Zaitun, dkk, 1999, menyatakan limbah cair hasil pengolahan tapioka ini bila tidak diolah lebih lanjut dapat mencemari lingkungan karena limbah cair ini
akan mengalami dekomposisi secara alami di badan – badan perairan dan
menimbulkan bau yang tidak sedap karena munculnya senyawa nitrogen, sulfur, dan fosfor dari penguraian bahan berprotein. Penelitian ini memanfaatkan limbah
cair hasil pengolahan tapioka yang secara teoritis masih mengandung sisa pati amilum serta nutrisi lainnya yang dapat dipergunakan oleh mikroorganisme.
Acetobacter xylinum dapat menggunakan dua sumber karbohidrat pada penelitian
ini yaitu sukrosa sebagai sumber nutrisi awal, dan amilum yang kemudian dipecah menjadi monosakarida dengan enzim hidrolase.
D. Pembuatan Membran Kitosan Sebagai Pembanding
Pembuatan membran kitosan dilakukan dengan menggunakan nampan plastik dengan merk Lion Star. Larutan kitosan 2 dibuat dari 2 g kitosan
dilarutkan dalam asam asetat 100 mL dengan konsentrasi 2. Larutan yang dihasilkan tidak homogen karena kelarutan kitosan yang cukup rendah. Kemudian
larutan sedikit dipanaskan menggunakan heater dan diaduk dengan magnetic stirrer.
Hal yang perlu dicatat adalah dalam melarutkan kitosan tidak boleh menggunakan panas yang berlebihan, sebaiknya tidak dipanaskan. Hal ini akan
berakibat larutan kitosan yang terbentuk akan mengalami Maillard reaction. Maillard reaction
merupakan reaksi kimia yang terjadi antara asam amino dengan gula pereduksi akibat adanya pengaruh suhu. Umemura, Mihara dan
Kawai 2010 melaporkan efek dari Maillard reaction antara glukosa dengan dalam membran kitosan ditemukan pada membran yang dilarutkan dalam asam
asetat 1 dan dikeringkan dengan cawan petri pada suhu 50 C. Proses Mailard
reaction ini dapat terjadi jika asam amino dengan gula pereduksi yang terdapat
dalam senyawa berinteraksi secara kimia dengan bantuan suhu dan dalam kondisi yang kering.
Warna yang terbentuk bila terjadi mailard reaction adalah coklat kehitaman, hal ini akan memperngaruhi penampilan serta penerimaan pasien bila
diaplikasikan. Warna kitosan yang baik adalah berwarna kuning jernih. Setelah serbuk putih dari kitosan terlarut dan warna larutan berubah menjadi
kuning cerah, berarti larutan sudah cukup homogen. Dari hasil orientasi didapatkan bahwa kitosan dapat larut dalam asam asetat 2. Hal ini dikarenakan
kitosan memiliki gugus amino yang mudah terprotonasi yang terdapat dalam D- glukosamin unit. Gugus amino ini akan terprotonasi dengan adanya gugus asetil
pada asam asetat, sehingga akan membentuk garam yang dapat larut dalam air Inmaculada et al, 2009
Hasil larutan tersebut dapat digunakan untuk membuat lapisan film kitosan dan sebagai bahan pelapis selulosa bakteri. Dalam penelitian ini akan
dibuat membran kitosan, maka larutan dituang ke atas nampan dan didiamkan untuk diangin-anginkan selama 7-14 hari di ruang khusus untuk meminimalkan
kontaminan. Gambar 9 menunjukkan hasil dari membran kitosan 2 yang terbentuk
adalah berbentuk lembaran tipis, tekstur halus, berwarna kekuningan, transparansi membran transparan, elastis. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Eldin,
et al., 2008 lapisan film kitosan yang terbentuk transparan dan fleksibel.
Membran kitosan 2 diduga memberikan aktivitas antimikroba dan menghasilkan zona hambat terhadap bakteri S. aureus
Gambar 9. Membran kitosan
E. Pembuatan material selulosa bakteri S+gliserol G