Analisis Daya Saing Ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai.

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS DAYA SAING EKONOMI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

OLEH

TENGKU SITI FATIMAH 110501059

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRACT

The purposive of the reasearch is for analysing some elements which influence and be determinant of economic competitiveness in Serdang Bedagai in 2014. Thisresearch is using Analytical Hierarchy Process Method (AHP). This will be using purposive sampling method, this research uses primary data which it will be using quetioneres and interview over 30 respondens, it consists it students, teachers,publics,birocration,nonbanking, and businessman.

The result of the research is the element which the most influential factor determining economic competitiveness in Serdang Bedagai is Infrastructur of physical which it has value of weigth 0,225, and then regional economic (0,244), labor and productivity (0,208), institutional (0,164), and in the last position is social politic (0,128)


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi penentu daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2014 dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Penelitian ini menggunakan data primer dengan kuisioner dan wawancara terhadap 30 responden yang terdiri dari mahasiswa, pengajar, tokoh masyarakat, birokrasi, perbankan, non perbankan, dan pengusaha.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan daya saing ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu faktor infrastruktur fisik yang memiliki nilai bobot sebesar 0,255.Kemudian diikuti oleh faktor perekonomian daerah (0,244), faktor tenaga kerja dan produktifitas (0,208), faktor kelembagaan (0,164), dan pada posisi terakhir adalah faktor sosial politik (0,128).


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas kasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi berjudul “ Analisis Daya Saing Ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai”.

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.Tentunya dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis dengan terbuka mengharapkan masukan dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan penyelesaian studi penulis, terutama kepada :

1. Kedua orangtua tercinta Tengku Iskandar Zulkarnain, S.HdanYulisma atas cinta, kasih, sayang, doa dan seluruh dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr Azhar Maksum, S.E., M.Ec.,Ac, Ak, CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec.selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan dan Drs. Syahrir Hakim, M.Si sebagai Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberikan saran dan kritik dalam skripsi ini.

7. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution,S.E., M.Si.selaku dosen penguji saya yang telah banyak memberikan dukungan dan masukan berupa saran dan kritik. 8. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan. 9. Kepada keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan moril dan

juga materil.

10. Kepada seluruh teman-teman Ekonomi pembangunan 2011 dan kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Konsep Daya Saing Daerah ... 6

2.2 Indikator Utama Daya Saing Daerah ... 9

2.2.1 Perekonomian Daerah ... 10

2.2.2 Keterbukaan ... 10

2.2.3 Sistem Keuangan... 11

2.2.4 Infrastruktur dan Sumber Daya Alam ... 12

2.2.5 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ... 12

2.2.6 Sumber Daya Manusia ... 13

2.2.7 Kelembagaan ... 13

2.2.8 Governance dan Kebijakan Pemerintah ... 14

2.2.9 Manajemen dan Ekonomi Mikro ... 14

2.3 Penelitian Terdahulu ... 15

2.4 Kerangka Konseptual ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 19

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel ... 19

3.3 Metode Pengambilan Sampel ... 19

3.4 Batasan Operasional... 21


(7)

3.6 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 22

3.7 Jenis Penelitian ... 22

3.8 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 23

3.8.1 Jenis Data ... 23

3.8.2 Metode Pengumpulan Data... 23

3.9 Metode Analisis Data ... 24

3.9.1 Analisis Deskriptif ... 24

3.9.2 Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 37

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai ... 37

4.1.1 Kondisi Geografis dan Topografis ... 37

4.1.2 Kondisi Demografis ... 38

4.1.3 Kondisi Ekonomi ... 38

4.2 Profil Responden ... 40

4.3 Pembobotan dan Pemeringkatan Daya Saing Ekonomi ... 41

4.3.1 Faktor Infrastruktur ... 43

4.3.2 Faktor Perekonomian Daerah ... 45

4.3.3 Faktor Tenaga Kerja dan Produktifitas ... 47

4.3.4 Faktor Kelembagaan ... 49

4.3.5 Faktor Sosial Politik ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 PDRB per kapita dan PDRB lapangan usaha

Kabupaten Serdang Bedagai ... 3

3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kelompok Masyarakat ... 20

3.2 Matriks Perbandingan Berpasangan ... 31

3.3 Skala Penilaian Perbandingan ... 33

3.4 Pembangkit Random (RI) ... 36


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Indikator Penentu Daya Saing di Kabupaten Serdang Bedagai ... 17 4.1 Nilai Bobot dari Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi

Kabupaten Serdang Bedagai ... 42 4.2 Persentase Bobot Variabel Faktor Infrastruktur

Fisik...44 4.3 Persentase Bobot Variabel Faktor Perekonomian

Daerah ...45 4.4 Persentase Bobot Variabel Faktor Tenaga Kerja dan

Produktifitas ...48 4.5 Persentase Bobot Variabel Faktor Kelembagaan ...50 4.6 Persentase Bobot Variabel Faktor Sosial Politik ...53


(10)

DAFTAR LAMPIRAN No.

Lampiran Judul Halaman

1 Kuisioner Penelitian ... 58 2 Identitas Responden ... 64


(11)

ABSTRACT

The purposive of the reasearch is for analysing some elements which influence and be determinant of economic competitiveness in Serdang Bedagai in 2014. Thisresearch is using Analytical Hierarchy Process Method (AHP). This will be using purposive sampling method, this research uses primary data which it will be using quetioneres and interview over 30 respondens, it consists it students, teachers,publics,birocration,nonbanking, and businessman.

The result of the research is the element which the most influential factor determining economic competitiveness in Serdang Bedagai is Infrastructur of physical which it has value of weigth 0,225, and then regional economic (0,244), labor and productivity (0,208), institutional (0,164), and in the last position is social politic (0,128)


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi penentu daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2014 dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Penelitian ini menggunakan data primer dengan kuisioner dan wawancara terhadap 30 responden yang terdiri dari mahasiswa, pengajar, tokoh masyarakat, birokrasi, perbankan, non perbankan, dan pengusaha.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan daya saing ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu faktor infrastruktur fisik yang memiliki nilai bobot sebesar 0,255.Kemudian diikuti oleh faktor perekonomian daerah (0,244), faktor tenaga kerja dan produktifitas (0,208), faktor kelembagaan (0,164), dan pada posisi terakhir adalah faktor sosial politik (0,128).


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal sebagaimana tertuang dalam UU nomor 22 dan 25 tahun 1999 telah mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001. Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi ini menandai dimulainya babak baru di dalam pembangunan daerah. Terlepas dari perdebatan mengenai ketidaksiapan pemerintah di berbagai bidang untuk melaksanakan kedua UU tersebut, otonomi daerah dan desentralisasi fiskal diyakini merupakan jalan terbaik dalam rangka mendorong pembangunan daerah, menggantikan konsep pembangunan terpusat yang oleh beberapa pihak dianggap sebagai penyebab lambannya pembangunan di daerah dan semakin membesarnya ketimpangan antardaerah. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yang berarti adanya keleluasaan bagi daerah untuk mengembangkan potensi penerimaan daerah pada satu sisi, dan keleluasaan untuk menyusun daftar prioritas pembangunan di sisi lainnya akan dapat mendorong percepatan pembangunan daerah.

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah yang semakin dinamis di daerah maka diperlukan upaya pembinaan, pengembangan dan inovasi secara lebih terarah dan terpadu sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemajuan pembangunan daerah. Proses menuju kemandirian suatu daerah dalam era globalisasi saat ini tidaklah terlepas dari, perlu adanya daya saing dalam membentuknya. Kata daya saing sering kali dipergunakan dalam


(14)

seperti ini mungkin menjadi salah satu penyebab mengapa daya saing lebih sering di terjemahkan sebagai persaingan atau rivalitas yang berkonotasi negatif. Konsekuensi lebih lanjut adalah kecenderungan pengambilan kebijakan yang over protective dan keengganan untuk bekerja sama. Selain dari pada itu daya saing juga lebih banyak diartikan sebagai suatu potensi yang bersifat tunggal, sehingga dengan demikian tidak ada upaya pemahaman bagimana kompleksitas faktor-faktor yang membentuk daya saing.Daya saing tidaklah hanya berorientasi pada indikator ekonomi saja, tetapi lebih jauh lagi yaitu daya saing tersebut diartikan sebagai kemampuan daerah untuk menghadapi tantangan dan persaingan global untuk peningkatan kesejahteraan hidup rakyat yang nyata dan berkelanjutan serta secara politis, sosial dan budaya dapat diterima oleh seluruh masyarakat.

Menurut World Economic Forum (WEF) 2014-2015 tingkat daya saing Indonesia telah menempati peringkat ke-34 dari 144 negara atau naik 4 tingkat dari sebelumnya 38 (2013-2014) dan peringkat ke-50 (2013-2012). Menurut WEF, kenaikan ranking indeks daya saing Indonesia pada periode ini dikarenakan perbaikan di beberapa kriteria seperti infrastruktur, konektifitas, kualitas tata kelola sektor swasta dan publik efisiensi pemerintah, dan pemberantasan korupsi. WEF sendiri mengelompokkan Indonesia sebagai lima besar ekonomi ASEAN bersama Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam yang terus memperbaiki peringkat daya saing mereka sejak tahun 2009.

