homoskedastisitas  atau  tidak  terjadi  Heteroskedastisitas.  Cara
untuk  mendeteksi  ada  atau  tidaknya  heteroskedastisitas  yaitu  dengan melihat  grafik  plot  antara  nilai  prediksi  variabel  terikat  dependen
yaitu  ZPRED  dengan  residualnya  SRESID.  Deteksi  ada  tidaknya
heterokedastisitas  dapat  dilakukan  dengan  melihat  ada  tidaknya  pola tertentu  pada  grafik  scatterplot  antara  SREID  dan  ZPRED  di  mana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual Y  prediksi
–  Y  sesungguhnya  yang  telah  di-studentized.  Dasar pengambilan keputusan dalam uji ini yaitu:
1. Jika  ada  pola  tertentu,  seperti  titik-titik  point  yang  ada
membentuk  suatu  pola  tertentu  yang  teratur  bergelombang, melebar, lalu menyempit, berarti telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di  bawah  angka  0  pada  sumbu  Y,  maka  tidak  terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Normalitas
Uji  normalitas  bertujuan  untuk  menguji  apakah  dalam  model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Ada  dua  cara  untuk  mendeteksi  apakah  residual  berdistribusi  normal atau  tidak  yaitu  dengan  analisis  grafik  dan  uji  statistik.  Uji  statistik
dalam  uji  normalitas  ini  menggunakan  Kolmogorov-Smirnov. Kolmogorov-Smirnov  digunakan  untuk  mengetahui  apakah  data  yang
akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Kriteria pengujian dari test of normality ini adalah:
1. Jika angka signifikansi sig ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal.
2. Jika  angka  signifikansi  sig    0,05  maka  data  tidak  berdistribusi
normal.
4. Analisis Regresi
Model  regresi  yang  digunakan  untuk  menguji  hipotesis  adalah dengan  menggunakan  data  panel.  Data  panel  yaitu  gabungan  antara  data
time  series  dan  cross  section.  Persamaan  regresi  yang  digunakan  adalah sebagai berikut:
DA
it
= β
1
+ β
2
CR
it
+ β
3
ROI
it
+ β
4
LEV
it
+ β
5
AUD
it
+ μ
it
Keterangan: β
: Koefisien regresi DA
it
: Discretionary Accruals pada periode t CR
it
: Current Ratio Likuiditas pada periode t ROI
it
: Return On Investment Profitabilitas pada periode t LEV
it
: Leverage pada periode t AUD
it
: Kualitas Audit pada periode t μ
it
: error term pada periode t
5. Statistik Inferensi
Statistik  inferensi  adalah  bagian  dari  statistik  yang  mempelajari mengenai penafsiran dan penarikan kesimpulan yang berlaku secara umum
dari  data  yang  telah  tersedia.  Statistik  inferensi  berhubungan  dengan pendugaan  populasi  dan  pengujian  hipotesis  dari  suatu  data  atau  keadaan
atau fenomena. Dengan kata lain, statistik inferensi berfungsi meramalkan dan mengontrol keadaan atau kejadian.
Pengujian Hipotesis a.
Uji F Uji  F  menunjukkan  apakah  semua  variabel  bebas  yang
dimasukkan  dalam  model  mempunyai  pengaruh  secara  bersama-sama terhadap variabel terikat Kuncoro, 2007: 82.
1. Merumuskan Hipotesis
H : β
1
= β
2
= β
3
= β
4
= 0 H
a
: β
1
≠ β
2
≠ β
3
≠ β
4
≠ 0 H
Likuiditas,  profitabilitas,  leverage,  dan  kualitas  audit  secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
H
a
Likuiditas,  profitabilitas,  leverage,  dan  kualitas  audit  secara bersama-sama berpengaruh terhadap manajemen laba.
2. Menentukan F
tabel
Nilai F
tabel
dengan derajat bebas = k-1 dan n-k 3.
