Pembuatan material selulosa bakteri S+gliserol G
Membran kitosan 2 diduga memberikan aktivitas antimikroba dan menghasilkan zona hambat terhadap bakteri S. aureus
Gambar 9. Membran kitosan
E. Pembuatan material selulosa bakteri S+gliserol G
Hasil dari limbah cair ketela pohon diproses lagi untuk membuat membran selulosa bakteri. Pada tahap ini, perlu dilakukan penambahan gula dan urea ke
dalam larutan limbah cair. Alasan perlu dilakukan penambahan gula pasir dan urea karena sebagai sumber nutrisi tambahan bagi kehidupan bakteri Acetobacter
xylinum . Gula pasir digunakan sebagai sumber karbon sedangkan urea digunakan
sebagai sumber nitrogen bagi Acetobacter xylinum. Sumber karbon penting bagi bakteri karena digunakan oleh bakteri untuk proses metabolisme dari bakteri
tersebut sedangkan nitrogen merupakan komponen utama penyusun protein yang digunakan untuk metabolisme sel Chawla et. al, 2009.
Pada tahap ini dilakukan penambahan gliserol sebanyak 0,5 g untuk 100 mL limbah cair ketela pohon. Dilakukan pada saat pelarutan campuran gula dan
urea dalam limbah cair. Penambahan gliserol sebanyak 0,5 g ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Pardosi 2008 yang menemukan bahwa dengan
pemberian 0,5 g gliserol ini sudah mampu memberikan peningkatan sifat mekanik dari selulosa bakteri.
Tanaka, Iwata, Sanguandekul, Handa, Ishizaki, 2001 melaporkan adanya pengaruh penambahan gliserol sebagai plasticizer terhadap fungsi ikatan dalam
rantai – rantai polimer, yaitu berupa peningkatan mobilitas, fleksibilitas, dan
elastisitas material. Gliserol dipilih sebagai plasticizer karena bahan ini bersifat biokompatibel terhadap sistem vaskular, ramah lingkungan, mudah mengalami
degradasi dalam suasana aerob dan dapat menurunkan degradasi termal material seperti yang dilaporkan Carvalho, Zambon, Curvelo, Gandini, 2003.
Larutan didinginkan dan dituang pada nampan yang sudah ditutup koran sebagian. Ditunggu beberapa saat hingga dingin, kemudian masukkan 25 mL A.
xylinum per 100 mL limbah cair. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
membran selulosa adalah kondisi lingkungan tumbuh dari bakteri Acetobacter xylinum
. Dikarenakan bakteri ini hanya bisa tumbuh pada pH asam, dengan range pH 4-5. Untuk mendapatkan pH 4-5 maka setelah ditambahkan bakteri perlu
adanya pengecekan pH, bila belum mencapai pH 4-5, maka perlu ditambahkan asam asetat hingga mencapai pH yang diinginkan.
Bila kondisi lingkungan bakteri baik untuk pertumbuhan bakteri, maka bakteri akan dapat memetabolisme glukosa menjadi selulosa, sehingga didapatkan
membran selulosa, bila bakteri tidak tumbuh, maka tidak akan terbentuk membran, melainkan masih dalam bentuk cair.
Kemudian tutup rapat nampan dengan koran yang direkatkan selotip. Inkubasikan selama 7-14 hari. Lapisan pelikel SG akan terbentuk pada hari
ketujuh, namun akan terlihat sempurna dan lebih kuat pada hari ke 10. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan Gama 2012 bahwa pertumbuhan kultur
Acetobacter xylinum optimum membentuk lapisan pelikel selama periode 7
– 14 hari inkubasi. Gambar 10 menunjukkan terbentuknya lapisan pelikel setelah 10
hari inkubasi dengan tekstur lembut, berwarna putih, kenyal, dan elastis yang kemudian akan dicuci.
Pelikel ini dicuci beberapa kali dengan aquadest, air panas, direndam dalam larutan NaOH 3 selama 48 jam serta HCl 3 selama 15 menit lalu dicuci
kembali dengan aquadest. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Chawla et. al. Menurut Chawla et. al. 2009 setelah pelikel selulosa bakteri
terbentuk, dilakukan proses purifikasi dengan mencuci pelikel tersebut dengan aquadest, air panas, larutan NaOH 3 selama 48 jam serta HCl 3 selama 15
menit.
Gambar 10. Lapisan pelikel membran selulosa+gliserol Setelah melewati proses pencucian, SG kemudian dikeringkan dengan
menjemur dibawah kain hitam selama ± 14 hari. Pada proses pengeringan, pelikel akan mengalami penyusutan kandungan air.
Gambar 11. Selulosa bakteri+gliserol SG Gambar 11 menunjukkan hasil dari pengeringan dapat membentuk
membran selulosa bakteri+gliserol SG yang elastis dan tipis berwarna kuning kecoklataan. Selulosa bakteri dengan penambahan gliserol SG digunakan
sebagai kontrol negatif. Diduga bahwa membran selulosa bakteri+gliserol SG tidak memberikan aktivitas antimikroba pada bakteri Staphylococcus aureus.
Gambar 12. Bagan Biosintesis Selulosa Czaja et al, 2006
Menurut Holmes 2004 jalur biosintesis meliputi fosforilasi glukosa menggunakan enzim glukokinase, isomerisasi glukosa-6-fosfat menjadi glukosa-
Glukosa-1-fosfat Glukosa-6-fosfat
Glukosa Glukosa-6-fosfat
Fruktosa Asam Fosfoglukonat
Fruktosa-1-fosfat Fruktosa-6-fosfat
Siklus TCA UDP-Glukosa
Selulosa
1-fosfat oleh enzim fosfoglukomutase, sintesis UDP-glukosa oleh enzim UDPG- pirofosforilase, dan sintesis selulosa oleh enzim selulosa sintase. Jalur biosintesis
dapat ditunjukkan melalui bagan berikut. Gambar 12 menunjukkan bahwa glukosa dan fruktosa diperlukan sebagai
prekursor pembentukan selulosa sekaligus sebagai sumber karbon bagi metabolisme bakteri. Glukosa dan fruktosa merupakan hasil hidrolisis dari
sukrosa. C
12
H
22
O
11
+ 2H
2
O C
6
H
12
O
6
+ C
6
H
12
O
6
Sukrosa Glukosa
Fruktosa
F. Pembuatan material selulosa bakteri S + gliserol G + kitosan K