Tingginya tingkat persaingan antarnegara ini tidak hanya akan berdampak pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan, tetapi juga akan berdampak langsung pada perekonomian daerah khususnya setelah permberlakuan otonomi


(15)

daerah dan desentralisasi fiskal. Tantangan ini selanjutnya harus diartikan sebagai tuntutan bagi setiap daerah di Indonesia untuk meningkatkan daya saing masing-masing daerah. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal akan berimplikasi pada kemampuan daerah dalam meningkatkan daya saing daerahnya masing-masing sebagai penentu keberhasilan pembangunan di daerah tersebut.

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan pemekaran dari kabupaten Deli Serdang sesuai dengan UU nomor 36 tahun 2003.Kabupaten Serdang Bedagai memiliki daerah seluas 1.900,22 km², yang terdiri dari 17 kecamatan dan 237 desa.Jumlah penduduknya mencapai 594.383 juta jiwa.

Tabel 1.1

PDRB per kapita dan PDRB lapangan usaha Kab. Serdang Bedagai

Tahun PDRB

per kapita

PDRB

lapangan usaha

2009 13.204,63 8.490,36

2010 16.315,41 9.697,60

2011 18.177,76 10.905,56

2012 20.385,14 12.313,15

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa PDRB Kabupaten Serdang Bedagai dari tahun 2009-2012 mengalami kenaikan yang cukup baik.Sektor pertanian merupakan kontributor utama yang paling memberikan peran dalam peningkatan PDRB di Kabupaten Serdang Bedagai.Selanjutnya, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor bangunan.Pada tahun 2011 Kabupaten Serdang Bedagai mendapat peringkat 5 derah pemekaran terbaik di Indonesia sesuai dengan SK mendagri Nomor 120 - 227 tahun 2011 tentang penetapan


(16)

1999 sampai tahun 2009. Kriteria penilainnya meliputi kesejahteraan masyarakat, good governance, pelayanan publik dan daya saing daerah.

Dari hasil penelitian PPSK Bank Indonesia dan LP3E FE-UNPAD (2008) dalam neraca daya saing daerah, kabupaten Serdang Bedagai berada di peringkat ke-200 secara keseluruhan dalam daya saing daerah dari 434 neraca daya saing daerah. Berdasarkan input perekonomian daerah, kabupaten Serdang Bedagai berada di peringkat 232. Peringkat ini masih di bawah kabupaten dan kota lainnya di Sumatera Utara seperti kota Pematang Siantar yang berada di peringkat 117, kota Sibolga di peringkat 131, dan kota Binjai di peringkat 141. Berdasarkan input SDM dan ketenagakerjaan, kabupaten Serdang Bedagai berada di peringkat 160. Berdasarkan input infrastruktur, SDA, dan lingkungan, berada di peringkat 161 dan berdasarkan output tingkat kesempatan kerja, kabupaten Serdang Bedagai berada di peringkat 163.

Hal ini disebabkan oleh Infrastruktur jalan yang kurang memadai, sektor pariwisata yang tidak terawat, tingkat pendidikan yang masih belum memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja serta ketidakstabilan politik yang menyebabkan investor ragu untuk berinvestasi di Kabupaten Serdang Bedagai.Maka, inilah yang menjadi tugas para pemerintah daerah untuk menyelesaikan masalah yang menghambat peningkatan daya saing di Kabupaten Serdang Bedagai. Supaya tingkat daya saing ekonomi daerah di Kabupaten Serdang Bedagai mampu menyaingi daerah lainnya, seperti Kota Sibolga, Kota Binjai, dan Kota Pematang Siantar yang saat ini peringkatnya jauh diatas Kabupaten Serdang Bedagai.


(17)

Setiapa karya ilmiah pasti memiliki permasalahan yang akan di tinjau, pembahasannya akan di mulai dan berlanjut pada penarikan kesimpulan maupun pemberian saran-saran. Demikian juga halnya dengan penulisan skripsi ini, sesuai latar belakang diatas, telah di tentukan permasalahan – permasalahan yang akan di bahas pada skripsi ini yaitu sebagai berikut :

Faktor apa yang paling memiliki pengaruh dalam menentukan tingkat daya saing ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktorapa yang paling memiliki pengaruh dalam menentukan tingkat daya saing ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai.

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Sebagai tambahan pengetahuan untuk penulis agar lebih mengetahui tentang daya saing.

b. Sebagai bahan referensi untuk para peneliti lainnya yang akan membahas tentang daya saing ekonomi suatu daerah.

c. Sebagai salah satu pedoman bagi pemerintah untuk menentukan dan memutuskan kebijakan yang tepat untuk Kabupaten Serdang Bedagai.


(18)

Setiapa karya ilmiah pasti memiliki permasalahan yang akan di tinjau, pembahasannya akan di mulai dan berlanjut pada penarikan kesimpulan maupun pemberian saran-saran. Demikian juga halnya dengan penulisan skripsi ini, sesuai latar belakang diatas, telah di tentukan permasalahan – permasalahan yang akan di bahas pada skripsi ini yaitu sebagai berikut :

Faktor apa yang paling memiliki pengaruh dalam menentukan tingkat daya saing ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktorapa yang paling memiliki pengaruh dalam menentukan tingkat daya saing ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai.

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Sebagai tambahan pengetahuan untuk penulis agar lebih mengetahui tentang daya saing.

b. Sebagai bahan referensi untuk para peneliti lainnya yang akan membahas tentang daya saing ekonomi suatu daerah.

c. Sebagai salah satu pedoman bagi pemerintah untuk menentukan dan memutuskan kebijakan yang tepat untuk Kabupaten Serdang Bedagai.


(19)

2.1 Konsep Daya Saing Daerah

Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional dan saat kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal (European Commission, 1999).Daya saing daerah kini merupakan salah satu isu sentral, terutama dalam rangka mengamankan stabilitas ketenagakerjaan, dan memanfaatkan integrasi eksternal (kecendrungan global), serta keberlanjutan pertumbuhan kesejahteraan dan kemakmuran.(Camagni, 2002).Sementara itu Center for Urban and Regional Studies (CURDS) mendefinisikan daya saing daerah sebagai kemampuan sektor bisnis atau perusahaan pada suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata untuk penduduknya.Selanjutnya, daya saing daerah merupakan kemampuan ekonomi dan masyarakat lokal untuk memberikan peningkatan standart hidup bagi warga (Malecki, 1999).

Sedangkan definisi daya saing nasional menurut para ahli lainnya yaitu, menurut Institute Of Management Development (IMD) suatu lemabaga yang menerbitkan “World Competitiveness Yearbook” secara rutin mendefinisikan daya saing nasional sebagai kemampuan suatu negara dalam menciptakan nilai tambah dalam rangka menambah kekayan nasional dengan cara mengelola aset dan proses, daya tarik dan agresivitas, globality, dan proximity serta dengan mengintegrasikan hubungan- hubungan tersebut ke dalam suatu model ekonomi


(20)

kondusif kepada perusahaan-perusahaan dalam mempertahankan daya saing domestic dan global. Menurut WEF daya saing nasional adalah kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Menurut Porter (1990) menyatakan bahwa konsep daya saing yang dapat diterapkan pada level nasional tak lain adalah “produktivitas” yang didefinisikannya sebagai nilai ouput yang dihasilkan oleh seorang tenaga kerja. Bank Dunia menyatakan hal yang relatif sama dimana “daya saing mengacu kepada besaran serta laju perubahan nilai tambah perunit input yang dicapai oleh perusahaan”. Akan tetapi baik Bank Dunia ataupun Porter serta literatur-literatur lainnya mengenai daya saing nasional memandang bahwa daya saing tidak secara sempit mencakup hanya sebatas tingkat efisiensi suatu perusahaan. Daya saing mencakup aspek yang lebih luas, tidak berkutat hanya pada level mikro perusahaan, tetapi juga mencakup aspek diluar perusahaan seperti iklim berusaha (business environment) yang jelas-jelas diluar kendali suatu perusahaan. Aspek-aspek tersebut dapat bersifat firm-specific, region-specific, dan bahkan country-specific.Secara umum, ketika membandingkan kedua definisi daya saing daerah diatas dengan definisi daya saing nasional yang dibahas sebelumnya, terdapat kesamaan yang essensial.Dapat dikatakan bahwa perbedaan konsep daya saing hanya terpusat pada cakupan wilayah, dimana yang pertama adalah daerah (bagian suatu negara), sementara yang kedua adalah negara.Dalam berbagai pembahasan tentang daya saing nasional pun, baik secara eksplisit maupun implisit terangkum relevansi pengandopsian konsep daya saing nasional ke dalam konsep daya saing daerah.


(21)

Dari pembahasan tentang berbagai konsep dan definisi tentang daya saing suatu negara atau daerah sebagimana diuraikan diatas, dapat diambil suatu kesimpulan dalam mendefinisikan daya saing perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

a. Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih mendefinisikan daya saing sebagai “kemampuan suatu perekonomian” daripada “kemampuan sektor swasta atau perusahaan”.

b. Pelaku ekonomi (economic agent) bukan hanya perusahaan akan tetapi juga rumah tangga, pemerintah, dan lain-lain. Semuanya berpadu dalam suatu sistem ekonomi yang sinergis. Tanpa memungkiri peran besar sektor swasta perusahaan dalam perekonomian, fokus perhatian tidak hanya pada itu saja. Hal ini diupayakan dalam rangka menjaga luasnya cakupan konsep daya saing. c. Tujuan dari hasil akhir meningkatkan daya saing suatu perekonomian tak lain adalah meningkatkan tingkat kesejahteraan penduduk dalan perekonomian tersebut. Kesejahteraan (level of living) adalah konsep yang sangat luas yang pasti tidah hanya tergambarkan dalam sebuah besaran variabel seperti pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi hanya satu aspek dari pembangunan ekonomi dalam rangka peningkatan standart kehidupan masyarakat.

d. Kata kunci dari konsep daya saing adalah “kompetisi”. Disinilah peran keterbukaan terhadap kompetisi dengan para kompetitor menjadi relevan.