Menentukan Kriteria Pengujian H
ditolak apabila F
hitung
F
tabel
H tidak ditolak apabila F
hitung
≤ F
tabel
4. Membandingkan F
hitung
dengan F
tabel
dan melihat p value. 5.
Menarik Kesimpulan a.
H ditolak,  berarti  likuiditas,  profitabilitas,  leverage,  dan
kualitas  audit  secara  bersama-sama  berpengaruh  terhadap manajemen laba.
b. H
tidak  ditolak,  berarti  likuiditas,  profitabilitas,  leverage, dan  kualitas  audit  secara  bersama-sama  tidak  berpengaruh
terhadap manajemen laba. b.
Koefisien Determinasi R
2
Koefisien  determinasi  mengukur  seberapa  jauh  kemampuan model  dapat  menjelaskan  variabel  terikat.  Nilai  koefisien  determinasi
antara  nol  dan  satu.  Nilai  R
2
yang  kecil  berarti  kemampuan  variabel bebas  dalam  menjelaskan  variabel  terikat  sangat  terbatas,  begitu  pula
sebaliknya Ghozali, 2009: 83. c.
Uji t Uji    t  pada  dasarnya  menunjukkan  seberapa  jauh  pengaruh  satu
variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.
1. Merumuskan Hipotesis
H : β
1
; β
2
; β
3
; β
4
= 0 H
a
: β
1
; β
2
; β
3
; β
4
≠ 0 H
01
Likuiditas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. H
a1
Likuiditas berpengaruh terhadap manajemen laba. H
02
Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. H
a2
Profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. H
03
Leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. H
a3
Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. H
04
Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. H
a4
Kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba. 2.
Menentukan t
tabel
Nilai t
tabel
dengan derajat bebas df = n-2 3.
Menentukan Kriteria Pengujian Apabila -t
tabel
t
hitung
t
tabel
, maka H ditolak
Apabila -t
tabel
≤ t
hitung
≤ t
tabel
, maka H tidak ditolak
4. Membandingkan t
hitung
dengan t
tabel
dan melihat p-value. 5.
Menarik Kesimpulan a.
Jika  H
01
ditolak,  berarti  likuiditas  berpengaruh  terhadap manajemen laba.
Jika  H
01
tidak  ditolak,  berarti  likuiditas  tidak  berpengaruh terhadap manajemen laba.
b. Jika  H
02
ditolak,  berarti  profitabilitas  berpengaruh  terhadap manajemen laba.
Jika H
02
tidak ditolak, berarti profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
c. Jika  H
03
ditolak,  berarti  leverage  berpengaruh  terhadap manajemen laba.
Jika  H
03
tidak  ditolak,  berarti  likuiditas  leverage  tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
d. Jika  H
04
ditolak,  berarti  kualitas  audit  berpengaruh  terhadap manajemen laba.
Jika H
04
tidak ditolak, berarti kualitas audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
40
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Bursa Efek Indonesia
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Secara  historis,  pasar  modal  telah  hadir  jauh  sebelum  Indonesia merdeka.  Pasar  modal  atau  bursa  efek  telah  hadir  sejak  jaman  kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912  di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan  oleh  pemerintah  Hindia  Belanda  untuk  kepentingan  pemerintah
kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912 perkembangan dan
pertumbuhan  pasar  modal  tidak  berjalan  seperti  yang  diharapkan  bahkan pada  beberapa  periode  kegiatan  pasar  modal  mengalami  keyakuman.  Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan  kekuasaan  dari  pemerintah  kolonial  kepada  pemerintah
Republik Indonesia dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pemerintah  Republik  Indonesia  mengaktifkan  kembali  pasar  modal pada  tahun  1977  dan  beberapa  tahun  kemudian  pasar  modal  mengalami
pertumbuhan  seiring  dengan  berbagai  insentif  dan  regulasi  yang dikeluarkan pemerintah.
