40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik struktur morfologi dan gugus fungsi serta untuk mengetahui aktivitas antimikroba
biomaterial selulosa bakteri terhadap Staphylococcus aureus dari limbah ketela pohon yang sudah ditambahkan kitosan. Aktivitas antimikroba tampak dari zona
hambat yang terbentuk.
A. Hasil determinasi tanaman
Determinasi merupakan langkah penting dalam penelitian bila menggunakan tanaman sebagai sampel penelitian, agar diketahui kebenaran
identitas tanaman yang digunakan. Determinasi tanaman juga menghindarkan peneliti agar tidak salah dalam pengambilan sampel.
Determinasi dilakukan dengan bantuan seorang determinator. Determinasi tanaman ketela pohon dengan tangkai daun berwarna kemerahan, dan daun
berwarna hijau dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi USD dengan berdasarkan acuan Herbarium Manihot utilissima Pohl.
Umbi yang digunakan memiliki daging berwarna putih dan kulit coklat, yang diperoleh dari tanaman ketela pohon dengan tangkai daun kemerahan dan daun
hijau.
B. Hasil pemilihan bahan
Berdasarkan hasil pemilihan bahan penelitian, ketela pohon yang digunakan adalah ketela pohon yang bagian dalamnya berwarna putih. Ketela
pohon yang bagian dalamnya berwarna putih lebih mudah didapatkan. Ketela
pohon yang dipilih adalah yang berumur sekitar 6-9 bulan dan memiliki umbi berukuran panjang ± 30 cm dan diameter 10 cm agar didapatkan kandungan pati
yang sesuai dengan ketela pohon yang digunakan pada proses pembuatan tepung tapioka.
C. Preparasi limbah ketela pohon
Preparasi limbah ketela pohon ini berdasarkan pada cara pembuatan tepung tapioka ketela pohon. Simulasi pembuatan ketela pohon diawali dengan
pemilihan tanaman ketela pohon. Preparasi limbah dilakukan dengan mengupas kulit umbi ketela pohon. Umbi ketela pohon yang sudah dikupas kulitnya
kemudian dicuci bersih untuk menghilangkan lendir yang banyak mengandung glikosida sianogen.
Ukuran diperkecil untuk memperbesar luas permukaan agar proses filtrasi pati berjalan optimum, dengan cara dipotong-potong lalu diblender dengan
menambahkan air dengan perbandingan 1:1 ketela pohon : air. Hasil dari pemblenderan ketela pohon tersebut disaring menggunakan kain mori. Saat
penyaringan, kain diperas sampai dirasa cukup untuk memeras kandungan air pada campuran tersebut. Hasil penyaringan tersebut ditampung pada tempat
pengendapan. Tutup tempat pengendapan cairan tersebut agar mengurangi kontaminasi dari debu atau kotoran lain. Diamkan cairan tersebut selama 12 jam
sampai terbentuk dua lapisan, yaitu pada bagian bawah terdapat padatan pati dan bagian atas limbah cair. Hasil limbah cair pada bagian atas dimasukkan ke dalam
botol dan ditutup rapat, kemudian digunakan untuk pembuatan biomaterial.
Zaitun, dkk, 1999, menyatakan limbah cair hasil pengolahan tapioka ini bila tidak diolah lebih lanjut dapat mencemari lingkungan karena limbah cair ini
akan mengalami dekomposisi secara alami di badan – badan perairan dan
menimbulkan bau yang tidak sedap karena munculnya senyawa nitrogen, sulfur, dan fosfor dari penguraian bahan berprotein. Penelitian ini memanfaatkan limbah
cair hasil pengolahan tapioka yang secara teoritis masih mengandung sisa pati amilum serta nutrisi lainnya yang dapat dipergunakan oleh mikroorganisme.
Acetobacter xylinum dapat menggunakan dua sumber karbohidrat pada penelitian
ini yaitu sukrosa sebagai sumber nutrisi awal, dan amilum yang kemudian dipecah menjadi monosakarida dengan enzim hidrolase.
D. Pembuatan Membran Kitosan Sebagai Pembanding