(22)

Kata “daya saing” menjadi kehilangan maknanya pada suatu perekonomian yang tertutup.

Berdasarkan keterangan-keterangan yang telah di jelaskan diatas, daya saing daerah yang menjadi acuan dalam penelitian ini di definisikan sebagai “kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional“ (Abdullah, 2002).

2.2 Indikator Utama Daya Saing Daerah

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Paidi Hidayat (2012) yang mengukur daya saing ekonomi kota Medan, dengan menggunakan 5 faktor pembentuk yang di gunakan adalah perekonomian daerah, infrastruktur, sistem keuangan, kelembagaan dan sosial politik. Selain itu, menurut penelitian KPPOD, 2005 yang tentang daya tarik investasi kabupaten / kota di Indonesia dengan menggunakan indicator-indikator seperti : kelembagaan, sosial politik, ekonomi daerah, tenaga kerja dan produktivitas serta infrastruktur fisik. Penelitian yang dilakukan oleh Ira irawati dkk (2005) yang mengukur tingkat daya saing di wilayah provinsi Sulawesi Tenggara dengan menggunakan indikator perekonomian daerah, infrastruktur, sumber daya manusia dan sumber daya alam. Penelitian yang dilakukan Abdullah, dkk (2002 : 15) menyebutkan indikator-indikator utama yang dianggap menentukan daya saing daerah adalah (1) Perekonomian daerah, (2) Keterbukaan, (3) Sistem Keuangan, (4) Infrastruktur dan sumber daya alam, (5) Ilmu pengetahuan dan teknologi, (6) Sumber daya manusia, (7) Kelembagaan, (8)


(23)

Governance dan Kebijakan pemerintah, dan (9) Manajemen dan ekonomi mikro. Masing-masing indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perekonomian Daerah

Perekonomian daerah merupakan ukuran kinerja secara umum dari perekonomian makro (daerah) yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulasi kapital, tingkat konsumsi, kinerja sektoral perekonomian, serta tingkat biaya hidup. Indikator kinerja ekonomi makro mempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Nilai tambah merefleksikan produktivitas perekonomian setidaknya dalam jangka pendek.

2) Akumulasi modal mutlak diperlukan untuk meningkatkan daya saing dalam jangka panjang.

3) Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerja ekonomi di masa lalu. 4) Kompetisi yang di dorong mekanisme pasar akan meningkatkan kinerja

ekonomi suatu daerah. Semakin ketat kompetisi pada suatu perekonomian daerah, maka akan semakin kompetitif perusahaan-perusahaan yang akan bersaing secara internasional maupun domestik.

b. Keterbukaan

Indikator keterbukaan merupakan ukuran seberapa jauh perekonomian suatu daerah berhubungan dengan daerah lain yang tercermin dari perdagangan daerah tersebut dengan daerah lain dalam cakupan nasional dan internasional. Indikator ini menentukan daya saing melalui prinsip-prinsip sebagai berikut:


(24)

1) Keberhasilan suatu daerah dalam perdagangan internasional merefleksikan daya saing perekonomian daerah tersebut.

2) Keterbukaan suatu daerah baik dalam perdagangan domestik maupun internasional meningkatkan kinerja perekonomiannnya.

3) Investasi internasional mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien ke seluruh penjuru dunia

4) Daya saing yang didorong oleh ekspor terkait dengan orientasi pertumbuhan perekonomian daerah.

5) Memepertahankan standar hidup yang tinggi mengharuskan integrasi dengan ekonomi internasional.

c. Sistem Keuangan

Indikator sistem keuangan merefleksikan kemampuan sistem finansial perbankan dan non-perbankan di daerah untuk memfasilitasi aktivitas perekonomian yang memberikan nilai tambah. Sistem keuangan suatu daerah akan mempengaruhi alokasi faktor produksi yang terjadi di perekonomian daerah tersebut. Indikator sisitem keuangan ini mempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Sistem keuangan yang baik mutlak diperlukan dalam memfasilitasi aktivitas perekonomian daerah.

2) Sektor keuangan yang efisien dan terintegrasi secara internasional mendukung daya saing daerah.


(25)

d. Infrastruktur dan Sumber Daya Alam

Infrastruktur dalam hal ini merupakan indikator seberapa besar sumber daya seperti modal fisik, geografis, dan sumber daya alam dapat mendukung aktivitas perekonomian daerah yang bernilai tambah. Indikator ini mendukung daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Modal fisik berupa infrastruktur baik ketersediaan maupun kualitasnya mendukung aktivitas ekonomi daerah.

2) Modal alamiah baik berupa kondisi geografis maupun kekayaan alam yang terkandung di dalamnya juga mendorong aktivitas perekonomian daerah.

3) Teknologi informasi yang maju merupakan infrastruktur yang mendukung berjalannya aktivitas bisnis di daerah yang berdaya saing.

e. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ilmu pengetahuan dan teknologi mengukur kemampuan daerah dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapannya dalam aktivitas ekonomi yang meningkatkan nilai tambah. Indikator ini mempengaruhi daya saing daerah melalui beberapa prinsip di bawah ini:

1) Keunggulan kompetitif dapat dibangun melalui aplikasi teknologi yang sudah ada secara efisien dan inovatif.

2) Investasi pada penelitian dasar dan aktivitas yang inovatif yang menciptakan pengetahuan baru sangat krusial bagi daerah ketika melalui tahapan pembangunan ekonomi yang lebih maju.


(26)

f. Sumber Daya Manusia

Indikator sumber daya manusia dalam hal ini ditujukan untuk mengukur ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia. Faktor SDM ini mempengaruhi daya saing daerah berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

1) Angkatan kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan daya saing suatu daerah.

2) Pelatihan dan pendidikan adalah cara yang paling baik dalam meningktakan tenaga kerja yang berkualitas.

3) Sikap dan nilai yang dianut oleh tenaga kerja juga menentukan daya saing suatu daerah.

4) Kualitas hidup masyarakat suatu daerah menentukan daya saing daerah tersebut begitu juga sebaliknya.

g. Kelembagaan

Kelembagaan merupakan indikator yang mengukur seberapa jauh iklim sosial, politik, hukum, dan aspek keamanan mampu mempengaruhi secara positif aktivitas perekonomian di daerah. Pengaruh faktor kelembagaan terhadap daya saing daerah didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut:

1) Stabilitas sosial dan politik melalui sistem demokrasi yang berfungsi dengan baik merupakan iklim yang kondusif dalam mendorong aktivitas ekonomi daerah yang berdaya saing.

2) Peningkatan daya saing ekonomi suatu daerah tidak akan dapat tercapai tanpa adanya sistem hukum yang independen.


(27)

3) Aktivitas perekonomian suatu daerah tidak akan dapat berjalan secara optimal tanpa didukung oleh situasi keamanan yang kondusif.

h. Governance dan Kebijakan Pemerintah

Indikator Governance dan kebijakan pemerintah dimaksudkan sebagai ukuran dari kualitas administrasi pemerintah daerah, khususnya dalam rangka menyediakan infrastruktur fisik dan peraturan-peraturan daerah. Secara umum pengaruh faktor Governance dan kebijakan pemerintah bagi daya saing daerah dapat didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Dengan tujuan menciptakan ilkim persaingan yang sehat intervensi pemerintah dalam perekonomian sebaiknya diminimalkan.

2) Pemerintah daerah berperan dalam menciptakan kondisi sosial yang terprediksi serta berperan pula dalam meminimalkan resiko bisnis.

3) Efektivitas administrasi pemerintahan daerah dalam menyediakan infrastruktur dan aturan-aturan berpengaruh terhadap daya saing ekonomi suatu daerah.

4) Efektivitas pemerintah daerah dalam melakukan koordinasi dan menyediakan informasi tertentu pada sektor swasta mendukung daya saing ekonomi suatu daerah.

5) Fleksibilitas pemerintah daerah dalam menyesuaikan kebijakan ekonomi merupakan faktor yang kondusif dalam mendukung daya saing daerah.

i. Manajemen dan Ekonomi Mikro


(28)

cara yang inovatif, menguntungkan dan bertanggung jawab. Prinsip-prinsip yang relevan terhadap daya saing daerah di antaranya adalah:

1) Rasio harga/kualitas yang kompetitif dari suatu produk mencerminkan kemampuan manajerial perusahaan-perusahaan yang berada di suatu daerah.

2) Orientasi jangka panjang manajemen perusahaan akan meningkatkan daya saing daerah dimana perusahaan tersebut berada.

3) Efisiensi dalam aktivitas perekonomian ditambah dengan kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan adalah keharusan bagi perusahaan yang kompetitif.

4) Kewirausahaan sangat krusial bagi aktivitas ekonomi pada masa-masa awal.

5) Dalam usaha yang sudah mapan, manajemen perusahaan memerlukan keahlian dalam mengintegrasikan serta membedakan kegiatan-kegiatan usaha.