Secara  singkat  tonggak  perkembangan  pasar  modal  di  Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
Desember 1912
Bursa  Efek  pertama  di  Indonesia  dibentuk  di  Batavia  oleh Pemerintah Hindia Belanda
1914-1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
1925-1942 Bursa  Efek  di  Jakarta  dibuka  kembali  bersama  dengan  Bursa
Efek di Semarang dan Surabaya Awal tahun
1939 Karena  isu  politik  Perang  Dunia  II  Bursa  Efek  di  Semarang
dan Surabaya ditutup 1942-1952
Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II 1956
Program  nasionalisasi  perusahaan  Belanda.  Bursa  Efek semakin tidak aktif
1956-1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum
10 Agustus 1977
Bursa  Efek  diresmikan  kembali  oleh  Presiden  Soeharto.  BEJ dijalankan  dibawah  BAPEPAM  Badan  Pelaksana  Pasar
Modal.  Tanggal  10  Agustus  diperingati  sebagai  HUT  Pasar Modal.  Pengaktifan  kembali  pasar  modal  ini  juga  ditandai
dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
1977-1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga
1987  baru  mencapai  24.  Masyarakat  lebih  memilih  instrumen perbankan dibandingkan instrument Pasar Modal
1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 PAKDES 87
yang  memberikan  kemudahan  bagi  perusahaan  untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan
modal di Indonesia
1988-1990 Paket  deregulasi  di  bidang  Perbankan  dan  Pasar  Modal
diluncurkan.  Pintu  BEJ  terbuka  untuk  asing.  Aktivitas  bursa terlihat meningkat
2 Juni 1988 Bursa  Paralel  Indonesia  BPI  mulai  beroperasi  dan  dikelola
oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek PPUE, sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer
Desember 1988
Pemerintah  mengeluarkan  Paket  Desember  88  PAKDES  88 yang  memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan
beberapa  kebijakan  lain  yang  positif  bagi  pertumbuhan  pasar modal
16 Juni 1989
Bursa Efek Surabaya BES mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
13 Juli 1992  Swastanisasi  BEJ.  BAPEPAM  berubah  menjadi  Badan Pengawas  Pasa  Modal.  Tanggal  ini  diperingati  sebagai  HUT
BEJ 22 Mei
1995 Sistem  Otomasi  perdagangan  di  BEJ  dilaksanakan  dengan
sistem computer JATS Jakarta Automated Trading Systems 10
November 1995
Pemerintah  mengeluarkan  Undang-Undang  No.  8  Tahun  1995 tentang  Pasar  Modal.  Undang-Undang  ini  mulai  diberlakukan
mulai Januari 1996 1995
Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
Tabel 4.1 Perkembangan Pasar Modal di Indonesia lanjutan
2000 Sistem  Perdagangan  Tanpa  Warkat  scripless  trading  mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia 2002
BEJ  mulai  mengaplikasikan  sistem  perdagangan  jarak  jauh remote trading
2007 Penggabungan  Bursa  Efek  Surabaya  BES  ke  Bursa  Efek
Jakarta BEJ dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia BEI
02 Maret 2009
Peluncuran  Perdana  Sistem  Perdagangan  Baru  PT  Bursa  Efek Indonesia: JATS-NextG
Sumber: www.idx.co.id
2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
a. Visi
Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. b.
Misi Menciptakan  daya  saing  untuk  menarik  investor  dan  emiten  melalui
pemberdayaan  Anggota  Bursa  dan  Partisipan  penciptaan  nilai  tambah efisiensi biaya serta penerapan good governance.
