32
Thomas L. Saaty menyusun angka-angka absolute sebagai skala penilaian berdasarkan kemampuan manusia untuk menilai secara kualitatif, yaitu melalui
ungkapan sama, lemah, amat kuat, dan absolute atau ekstrim. Penilaian yang dilakukan oleh banyak partisipan akan menghasilkan pendapat yang berbeda satu
sama lain. AHP hanya memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan. Jadi semua jawaban dari partisipan harus dirata-ratakan.Dalam hal ini Saaty
memberikan metode perataan dengan rata-rata geometric atau geometric mean. Rata-rata geometric dipakai karena bilangan yang dirata-ratakan adalah deret
bilangan yang sifatnya rasio dan dapat mengurangi gangguan yang ditimbulkan salah satu bilangan yang terlalu besar atau terlalu kecil.
Teori rata-rata geometric menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan yang melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban atau nilai
numerik untuk setiap pasangan. Untuk mendapatkan nilai tertentu dari semua nilai tersebut, masing-masing nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil
perkalian itu dipangkatkan dengan 1n. Secara sistematis dituliskan sebagai berikut :
a
ij
= z
1
. z
2
. z
3
. …. z
n 1n
dengan: a
ij
= Nilai rata-rata perbandingan berpasangan kriteria A
i
dengan A
j
untuk n partisipan. Z
i
= Nilai perbandingan antara A
1
dengan A
i
untuk partisipan i, dengan nilai i = 1, 2, 3, …, n n =
Jumlah partisipan
c. Synthesis of Priority
Dari setiap matriks Pairwise Comparison kemudian dicari eigenvector dari setiap matriks Pairwise Comparison untuk mendapatkan local priority.Karena
matriks Pairwise Comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis di antara local
Universitas Sumatera Utara
33
priority.Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki.Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan
priority setting.
d. Logical Consistency
Salah satu asumsi utama model AHP yang membedakannya dengan model - model pengambilan keputusan lain adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak.
Dengan model AHP yang memakai persepsi manusia sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam
menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus membandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka manusia dapat menyatakan
persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak. Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas
eigenvalue maksimum.Dengan eigenvalue maksimum, inkonsistensi yang biasa dihasilkan matriks perbandingan dapat diminumkan.
Rumus dari indeks konsistensi adalah: CI
= λ
maks
– n n – 1
Dengan: CI
= indeks konsistensi λ
maks
= eigenvalue maksimum n
= orde maktrik
dengan λ merupakan eigenvalue dan n ukuran matriks. Eigenvalue maksimum
suatu matriks tidak akan lebih kecil dari nilai n sehingga tidak mungkin ada nilai CI negatif. Makin dekat eigenvalue maksimum dengan besarnya matriks, makin
konsisten matriks tersebut dan apabila sama besarnya maka matriks tersebut konsisten 100 atau inkonsistensi 0. Dalam pemakaian sehari-hari CI tersebut
Universitas Sumatera Utara
34
biasa disebut indeks inkonsistensi karena rumus 2.2 di atas memang lebih cocok untuk mengukur inkonsistensi suatu matriks.
Indeks inkonsistensi di atas kemudian diubah dalam bentuk rasio inkonsistensi dengan cara membaginya dengan suatu indeks random. Indeks
random menyatakan rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berukuran 1 sampai 10 yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National
Laboratory dan kemudian dilanjutkan oleh Wharton School.
Tabel 3.4 Pembangkit Random RI
N 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 RI
0.58 0.9
1.12 1.24
1.32 1.41
1.45 1.49
CR = CIRI CR = Rasio konsistensi
RI =Indeks random
Selanjutnya konsistensi responden dalam mengisi kuesioner diukur.Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidak
konsistensinan respon yang diberikan responden. Sato dalam Chow and Luk 2005 telah menyusun nilai CR Consistency Ration yang diizinkan adalah CR
0,15.
Universitas Sumatera Utara
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai 4.1.1
Kondisi Geografis dan Topografis
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang
Bedagai terletak pada posisi 3 ˚01’2,5” lintang Utara - 3˚46’33” Lintang Utara dan
98 ˚44’22” Bujur Timur - 99˚19’01” Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 –
500 meter diatas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 1.900,22 km², Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 17 Kecamatan dan
243 Desa. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Simalungun
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara dan Kabupaten
Simalungun d.
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis dimana kondidinya hampir
sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk. Rata-rata temperatur udara perbulan minimum 23,8
˚C dan maksimum 32, 1˚C dengan rata- rata kelembaban udara per bulan sekitar 83.
Universitas Sumatera Utara