2.3 Penelitian Terdahulu

Paidi Hidayat (2012) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Medan”.Dengan menggunakan metode AHP dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam meningkatkan daya saing adalah faktor infrastruktur dengan nilai bobot (0,252), diikuti faktor perekonomian daerah dan selanjutnya faktor sistem keuangan yang masing-masing bobot nilainya (0,243) dan (0,219). Skala prioritas untuk faktor infrastruktur adalah ketersediaan infrastruktur dan kualitasnya,seperti kualitas


(29)

pelabuhan laut dan udara serta kualitas jalan. Selain itu, skala prioritas perekonomian daerah adalah tingkat daya beli maasyarakat.Sementara, untuk skala prioritas sistem keuangan dalah kinerja lembaga keuangan.

Millah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya Saing Daerah di Jawa Tengah” memberikan hasil penelitian yaitu hasil tingkat daya saing daerah kota di Jawa Tengah antara lain Kota Semarang menduduki peringkat pertama pada tingkat daya saing daerah kota di Jawa Tengah dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Sedangkan Kota Tegal menduduki peringkat terendah pada tahun 2009 dan tahun 2011, dan Kota Magelang menduduki peringkat terendah pada tahun 2010. Potensi Kota Semarang unggul pada hampir seluruh indikator daya saing. Semakin unggul potensi yang dimiliki suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat daya saing daerah kota tersebut.

KKPOD (2005) dengan judul penelitiannya “Analisis daya tarik investasi 214 kabupaten/kota di Indonesia” dalam penelitian ini KPPOD menyatakan bahwa beberapa kabupaten/kota di Indonesia hanya mengedepankan upaya-upaya meningkatkan PAD dan relatif mengabaikan aspek-aspek yang mampu menarik investasi.

Ira Irawati, dkk (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengukuran Tingkat Daya Saing Daerah Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel Infrastruktur dan Sumber Daya Alam serta Variabel Sumber Daya Manusia di Wilayah provinsi Sulawesi Tenggara” dengan menggunakan metode AHP , maka dapat diambil kesimpulan peringkat daya saing terbaik berdasarkan


(30)

manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara turut mendukung kabupaten/kota tersebut menjadi peringkat terbaik secara umum.

Kuncoro (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Daya Tarik Investasi dan Pungli di DIY” menyebutkan bahwa menurut persepsi pelaku usaha di DIY, faktor kelembagaan memiliki bobot terbesar dalam menentukan daya tarik investasi/ kegiatan berusaha di DIY.Kemudian diikuti oleh faktor infrastruktur fisik, yang ketiga adalah faktor sosial politik.

2.4 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1

Indikator Penentu Daya Saing Ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai

Kerangka konseptual diatas merupakan indikator penentuan daya saing

Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Daerah

KELEMBAGAAN Regulation & Government services SOSIAL POLITIK Socio-Political Factors EKONOMI DAERAH Regional Economic Dynamism

TENAGA KERJA & PRODUKTIVITAS Labor& productivity INFRASTRUKTUR FISIK Physical Infrastructure Kepastian Hukum Legal Certainty Biaya Tenaga Kerja Labor Cost Potensi Ekonomi Economic Potential Sosial Politik Socio Political Ketersediaan Infrastruktur Fisik Availability of Physical Infrastructure Ketersediaan Tenaga Kerja Availability of Manpower Produktivitas Tenaga Kerja Productivity of Labor Struktur Ekonomi Economic Structure Budaya Cultural Keamanan security Perda / IndikatorPerda

Region Policy / Regulation

Aparatur

Quality Of Civil Service Keuangan Daerah Regional Finance Kualitas Infrastruktur Fisik Quality of Physical Infrastructure


(31)

daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai harus sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Adapun variabel-variabel yang menjadi indikator utama dalam penelitian ini berdasarkan perbandingan dari beberapa penelitian terdahulu tentang daya saing yaitu, KPPOD (2005), Paidi Hidayat (2012), Ira Irawati (2008), Millah (2013), dan Mudrajat Kuncoro (2005).


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor penentu daya saing ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014 dengan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP).

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang tinggal dan bermukim di Kabupaten Serdang Bedagai. Berdasarkan data BPS (2014), jumlah penduduk di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 594.383 juta jiwa. Namun, dalam penelitian ini ditetapkan jumlah sampel yang sudah cukup representatif yaitu 150 responden yang mewakili seluruh komponen masyarakat yang terdapat di 17 kecamatan dan 237 desa Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun jumlah sampel berdasarkan kelompok masyarakat adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1.

Jumlah Sampel Berdasarkan Kelompok Masyarakat No Kelompok Masyarakat Responden

1 Mahasiswa/Pelajar 3

2 Staf Pengajar/Dosen/Guru 3

3 Masyarakat Umum 4

4 Birokrasi 4

5 Perbankan 3

6 Non Perbankan 3

7 Pengusaha 10


(33)

3.3 Metode Pengambilan Sampel

Prosedur pengambilan sampel atau responden dilakukan secara purposive sampling, yakni dengan menentukan sampel atau responden yang dianggap dapat mewakili segmen kelompok masyarakat yang dinilai mempunyai pengaruh atau merasakan dampak besar terkait daya saing ekonomi daerah.

3.4 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang di gunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Muhammad Idrus dalam bukunya Metode Penelitian Ilmu Sosial (Edisi kedua, 2009:25) mengungkapkan salah satu ciri penelitian kualitatif adalah data penelitian yang bersifat deskriptif yaitu data penelitian kualitatif berupa narasi cerita, penuturan informan, dokumen-dokumen pribadi seperti foto, catatan pribadi/diary (buku harian), perilaku, gerak tubuh, mimik, dan banyak hal lain yang tidak didominasi angka-angka sebagaimana peneitian kuantitatif. Bogdan dan Taylor (1992:21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Selain itu, penelitian kualitatif juga bersifat dinamis dan berkembang, yaitu terkait dengan situs alamiahnya, maka fenomanya yang dilihat peneliti bersifat dinamis dan berkembang.Untuk itu, seorang peneliti kualitatif harus terus mengikuti subjek yang diteliti dalam kurun waktu yang “cukup lama” agar dapat melihat perubahan atau perkembangannya subjek.


(34)

3.5 Tempat dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Serdang Bedagai provinsi Sumatera Utara, Indonesia.Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu satu bulan.

3.6 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.6.1 Jenis Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka jenis data yang digunakan adalah :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak pertama yang menjadi objek penelitian.Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dan juga pengisian kuisioner terhadap kelompok masyarakat yang dijadikan sampel.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi secara resmi, buku-buku, majalah-majalah serta laporan lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.6.2 Metode Pengumpulan Data

Sedangkan metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Kuisioner

Para penduduk yang menjadi responden atau sampel dalam penelitian ini diberikan lembaran kuisioner. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari


(35)

kelompok masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan kepada kelompok masyarakat yang menjadi sampel adalah untuk menggali informasi yang lebih mendalam mengenai saran atau keluhan masyarakat secara langsung terhadap faktor-faktor penentu daya saing ekonomi kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2014.

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam menganalisis daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2014 meliputi analisis deskriptif dan

Analytical Hierarchy Process (AHP). Secara jelasnya, metode yang digunakan antara lain sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini memberikan gambaran tentang karakteristik tertentu dari data yang telah dikumpulkan. Data tersebut akan dianalisis sehingga menghasilkan gambaran mengenai persepsi masyarakat terhadap faktor-faktor penentu daya saing ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014. Analisis data disajikan dalam bentuk tabulasi, gambar (chart) dan diagram.Prioritas alternatif terbaik dari total rangking yang diperoleh merupakan rangking yang dicari dalam Analytical Hierarchy Process(AHP) ini.Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytic Hierarchy Process(AHP) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami.


(36)

2. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analisis ini digunakan untuk memberikan nilai bobot setiap faktor dan variabel dalam menghitung faktor-faktor penentu daya saing ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014. Proses pemberian bobot indikator dan sub-indikator (variabel) dilakukan dengan menggunakan

Analitical Hierarchy Process (AHP) melalui kuisioner untuk kelompok masyarakat yang sudah ditentukan sebelumnya dari berbagai latar belakang disiplin ilmu.

Metode Analytical Hierrchy Process(AHP) awalnya dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School sekitar tahun 1970.Metode ini digunakan untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan.Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif.Disini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan.Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai jenjang maupun kepentingan.

Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinu.Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan secara efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses


(37)

pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Analytical Hierarchy Process(AHP) dapat menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagiannya, serta menjadikan variabel dalam suatu hirarki (tingkatan). Masalah yang kompleks dapat diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria), struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia.

Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan dengan hasil yang menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas.Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.Selain itu AHP juga memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di dalam dan di luar kelompok elemen


(38)

Analytical Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari:

1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan.Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1/k kali lebih penting dari A.

2. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.

3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplete hierarchy).

4. Expectation, yang berarti menonjolkon penilaian yang bersifat ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.

Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan pada langkah-langkah berikut:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria–kriteria dan alternaif–alternatif pilihan yang ingin di rangking.


(39)

3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing–masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.

6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung eigen vectordari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

eigen vectormerupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis pilihan dalam penentuan prioritas elemen–elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0,15 maka penilaian harus diulang kembali.