B. Gambaran Umum Perusahaan Sampel
Berdasarkan  kriteria  pengambilan  sampel  dipilih  34  perusahaan manufaktur  yang  ada  di  Indonesia.  Berikut  merupakan  gambaran  umum
mengenai perusahaan  yang telah memenuhi kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Perusahaan Sampel
No Nama Perusahaan
KODE Kantor Akuntan Publik
Asing 1
PT. Delta Djakarta Tbk DLTA  Deloitte
2 PT. Fast Food Indonesia Tbk
FAST Ernst  Young
3 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
INDF Ernst  Young
4 PT. Sekar Laut Tbk
SKLT PKF Accountants
Business Advisers 5
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP  Pricewaterhouse Coopers
6 PT. Roda Vivatex Tbk
RDTX  Baker Tilly International 7
PT. Fajar Surya Wisesa Tbk FASW  Deloitte
8 PT. AKR Corporindo Tbk
AKRA  Ernst  Young 9
PT. Budi Acid Jaya Tbk BUDI
Moore Stephens 10  PT. Asashimas Flat Glass Tbk
AMFG  KPMG 11  PT. Berlina Tbk
BRNA  GrantThornton 12  PT. Trias Sentosa Tbk
TRST Ernst  Young
13  PT. Holcim International Tbk SMCB  Ernst  Young
14  PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP
Ernst  Young 15  PT. Semen Gresik Persero Tbk
SMGR  Ernst  Young 16  PT. Betonjaya Manunggal Tbk
BTON  RSM AAJ Associates 17  PT. Lion Metal Works Tbk
LION Crowe Horwath
18  PT. Tira Austenite Tbk TIRA
MAZARS 19  PT. Arwana Citramulia Tbk
ARNA  Ernst  Young 20  PT. Surya Toto Indonesia Tbk
TOTO  Ernst  Young 21  PT. Astra Graphia Tbk
ASGR  Pricewaterhouse Coopers 22
PT. Astra International Tbk ASII
Pricewaterhouse Coopers 23  PT. Astra Otoparts Tbk
AUTO  Pricewaterhouse Coopers 24  PT. Intraco Penta Tbk
INTA Moore Stephens
25  PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM  Morison International
26  PT. United Tractors Tbk UNTR  Pricewaterhouse Coopers
27  PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk DVLA  Ernst  Young
28  PT. Kalbe Farma Tbk KLBF
Ernst  Young 29  PT. Merck Tbk
MERK  KPMG 30  PT. Pyridam Farma Tbk
PYFA BDO
31  PT. Tempo Scan Pacific Tbk TSPC
BDO 32  PT. Mandom Indonesia Tbk
TCID Deloitte
33  PT. Mustika Ratu Tbk MRAT  Crowe Horwath
34  PT. Unilever Indonesia Tbk UNVR  Pricewaterhouse Coopers
Sumber : www.idx.co.id
Perusahaan  manufatur  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  terdiri  dari beberapa jenis perusahaan
yaitu: 1.
Food and Beverages Perusahaan  ini  bergerak  dalam  bidang  produksi  makanan  dan  minuman.
Dalam penelitian ini, perusahaan yang menjadi sampel meliputi: a.
PT. Delta Djakarta Tbk Perusahaan ini merupakan salah satu pemain utama dalam industri bir
di  Indonesia.  PT  Delta  Djakarta  Tbk  menjadi  bagian  dari  perusahaan makanan, minuman, dan kemasan terbuka terbesar di Asia Tenggara.
b. PT. Fast Food Indonesia Tbk
Perusahaan  ini  merupakan  pemegang  hak  waralaba  tunggal  untuk brand KFC di Indonesia. Perseroan mendapatkan  ijin memakai brand
KFC  dari  franchisor,  Yum  Restaurant  International  YRI  yang merupakan perusahaan publik di Amerika Serikat.
c. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
Perusahaan  ini  memproduksi  berbagai  macam  produk  yaitu  produk konsumen bermerek, bogasari, minyak dan lemak nabati.
d. PT. Sekar Laut Tbk.
PT.  Sekar  Laut  Tbk  adalah  perusahaan  yang  bergerak  di  bidang produksi  makanan  khususnya  krupuk,  saos,  dan  bumbu  masak.
Perusahaan  ini  berkembang  dan  mulai  memproduksi  juga  saus  tomat, sambal,  bumbu  masak,  dan  makanan  ringan.  Produk-produk  yang
dipasarkan diberi merek “FINNA”.