21
3.5 Tempat dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kabupaten Serdang Bedagai provinsi Sumatera Utara, Indonesia.Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu satu bulan.
3.6 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Jenis Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka jenis data yang digunakan adalah :
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak pertama yang menjadi objek penelitian.Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari
wawancara dan juga pengisian kuisioner terhadap kelompok masyarakat yang dijadikan sampel.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi secara
resmi, buku-buku, majalah-majalah serta laporan lain yang berhubungan dengan penelitian.
3.6.2 Metode Pengumpulan Data
Sedangkan metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1.
Kuisioner
Para penduduk yang menjadi responden atau sampel dalam penelitian ini diberikan lembaran kuisioner. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari
Universitas Sumatera Utara
22
kelompok masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan kepada kelompok masyarakat yang menjadi sampel adalah untuk menggali informasi yang lebih mendalam mengenai saran
atau keluhan masyarakat secara langsung terhadap faktor-faktor penentu daya saing ekonomi kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2014.
3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam menganalisis daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2014 meliputi analisis deskriptif dan
Analytical Hierarchy Process AHP. Secara jelasnya, metode yang digunakan
antara lain sebagai berikut: 1.
Analisis Deskriptif
Analisis ini memberikan gambaran tentang karakteristik tertentu dari data yang telah dikumpulkan. Data tersebut akan dianalisis sehingga menghasilkan
gambaran mengenai persepsi masyarakat terhadap faktor-faktor penentu daya saing ekonomi kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014.
Analisis data disajikan dalam bentuk tabulasi, gambar chart dan diagram.Prioritas alternatif terbaik dari total rangking yang diperoleh merupakan
rangking yang dicari dalam Analytical Hierarchy ProcessAHP ini.Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytic Hierarchy ProcessAHP ada
beberapa prinsip dasar yang harus dipahami.
Universitas Sumatera Utara
23
2. Analytical Hierarchy Process AHP
Analisis ini digunakan untuk memberikan nilai bobot setiap faktor dan variabel dalam menghitung faktor-faktor penentu daya saing ekonomi
kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014. Proses pemberian bobot indikator dan sub-indikator variabel dilakukan dengan menggunakan
Analitical Hierarchy Process AHP melalui kuisioner untuk kelompok masyarakat yang sudah ditentukan sebelumnya dari berbagai latar belakang
disiplin ilmu.
Metode Analytical Hierrchy ProcessAHP awalnya dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School sekitar tahun 1970.Metode ini
digunakan untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan.Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang
senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif.Disini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang
telah dilakukan.Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai
jenjang maupun kepentingan. Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang
digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinu.Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari
ukuran aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan
secara efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses
Universitas Sumatera Utara
24
pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian- bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi
nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana
yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Analytical Hierarchy ProcessAHP dapat menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagiannya, serta
menjadikan variabel dalam suatu hirarki tingkatan. Masalah yang kompleks dapat diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak
multikriteria, struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta
ketidakakuratan data yang tersedia. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan
menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan dengan hasil yang menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau
prioritas.Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan
yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.Selain itu
AHP juga memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di dalam dan di luar kelompok elemen
strukturnya.
Universitas Sumatera Utara
25
Analytical Hierarchy Process AHP mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari:
1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan
berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan.Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1k kali lebih penting
dari A. 2.
Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan
bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.
3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan complete
hierarchy walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna incomplete hierarchy.
4. Expectation, yang berarti menonjolkon penilaian yang bersifat ekspektasi dan
preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.
Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan pada langkah-langkah berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan kriteria–kriteria dan alternaif–alternatif pilihan yang ingin di rangking.
Universitas Sumatera Utara
26
3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing–masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan
pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam
matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom. 5.
Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data preferensi perlu diulangi. Nilai eigen
vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung eigen vectordari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai
eigen vectormerupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis pilihan dalam penentuan prioritas elemen–elemen pada tingkat hirarki
terendah sampai pencapaian tujuan. 8.
Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR 0,15 maka penilaian harus diulang kembali.
Rasio Konsistensi CR merupakan batas ketidakkonsistenan inconsistency yang ditetapkan Saaty.Rasio Konsistensi CR dirumuskan sebagai perbandingan
indeks konsistensi RI. Angka pembanding pada perbandingan berpasangan adalah skala 1 sampai 9, dimana:
Universitas Sumatera Utara
27
- Skala 1 = setara antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang
lainnya -
Skala 3 = kategori sedang dibandingkan dengan kepentingan lainnya -
Skala 7 = kategori amat kuat dibandingkan dengan kepentingan lainnya -
Skala 9 = kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan Prioritas alternatif terbaik dari total rangking yang diperoleh merupakan
rangking yang dicari dalam Analytical Hierarchy Process AHP ini. Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytic Hierarchy Process AHP ada
beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain sebagai berikut Saaty, 1990 :
a. Decomposition
Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami kalau sistem tersebut dipecah menjadi berbagai elemen pokok, kemudian elemen-elemen tersebut
disusun secara hirarkis. Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang
terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu
sistem dengan suatu struktur tertentu. Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem yang
dicari solusi masalahnya.Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.Suatu hirarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen yang
tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa elemen homogen.Sebuah elemen menjadi kriteria dan patokan bagi elemen-
Universitas Sumatera Utara
28
elemen yang berada di bawahnya.Dalam menyusun suatu hirarki tidak terdapat suatu pedoman tertentu yang harus diikuti.Hirarki tersebut tergantung pada
kemampuan penyusun dalam memahami permasalahan. Namun tetap harus bersumber pada jenis keputusan yang akan diambil.
Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk sesuai dengan tujuan permasalahan, maka kriteria-kriteria tersebut harus memiliki sifat-sifat
berikut: 1.
Minimum Jumlah kriteria diusahakan optimal untuk memudahkan analisis.
2. Independen
Setiap kriteria tidak saling tumpang tindih dan harus dihindarkan pengulangan kriteria untuk suatu maksud yang sama.
3. Lengkap
Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam permasalahan. 4.
Operasional Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dan dapat dikomunikasikan.
b. Comparative Judgment
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan criteria di atasnya. Penilaian
ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh dalam menentukan prioritas dari elemen-elemen yang ada sebagai dasar pengambilan keputusan.
Universitas Sumatera Utara
29
Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison.
Yang pertama dilakukan dalam menentapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu pengambilan keputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan,
yaitu membandingkan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki.Dalam perbandingan
berpasangan ini, bentuk yang lebih disukai adalah matriks, karena matriks merupakan alat yang sederhana yang biasa dipakai, serta memberi kerangka untuk
menguji konsistensi.Rancangan matrik ini mencerminkan dua segi prioritas yaitu, mendominasi dan didominasi.
Misalkan terdapat suatu sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n alternatif dibawahnya, A
i
sampai A
n
. Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n
× n, seperti pada tabel 2 dibawah ini:
Tabel 3.2 Matriks perbandingan berpasangan
C A
1
A
2
A
3
….. A
n
A
1
A
2
A
3
….. A
n
a
11
a
21
a
31
….. a
n1
a
12
a
22
a
32
….. a
n2
a
13
a
23
a
33
….. a
n3
… …
… …
… a
1n
a
2n
a
3n
….. a
nn
Nilai a
11
adalah nilai perbandingan elemen A
1
baris terhadap A
1
kolom yang menyatakan hubungan:
a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A
1
baris terhadap kriteria C dibandingkan dengan A
1
kolom atau
Universitas Sumatera Utara
30
b. Seberapa jauh dominasi A
1
baris terhadap A
1
kolom atau c.
Seberapa banyak sifat kriteria C terhadap A
1
baris dibandingkan dengan A
1
kolom. Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari
skala perbandingan yang disebut Saaty pada tabel 4. Apabila bobot kriteria A
i
adalah Wi dan bobot elemen Wj maka skala dasar 1-9 yang disusun Saaty mewakili perbandingan WiWj1. Angka-angka absolute pada skala tersebut
merupakan pendekatan yang amat baik terhadap perbandingan bobot elemen A
i
terhadap elemen A
j
.
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 3.3 Skala penilaian perbandingan
Skala tingkat kepentingan
Definisi Keterangan
1 Sama pentingnya
Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama
3 Sedikit lebih penting
Pengalaman dan penilaian sedikit memihat satu elemen dibandingkan
dengan pasangannya
5 Lebih penting
Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan
dengan pasangannya
7 Sangat penting
Satu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata
dibandingkan dengan elemen pasangannya
9 Mutlak lebih penting
Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai dibandingkan dengan
pasangannya, pada tingkat keyakinan yang tertinggi
2,4,6,8 Nilai tengah
Diberikan bila terdapat keraguan penilaian antara dua penilaian yang
berdekatan
Kebalikan A
ij
= 1A
ji
Bila aktivitas i memperoleh suatu angka bila dibandingkan dengan
aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan i
Sumber: Thomas L. Saaty 1991
Universitas Sumatera Utara
32
Thomas L. Saaty menyusun angka-angka absolute sebagai skala penilaian berdasarkan kemampuan manusia untuk menilai secara kualitatif, yaitu melalui
ungkapan sama, lemah, amat kuat, dan absolute atau ekstrim. Penilaian yang dilakukan oleh banyak partisipan akan menghasilkan pendapat yang berbeda satu
sama lain. AHP hanya memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan. Jadi semua jawaban dari partisipan harus dirata-ratakan.Dalam hal ini Saaty
memberikan metode perataan dengan rata-rata geometric atau geometric mean. Rata-rata geometric dipakai karena bilangan yang dirata-ratakan adalah deret
bilangan yang sifatnya rasio dan dapat mengurangi gangguan yang ditimbulkan salah satu bilangan yang terlalu besar atau terlalu kecil.
Teori rata-rata geometric menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan yang melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban atau nilai
numerik untuk setiap pasangan. Untuk mendapatkan nilai tertentu dari semua nilai tersebut, masing-masing nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil
perkalian itu dipangkatkan dengan 1n. Secara sistematis dituliskan sebagai berikut :
a
ij
= z
1
. z
2
. z
3
. …. z
n 1n
dengan: a
ij
= Nilai rata-rata perbandingan berpasangan kriteria A
i
dengan A
j
untuk n partisipan. Z
i
= Nilai perbandingan antara A
1
dengan A
i
untuk partisipan i, dengan nilai i = 1, 2, 3, …, n n =
Jumlah partisipan
c. Synthesis of Priority