Rasio Konsistensi (CR) merupakan batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang ditetapkan Saaty.Rasio Konsistensi (CR) dirumuskan sebagai perbandingan indeks konsistensi (RI). Angka pembanding pada perbandingan berpasangan adalah skala 1 sampai 9, dimana:


(40)

- Skala 1 = setara antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lainnya

- Skala 3 = kategori sedang dibandingkan dengan kepentingan lainnya - Skala 7 = kategori amat kuat dibandingkan dengan kepentingan lainnya - Skala 9 = kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan

Prioritas alternatif terbaik dari total rangking yang diperoleh merupakan rangking yang dicari dalam Analytical Hierarchy Process (AHP) ini. Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain sebagai berikut (Saaty, 1990) :

a. Decomposition

Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami kalau sistem tersebut dipecah menjadi berbagai elemen pokok, kemudian elemen-elemen tersebut disusun secara hirarkis. Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu.

Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem yang dicari solusi masalahnya.Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.Suatu hirarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen yang tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa elemen homogen.Sebuah elemen menjadi kriteria dan patokan bagi


(41)

elemen-elemen yang berada di bawahnya.Dalam menyusun suatu hirarki tidak terdapat suatu pedoman tertentu yang harus diikuti.Hirarki tersebut tergantung pada kemampuan penyusun dalam memahami permasalahan. Namun tetap harus bersumber pada jenis keputusan yang akan diambil.

Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk sesuai dengan tujuan permasalahan, maka kriteria-kriteria tersebut harus memiliki sifat-sifat berikut:

1. Minimum

Jumlah kriteria diusahakan optimal untuk memudahkan analisis. 2. Independen

Setiap kriteria tidak saling tumpang tindih dan harus dihindarkan pengulangan kriteria untuk suatu maksud yang sama.

3. Lengkap

Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam permasalahan. 4. Operasional

Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan dapat dikomunikasikan.

b. Comparative Judgment

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan criteria di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh dalam menentukan prioritas dari elemen-elemen yang ada sebagai dasar pengambilan keputusan.


(42)

Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks

pairwise comparison.

Yang pertama dilakukan dalam menentapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu pengambilan keputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki.Dalam perbandingan berpasangan ini, bentuk yang lebih disukai adalah matriks, karena matriks merupakan alat yang sederhana yang biasa dipakai, serta memberi kerangka untuk menguji konsistensi.Rancangan matrik ini mencerminkan dua segi prioritas yaitu, mendominasi dan didominasi.

Misalkan terdapat suatu sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n alternatif dibawahnya, Ai sampai An. Perbandingan antar alternatif untuk sub

sistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n × n, seperti pada tabel 2 dibawah ini:

Tabel 3.2

Matriks perbandingan berpasangan

C A1 A2 A3 ….. An

A1 A2 A3 ….. An a11 a21 a31 ….. an1 a12 a22 a32 ….. an2 a13 a23 a33 ….. an3 … … … … … a1n a2n a3n ….. ann

Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom)

yang menyatakan hubungan:

a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C


(43)

b. Seberapa jauh dominasi A1 (baris) terhadap A1 (kolom) atau

c. Seberapa banyak sifat kriteria C terhadap A1 (baris) dibandingkan dengan A1

(kolom).

Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan yang disebut Saaty pada tabel 4. Apabila bobot kriteria Ai

adalah Wi dan bobot elemen Wj maka skala dasar 1-9 yang disusun Saaty mewakili perbandingan (Wi/Wj)/1. Angka-angka absolute pada skala tersebut merupakan pendekatan yang amat baik terhadap perbandingan bobot elemen Ai


(44)

Tabel 3.3

Skala penilaian perbandingan Skala tingkat

kepentingan Definisi Keterangan

1 Sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama

3 Sedikit lebih penting

Pengalaman dan penilaian sedikit memihat satu elemen dibandingkan dengan pasangannya

5 Lebih penting

Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya

7 Sangat penting

Satu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata dibandingkan dengan elemen pasangannya

9 Mutlak lebih penting

Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan yang tertinggi

2,4,6,8 Nilai tengah

Diberikan bila terdapat keraguan penilaian antara dua penilaian yang berdekatan

Kebalikan Aij = 1/Aji

Bila aktivitas i memperoleh suatu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan i


(45)

Thomas L. Saaty menyusun angka-angka absolute sebagai skala penilaian berdasarkan kemampuan manusia untuk menilai secara kualitatif, yaitu melalui ungkapan sama, lemah, amat kuat, dan absolute atau ekstrim. Penilaian yang dilakukan oleh banyak partisipan akan menghasilkan pendapat yang berbeda satu sama lain. AHP hanya memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan.

Jadi semua jawaban dari partisipan harus dirata-ratakan.Dalam hal ini Saaty memberikan metode perataan dengan rata-rata geometric atau geometric mean. Rata-rata geometric dipakai karena bilangan yang dirata-ratakan adalah deret bilangan yang sifatnya rasio dan dapat mengurangi gangguan yang ditimbulkan salah satu bilangan yang terlalu besar atau terlalu kecil.

Teori rata-rata geometric menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan yang melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban atau nilai numerik untuk setiap pasangan. Untuk mendapatkan nilai tertentu dari semua nilai tersebut, masing-masing nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil perkalian itu dipangkatkan dengan 1/n. Secara sistematis dituliskan sebagai berikut :

aij = (z1. z2. z3. …. zn)1/n

dengan:

aij= Nilai rata-rata perbandingan berpasangan kriteria Ai dengan Aj untuk n partisipan.

Zi= Nilai perbandingan antara A1 dengan Ai untuk partisipan i, dengan nilai i = 1, 2, 3, …, n

n = Jumlah partisipan

c. Synthesis of Priority

Dari setiap matriks Pairwise Comparison kemudian dicari eigenvector dari setiap matriks Pairwise Comparison untuk mendapatkan local priority.Karena


(46)

priority.Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki.Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan

priority setting.

d. Logical Consistency

Salah satu asumsi utama model AHP yang membedakannya dengan model - model pengambilan keputusan lain adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak. Dengan model AHP yang memakai persepsi manusia sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus membandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka manusia dapat menyatakan persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak.

Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas eigenvalue maksimum.Dengan eigenvalue maksimum, inkonsistensi yang biasa dihasilkan matriks perbandingan dapat diminumkan.

Rumus dari indeks konsistensi adalah: CI = (λmaks – n) ( n – 1)

Dengan:

CI = indeks konsistensi (λmaks = eigenvalue maksimum

n = orde maktrik

denganλ merupakan eigenvalue dan n ukuran matriks. Eigenvalue maksimum suatu matriks tidak akan lebih kecil dari nilai n sehingga tidak mungkin ada nilai CI negatif. Makin dekat eigenvalue maksimum dengan besarnya matriks, makin konsisten matriks tersebut dan apabila sama besarnya maka matriks tersebut konsisten 100% atau inkonsistensi 0%. Dalam pemakaian sehari-hari CI tersebut


(47)

biasa disebut indeks inkonsistensi karena rumus (2.2) di atas memang lebih cocok untuk mengukur inkonsistensi suatu matriks.

Indeks inkonsistensi di atas kemudian diubah dalam bentuk rasio inkonsistensi dengan cara membaginya dengan suatu indeks random. Indeks random menyatakan rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berukuran 1 sampai 10 yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory dan kemudian dilanjutkan oleh Wharton School.

Tabel 3.4

Pembangkit Random (RI)

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 CR = CI/RI

CR = Rasio konsistensi RI =Indeks random

Selanjutnya konsistensi responden dalam mengisi kuesioner diukur.Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidak konsistensinan respon yang diberikan responden. Sato dalam Chow and Luk (2005) telah menyusun nilai CR (Consistency Ration) yang diizinkan adalah CR < 0,15.


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai 4.1.1 Kondisi Geografis dan Topografis

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 3˚01’2,5” lintang Utara - 3˚46’33” Lintang Utara dan 98˚44’22” Bujur Timur - 99˚19’01” Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter diatas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 1.900,22 km², Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Simalungun

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara dan Kabupaten Simalungun

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis dimana kondidinya hampir sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk. Rata-rata temperatur udara perbulan minimum 23,8˚C dan maksimum 32, 1˚C dengan rata -rata kelembaban udara per bulan sekitar 83%.


(49)

4.1.2 Kondisi Demografis

Jumlah penduduk di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2013 berjumlah 605.583 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 303.963 jiwa dan perempuan 301.620 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2013 adalah sebesar 319 jiwa/km². kepadatan penduduk terbesar adalah di Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 913 jiwa/km², disusul Kecamatan Teluk Mengkudu 625 jiwa/km², Sei bamban 602 jiwa/km². Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Kotarih 104 jiwa/km², dan Kecamatan Bintang Bayu 113 jiwa/km².

4.1.3 Kondisi Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2013 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 meningkat 5,97 persen terhadap tahun 2012.

Pertumbuhan tersebut terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 7,73 persen, disusul oleh sektor bangunan 7,63 persen, sektor jasa-jasa 7,51 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 6,84 persen, sektor pertambangan dan penggalian 6,67 persen, sektor listrik, gas dan air bersih 6,59 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 6,25 persen dan sektor pertanian 5,19 persen. Pertumbuhan terendah terjadi pada sektor industri pengolahan yaitu


(50)

2013meningkat dari tahun 2012 yang sebelumnya sebesar Rp. 12.313,15 milyar menjadi Rp14.041,79 milyar.

Pada tahun 2013 angka PDRB per kapita Serdang Bedagai mencapai Rp. 23,25 juta dengan laju peningkatan sebesar 13,53 persen dibandingkan dengan PDRB per kapita tahun 2012 sebesar Rp. 20,48 juta. Meningkatnya pendapatan perkapita bisa disebabkan oleh dua hal, yang pertama adalah peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku atau menurunnya jumlah penduduk pertengahan tahun.

Potensi Ekonomi wilayah Kabupaten Serdang Bedagai semakin hari semakin berkembang sesuai dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap produk-produk yang dihasilkan terutama sektor pertanian, industri, perdagangan dan jasa, pariwisata dan sebagainya.Potensi-potensi ekonomi yang ada mempunyai jenjang/klas pemasaran yang berbeda-beda, mulai dari tingkat desa sampai regional.Pusat ekonomi dengan lingkup pelayanan lokal (desa/kecamatan) antara lain :

1. Kawasan Industri dan Perdagangan makanan Pasar Bengkel di Kecamatan Perbaungan.

2. Kawasan Perdagangan di Kecamatan Perbaungan.

3. Kawasan Pariwisata Theme Park di Kecamatan Pantai Cermin, Perbaungan, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan Bandar Khalipah.

4. Wisata Kuliner pada daerah-daerah pesisir pantai. 5. Jalan kawasan pesisir pantai dan jalan tol.


(51)

Pusat perbelanjaan tradisional di Kabupaten Serdang Bedagai lebih sering disebut sebagai pekan. Berikut nama-nama pekan yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai :

a. Pekan Tanjung Beringin b. Pekan Dolok Masihul c. Pekan Perbaungan d. Pekan Sei Rampah

Sarana transportasi di Kabupaten Serdang Bedagai terutama adalah mobil angkutan umum, untuk tranportasi keluar kota ada juga mobil angkutan antar kota dalam provinsi, seperti KUPJ, Prima Jaya, Rajawali dan lain-lain. Selain itu, kereta api juga bisa menjadi transportasi yang dapat menghubungkan Kabupaten serdang Bedagai dengan Kota Medan, Tebing Tinggi, Asahan dan Tanjung Balai.

Panjang jalan di seluruh Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2013 mencapai 1.434,750 km, setiap tahunnya baik prasarana jalan atau jembatan selalu mendapatkan prioritas untuk mendapatkan perbaikan dengan anggaran yang telah ditetapkan.

4.2 Profil Responden

Berdasarkan hasil tabulasi terhadap 30 responden yang menjadi sampel dalam peneltian ini didapat informasi bahwa responden berjenis kelamin pria lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin wanita dengan bobot masing-masing 67% dan 33%. Sedangkan responden yang paling banyak diwawancarai berusia 31-40 dan 41-50 tahun yang memiliki bobot nilai


(52)

masing-Serta yang berusia diatas 50 tahun hanya sebesar 3%.Sementara itu untuk tingkat pendidikan, pada umumnya responden tamatan D3/S1/S2 sebesar 56% dan selebihnya tamatan SMA/Sederajat sebesar 37%.Dan hanya 7% responden yang tamatan SMP/Sederajat.Untuk lebih jelasnya, karakteristik responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Pria 20 67

2 Wanita 10 33

Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 20 – 30 8 27

2 31 – 40 9 30

3 41 – 50 9 30

4 >50 4 13

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SMP/Sederajat 2 7

2 SMA/Sederajat 11 37

3 D3/S1/S2 17 56

Sumber : Data Primer Diolah

4.3 Pembobotan dan Pemeringkatan Faktor Daya Saing Ekonomi

Daya saing ekonomi daerah merupakan representasi dari dari kinerja indikator-indikator pembentuknya. Semakin baik kinerja indikator-indikator pembentuknya, maka akan semakin tinggi daya saing ekonomi suatu daerah. Sebaliknya, apabila kinerja indikator-indikator pembentuk daya saing ekonomi tersebut rendah, maka daya saing ekonomi daerah tersebut juga rendah.Untuk melihat daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai, maka terlebih dahulu


(53)

bobot dari masing-masing faktor tersebut.Pembobotan ini diperoleh dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Proccess (AHP) dengan bantuan

Software yaitu Expert Choice.

Pembobotan ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan faktor-faktor yang menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2014.Bobot yang lebih besar dari suatu faktor menunjukkan bahwa faktor tersebut lebih penting dibandingkan dengan faktor lainnya dalam menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai.Berikut ini hasil pembobotan dari faktor-faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


(54)

Gambar 4.1

Nilai Bobot dari Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai

Berdasarkan hasil dari penelitian diatas menunjukkan bahwa faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai adalah faktor infrastruktur yang memiliki bobot paling besar yakni sebesar 0,255.Kemudian diikuti oleh faktor perekonomian daerah sebesar 0,244 dan faktor tenaga kerja dan produktifitas dengan nilai bobot 0,208. Sedangkan faktor kelembagaan dengan bobot sebesar 0,168 dan faktor sosial politik sebesar 0,128, kedua faktor penentu ini lah yang menempati posisi keempat dan kelima untuk faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2014.


(55)

Melihat hasil pembobotan tersebut menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap faktor penentu daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2014 dipengaruhi oleh 3 faktor dengan nilai bobot terbesar, yakni faktor infrastruktur, faktor perekonomian daerah, dan faktor tenaga kerja dan produktifitas. Pentingnya faktor infrastruktur dikarenakan faktor tersebut menjadi alat ukur bagi berkembangannya kegiatan ekonomi disuatu daerah.Oleh Karena itu, hasil pembobotan ini memperlihatkan bahwa faktor non ekonomi, yakni infrastruktur menjadi faktor penentu utama daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai.Sedangkan faktor ekonomi sendiri, yaitu perekonomian daerah yang menempati posisi kedua dalam menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai.Berikut ini penjelasan faktor-faktor penentu daya saing Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan hasil pembobotan dan pemeringkatan tahun 2014.

4.3.1 Faktor Infrastruktur Fisik

Infrastruktur fisik merupakan faktor pendukung dalam kegiatan ekonomi.Jika kegiatan ekonomi semakin meningkat maka kebutuhan terhadap ketersediaan infrastruktur semakin meningkat sehingga dibutuhkan kesinambungan untuk terus menjaga ketersediaan dan kualitas infrastruktur fisik. Dari hasil pembobotan fakor infrastruktur fisik yang terdiri dari variabel ketersediaan infrastruktur dengan bobot 0,446 atau 45% dan variabel kualitas infrastruktur dengan bobot 0,554 atau 55%. menurut tanggapan responden bahwa variabel kualitas infrastruktur yang menempati posisi pertama kemudian diikuti oleh ketersediaan infrastruktur.


(56)

Gambar 4.2

Persentase bobot variabel faktor infrastruktur fisik

Hasil dari pembobotan dan pemeringkatan ini didukung oleh hasil wawancara terhadap responden yang menunjukkan bahwa 53% responden mengatakan kualitas jalan di Kabupaten Serdang Bedagai sudah membaik, sedangkan sekitar 37% masih kurang setuju dengan kualitas jalan yang semakin membaik. Selain itu, akses dan kualitas pelabuhan (Pelabuhan Pantai Cermin), dimana sebagiaan besar (53%) responden kurang setuju, dan hanya sekitar 20% responden setuju. Tanggapan responden terhadap akses dan kualitas pelabuhan udara, 40% responden setuju dengan hal tersebut dan sekitar 33% yang kurang setuju dengan hal tersebut.

Berdasarkan hasil analisis dan persepsi responden bahwa masyarakat menginginkan kualitas infrastruktur fisik yang baik.Selain itu, peningkatan ketersediaan infrastruktur fisik juga menjadi pendorong atau penentu untuk meningkatkan daya saing ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai untuk waktu mendatang.

Ketersediaan Infrastruktur

Fisik 45% Kualitas

Infrastruktur Fisik 55%


(57)

4.3.2 Faktor Perekonomian Daerah

Perekonomian daerah adalah indikator dari variabel potensi ekonomi dan struktur ekonomi yang menjadi faktor penetu daya saing di suatu daerah. Faktor perokonmian daerah memiliki nilai bobot tertinggi kedua setelah faktor infrastruktur fisik sebesar 0, 244 yang terdiri dari 2 variabel yaitu, variabel potensi ekonomi dan variabel struktur ekonomi yang memiliki masing-masing nilai bobot sebesar 0,526 atau 53% dan 0,474 atau 47%. Persentase bobot dari perekonomian daerah dapat dilihat dari diagram dibawah ini.

Gambar 4.3

Persentase bobot variabel faktor perekonomian daerah

Dari tanggapan responden, variabel potensi ekonomi dianggap lebih penting dan menjadi prioritas dalam indikator perekonomian daerah dalam menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai.

Dari hasil wawancara persepsi masyarakat dalam variabel potensi ekonomi, 50% responden menyatakan setuju bahwa tingkat daya beli masyarakat cenderung

Potensi Ekonomi

53% Struktur

Ekonomi 47%


(58)

responden menyatakan kurang setuju, bahwa tingkat daya beli masyarakat cenderung semakin meningkat. Selanjutnya untuk perkembangan kondisi ekonomi yang semakin membaik, 57% responden menyatakan setuju dan 10% responden menyatakan sangat setuju, dan 33% responden menyatakan kurang setuju bahwa perkembangan kondisi ekonomi semakin membaik. Kemudian, 46% responden setuju dan bahkan 10% responden sangat setuju bahwa kondisi harga-harga barang dan jasa relatif stabil dan terjangkau, dan ada juga sekitar 40% responden yang kurang setuju dengan hal tersebut. Selanjutnya untuk tingkat kesejahteraan masyarakat yang cenderung semakin membaik, 57% responden setuju bahkan 10% responden sangat setuju tetapi, 33% responden kurang setuju bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung semakin membaik.

Dalam variabel struktur ekonomi, 70% responden menyatakan setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi sektor primer semakin meningkat. 23% responden menyatakan kurang setuju, dan 3% responden menyatakan sangat setuju dan 3% untuk responden yang tidak setuju. Selanjutnya, 66% responden setuju dan 10% responden sangat setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi sektor sekunder semakin meningkat, lain halnya 23% responden menyatakan kurang setuju.Kemudian, 53% responden setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi sektor tersier semakin meningkat. 37% responden menyatakan kurang setuju ada juga sekitar 3% responden tidak setuju, dan 7% responden sangat setuju bahwa nilai tambah atau kontribusi sektor tersier semakin meningkat.

Berdasarkan hasil analisis dan wawacara persepsi para responden, variabel struktur ekonomi dapat dikatakan semakin membaik, dan nilai tambah atau


(59)

kontribusi sektor primer, sekunder, dan tersier cenderung semakin meningkat.Sama halnya dengan struktur ekonomi, potensi ekonomi juga mengalami peningkatan.Teatapi, pemerintah juga harus tetap memperhatikan kedua hal tersebut sebagai variabel dari indicator penentu daya saing di Kabupaten Serdang Bedagai.

4.3.3 Faktor Tenaga Kerja dan Produktifitas

Tenaga kerja merupakan indikator yang penting dalam meningkatkan daya saing ekonomi suatu daerah. Tenaga kerja yang berkualitas akan meningkatkan daya saing ekonomi suatu daerah. Faktor tenaga kerja dan produktivitas terdiri dari 3 variabel, yaitu biaya tenaga kerja, ketersediaan tenaga kerja, dan produktivitas tenaga kerja.

Variabel produktifitas tenaga kerja memiliki bobot sebesar 0,369 atau 37% dari keseluruhan bobot faktor tenaga kerja dan produktivitas.Variabel ketersediaan tenaga kerja memiliki bobot sebesar 0,357 atau 36%.Dan variabel biaya tenaga kerja memiliki bobot sebesar 0,274 atau 27% dari keseluruhan bobot faktor tenaga kerja dan produktivitas.Persentase bobot dari masing-masing variabel dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


(60)

Gambar 4.4

Persentase Bobot Variabel Faktor Tenaga Kerja dan Produktivitas

Menurut tanggapan responden, variabel produktivitas tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja menjadi prioritas dalam faktor tenaga kerja dan produktivitas.Kedua variabel tersebut dianggap sangat penting dalam menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Serang Bedagai dari faktor tenaga kerja dan produktivitas.

Dari hasil wawancara persepsi masyarakat dalam variabel tenaga kerja, 53% responden menyatakan setuju terhadap besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan ketentuan UMK.Sekitar 47% responden kurang setuju. Sebaliknya tentang besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat, 70% responden menyatakan kurang setuju bahwa besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat dan hanya 30% responden setuju. Dalam variabel ketersediaan tenaga kerja, untuk pernyataan jumlah angkatan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, hanya 33% responden setuju terhadap pernyataan tersebut dan sekitar 63% responden menyatakan kurang setuju, dan 3% responden menyatakan tidak setuju bahwa jumlah angkatan kerja sesuai

Biaya Tenaga

Kerja 27%

Ketersediaan Tenaga Kerja

36% Produktivitas Tenaga Kerja


(61)

dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Kemudian untuk tingkat pendidikan angkatan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, 70% responden menyatakan kurang setuju dan 3% responden tidak setuju, hanya 27% responden menyatakan setuju.

Dalam variabel produktivitas tenaga kerja, 57% responden setuju bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja yang ada relatif tinggi.Namun, 40% responden menyatakan kurang setuju sisanya 3% responden tidak setuju kalau tingkat produktivitas tenaga kerja yang ada relatif tinggi. Kemudian untuk tingkat produktivitas tenaga kerja sesuai dengan besarnya upah yang ada, 46% responden menyatakan setuju dan 30% responden yang menyatakan kurang setuju bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja sesuai dengan besarnya upah yang ada.

Berdasarkan analisis dan persepsi dari responden, produktivitas tenaga kerja diharapkan untuk lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai.Tingkat pendidikan di Kabupaten Serdang Bedagai juga menjadi tugas utama pemerintah agar meningkatkan kualitas dari angkatan kerja yang nantinya mampu memenuhi pasar tenaga kerja dan mengurangi jumlah pengangguran di Kabupaten Serdang Bedagai.

4.3.4 Faktor Kelembagaan

Faktor kelembagaan terdiri dari empat variabel, yaitu variabel kepastian hukum, variabel pembiayaan pembangunan (keuangan daerah), variabel aparatur, dan variabel peraturan daerah.seluruh variabel-variabel dalam faktor kelembagaan berada dibawah kendali pemerintah derah.


(62)

Variabel aparatur memiliki bobot sebesar 0,287 atau 29% dari keseluruhan bobot faktor kelembagaan.Variabel peraturan daerah memiliki bobot sebesar 0,274 atau 27% dari keseluruhan bobot faktor kelembagaan.Variabel kepastian hukum memiliki bobot sebesar 0,262 atau 26% dari keseluruhan bobot faktor kelembagaan.Dan variabel pembiayaan pembangunan memiliki bobot sebesar 0,177 atau 18% dari keseluruhan bobot faktor kelembagaan.Persentase dari masing-masing variabel faktor kelembagaan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.5

Persentase Bobot Variabel faktor Kelembagaan

Variabel aparatur menjadi variabel yang paling penting dalam menentukan daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai.Diikuti dengan variabel peraturan daerah, kemudian variabel kepastian hukum, dan terakhir variabel pembiayaan pembangunan.Hasil wawancara persepsi masyarakat dalam variabel kepastian hukum, 73% responden menyatakan setuju bahwa konsistensi peraturan

Kepastian Hukum

26%

Pembiayaan Pembangunan

18% Aparatur

29% Peraturan

Daerah 27%


(63)

dan sebesar 3% responden menyatakan sangat setuju bahwa konsistensi perauran yang mengatur kegiatan usaha sudah berjalan baik.Selanjutnya, 80% responden setuju bahwa penegakan hukum dalam kaitannya dengan dunia usaha sudah baik.17% responden menyatakan kurang setuju, dan 3% responden sangat setuju bahwa penegakan hukum dalam kaitannya dengan dunia usaha sudah baik. Kemudian 60% responden setuju bahwa pungli diluar birokrasi terhadap kegiatan usaha semakin berkurang, 30% responden menyatakan kurang setuju, 7% responden tidak setuju, dan 3% responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa pungli diluar birokrasi terhadap kegiatan usaha semakin berkurang.

Dalam variabel keuangan daerah, 43% responden setuju bahwa jumlah APBD yang ada sekarang telah sesuai dengan kebutuhan. Namun, 40% responden menyatan kurang setuju, 13% responden menyatakan tidak setuju, dan 3% responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa jumlah APBD yang ada sekarang telah sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya untuk realisasi APBD yang telah sesuai dengan rencana program dan anggaran 60% responden menyatakan setuju dengan hal ini.30% responden kurang setuju, dan 3% responden menyatakan sangat tidak setuju.Kemudian 60% responden menyatakan setuju bahwa tingkat penyimpangan dalam penggunaan APBD relatif rendah. 30% responden kurang setuju, 3% responden tidak setuju, dan 3% responden menyatakan sangat tidak setuju bahwa tingkat penyimpangan dalam penggunaan APBD relatif rendah.


(1)

No

Item-Item Pertanyaan

Skala Likert

1 2 3 4 5

Kelembagaan

A. Variabel Kepastian Hukum

1 Menurut B/I/S, konsistensi peraturan yang mengatur kegiatan usaha

sudah berjalan baik. 1 2 3 4 5

2 Menurut B/I/S, penegakan hukum dalam kaitannya dengan dunia

usaha sudah baik. 1 2 3 4 5

3 Menurut B/I/S, pungli diluar birokrasi terhadap kegiatan usaha

semakin berkurang. 1 2 3 4 5

B. Variabel Keuangan Daerah

4 Menurut B/I/S, jumlah APBD yang ada sekarang ini telah sesuai

dengan kebutuhan. 1 2 3 4 5

5 Menurut B/I/S, realisasi APBD sesuai dengan rencana program dan

anggaran. 1 2 3 4 5

6 Menurut B/I/S, tingkat penyimpangan dalam penggunaan APBD

relatif rendah. 1 2 3 4 5

C. Variabel Aparatur dan Pelayanan

7 Menurut B/I/S, birokrasi pelayanan terhadap dunia usaha semakin

baik. 1 2 3 4 5

8 Menurut B/I/S, penyalagunaan wewenang oleh aparatur semakin

berkurang. 1 2 3 4 5

9 Menurut B/I/S, struktur pungutan oleh pemerintah daerah terhadap

dunia usaha sudah sesuai. 1 2 3 4 5

D. Variabel Peraturan Daerah

10 Menurut B/I/S, peraturan produk hukum daerah berupa pajak dan

retribusi sudah mendukung kegiatan dunia usaha. 1 2 3 4 5

11 Menurut B/I/S, implementasi Perda sudah sesuai dengan yang

ditetapkan. 1 2 3 4 5

Sosial Politik

A. Variabel Stabilitas Politik

12 Menurut B/I/S, potensi konflik di masyarakat semakin menurun dan

dapat dideteksi. 1 2 3 4 5

13 Menurut B/I/S, intensitas unjuk rasa yang ada diwilayah ini semakin

menurun. 1 2 3 4 5

14 Menurut B/I/S, hubungan antara eksekutif dan legislatif semakin

baik. 1 2 3 4 5

B. Variabel Keamanan

15 Menurut B/I/S, gangguan keamanan terhadap aktivitas dunia usaha

semakin menurun. 1 2 3 4 5

16 Menurut B/I/S, gangguan keamanan terhadap masyarakat

dilingkungan sekitar tempat kegiatan usaha semakin menurun. 1 2 3 4 5

17 Menurut B/I/S, kecepatan aparat dalam menanggulangi gangguan

keamanan semakin baik. 1 2 3 4 5

C. Variabel Budaya Masyarakat

18 Menurut B/I/S, Partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam


(2)

19 Menurut B/I/S, keterbukaan masyarakat terhadap dunia usaha

semakin baik. 1 2 3 4 5

20 Menurut B/I/S, perilaku masyarakat terhadap diskriminasi semakin

menurun. 1 2 3 4 5

21 Menurut B/I/S, adat istiadat masyarakat daerah semakin

mendukung kegiatan dunia usaha. 1 2 3 4 5

22 Menurut B/I/S, etos kerja masyarakat daerah semakin meningkat 1 2 3 4 5

Perekonomian Daerah

A. Variabel Potensi Ekonomi

23 Menurut B/I/S, tingkat daya beli masyarakat cenderung semakin

meningkat. 1 2 3 4 5

24 Menurut B/I/S, perkembangan kondisi ekonomi semakin membaik. 1 2 3 4 5

25 Menurut B/I/S, kondisi harga-harga barang dan jasa relatif stabil dan

terjangkau. 1 2 3 4 5

26 Menurut B/I/S, tingkat kesejahteraan masyarakat cenderung

semakin membaik. 1 2 3 4 5

B. Variabel Struktur Ekonomi

27 Menurut B/I/S, nilai tambah atau kontribusi sektor primer semakin

meningkat. 1 2 3 4 5

28 Menurut B/I/S, nilai tambah atau kontribusi sektor sekunder

semakin meningkat. 1 2 3 4 5

29 Menurut B/I/S, nilai tambah atau kontribusi sektor tersier semakin

meningkat. 1 2 3 4 5

Tenaga Kerja dan Produktivitas

A. Variabel Biaya Tenaga Kerja

30 Menurut B/I/S, besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan ketentuan

UMK. 1 2 3 4 5

31 Menurut B/I/S, besarnya upah tenaga kerja sesuai dengan

kebutuhan hidup masyarakat. 1 2 3 4 5

B. Variabel Ketersediaan Tenaga Kerja

32 Menurut B/I/S, jumlah angkatan kerja sesuai dengan kebutuhan

pasar tenaga kerja. 1 2 3 4 5

33 Menurut B/I/S, tingkat pendidikan angkatan kerja sesuai dengan

kebutuhan pasar tenaga kerja. 1 2 3 4 5

C. Variabel Produktivitas Tenaga Kerja

34 Menurut B/I/S, tingkat produktivitas tenaga kerja yang ada relatif

tinggi. 1 2 3 4 5

35 Menurut B/I/S, tingkat produktivitas tenaga kerja sesuai dengan

besarnya upah yang ada. 1 2 3 4 5

Infrastruktur Fisik

A. Variabel Ketersediaan Infrastruktur Fisik

36 Menurut B/I/S, ketersediaan jalan sudah memadai. 1 2 3 4 5 37 Menurut B/I/S, ketersediaan pelabuhan laut sudah memadai. 1 2 3 4 5 38 Menurut B/I/S, ketersediaan pelabuhan udara sudah memadai. 1 2 3 4 5 39 Menurut B/I/S, ketersediaan saluran telepon sudah memadai. 1 2 3 4 5


(3)

B. Variabel Kualitas Infrastruktur Fisik

40 Menurut B/I/S, kualitas jalan sudah baik. 1 2 3 4 5 41 Menurut B/I/S, akses dan kualitas pelabuhan laut sudah baik. 1 2 3 4 5 42 Menurut B/I/S, akses dan kualitas pelabuhan udara sudah baik. 1 2 3 4 5 43 Menurut B/I/S, kualitas saluran dan sambungan telepon sudah baik. 1 2 3 4 5


(4)

LAMPIRAN II

1 2 3 4 5 6 7

NO Nama Responden Badan

Usaha Lainnya

Bidang

Usaha Lainnya Alamat Usaha JK USIA PENDIDIKAN Lainnya

1 Muhammad Yazid Pegawai Bank Jasa-Jasa

Jl. Jend. Sudirman Komplek Ruko A1-A2 Desa. Sei Rampah Kec.Sei

Rampah

Laki-laki 27 s1

2 Ilham Nst Pegawai Bank Jasa-Jasa

Jl. Protokol Desa Bengkel Kec.

Perbaungan Laki-laki 26 s1

3 Cherry Pegawai Bank Jasa-Jasa Komplek ABC Desa Sei Rampah Kec.

Sei Rampah Laki-laki 35 s1

4 Mustakim Tokoh

Masyarakat

Desa Mangga Dua Kec.Tanjung

Beringin Laki-laki 40 SMA

5 Ir. Kusuma Wijaya Tokoh

Masyarakat

Desa Mangga Dua Kec.Tanjung

Beringin Laki-laki 51 s1

6 Johari Tokoh

Masyarakat

Desa Mangga Dua Kec.Tanjung

Beringin Laki-laki 40 SMP

7 Jamak Sari

Tokoh Masyarakat

Jl.Protokoldusun I Desa Bengkel

Kec.Perbaungan Laki-laki 38 SMA

8 Junaidi, SP. M.si Birokrat Jl. Negara No. 300 Desa Firdaus

Kec. Sei Rampah Laki-laki 48 s2

9 Rahman STTP Birokrat Jl. Negara Desa Firdaus Kec. Sei


(5)

10 Lucia Erna

Widyastuti Birokrat

Jl. Negara Komplek DPRD Desa

Firdaus Kec.Sei Rampah Perempuan 34 S1

11 Lenni Birokrat Jl. Negara Komplek DPRD Desa

Firdaus Kec.Sei Rampah Perempuan 38 s2

12 Rudiansyah Mahasiswa Jl. Stasiun No.5 Desa Bengkel Kec.

Perbaungan Laki-laki 20 Mahasiswa

13 Zahratun Khairani Mahasiswa Jl. Stasiun No.5 Desa Bengkel Kec.

Perbaungan Perempuan 22 Mahasiswa

14 Siti Nurlailil Mahasiswa Jl. Stasiun No.5 Desa Bengkel Kec.

Perbaungan

Perempuan 20 Mahasiswa

15 Meyla PT Jasa-Jasa Desa Naga Kisar Kec. Pantai Cermin Perempuan 37 S1

16 Rusyanto PT Perkebunan Desa Matapao Kec. Teluk

Mengkudu Laki-laki 48 S1

17 Yatno CV Perdagangan Jl. Medan-Tebing Desa Kampung

Pon Kec. Sei Bamban Laki-laki 40 SMA

18 Sudirman CV Perdagangan Jl. Protokol Desa Sei Bamban

Kec.Sei Bamban Laki-laki 43 SMA

19 Tri UD Perdagangan Jl. Besar Kampung Pon Desa

Kampung Pon Kec. Sei Rampah Laki-laki 39 SMP

20 Warsito UD Pertanian Desa Mangga Dua Kec.Tanjung

Beringin

Laki-laki 50 SMA

21 Sukirno, SP UD Pertanian Desa Mangga Dua Kec.Tanjung


(6)

22 Epriandi Toko Perdagangan Jl. Jend. Sudirman No. 89 Desa. Sei

Rampah Kec.Sei Rampah Laki-laki 44 SMA

23 Surwano Toko Perdagangan Jl. Medan-Tebing Desa Sei Bamban

Kec. Sei Bamban Laki-laki 43 SMA 24 Erwinsyah Lubis Toko Perdagangan Jl. Protokol Desa Bengkel Kec.

Perbaungan Laki-laki 41 SMA

25 Jumiati, S.pd Guru Jl. Meyjend. H. T. Rizal Nurdin Desa

Batang Terap Perbaungan Perempuan 51 s1

26 Lahmudin SE MM Dosen Jl. Stasiun No.5 Desa Bengkel Kec.

Perbaungan

Laki-laki 53 s2

27 Maryam SE M.si Dosen Jl. Stasiun No.5 Desa Bengkel Kec.

Perbaungan Perempuan 47 S2

28 Ir. Harumadiba Non Bank Jasa-Jasa Komplek ABC Desa Sei Rampah Kec.

Sei Rampah Perempuan 51 s1

29 Mariana Non Bank Jasa-Jasa Jl. Jend. Sudirman No. 82 Desa. Sei

Rampah Kec.Sei Rampah Perempuan 28 s1

30 tami Non Bank Jasa-Jasa Komplek ABC Desa Sei Rampah Kec.