serabut syaraf Almatsier, 2002. Konsumsi harian kita terhadap natrium yang berlebih, perlu diimbangi dengan konsumsi kalium yang tinggi
Astawan, 2004. Kebutuhan natrium diperkirakan sebesar 500 mghari Almatsier, 2002
.
2.2.4 Magnesium
Magnesium memegang peranan penting dalam lebih dari tiga ratus jenis sistem enzim di dalam tubuh. Magnesium bertindak di dalam semua sel
jaringan lunak sebagai katalisator dalam reaksi-reaksi biologik termasuk reaksi-reaksi yang berkaitan dengan metabolisme energi, karbohidrat, lipida,
protein, dan asam nukleat serta dalam sintesis, degradasi, dan stabilitas bahan gen DNA. Sebagian besar reaksi ini terjadi dalam mitokondria sel.
Magnesium mencegah kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium di dalam email gigi Almatsier, 2002
.
2.3 Destruksi Kering
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara
pengabuannya. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalam bentuk aslinya adalah sangat sulit, oleh karenya biasanya dilakukan dengan
menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral tersebut, yang dikenal dengan pengabuan Sudarmadji, dkk., 1989.
Penentuan kadar abu adalah dengan mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600
C dan kemudian melakukan
Universitas Sumatera Utara
penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Temperatur pengabuan harus diperhatikan sunguh-sungguh karena banyak
elemen abu yang dapat menguap pada suhu yang tinggi misalnya K, Na, S, Ca, Cl, P. Selain itu, suhu pengabuan juga dapat menyebabkan dekomposisi
senyawa tertentu misalnya K
2
CO
3
, CaCO
3
, MgCO
3
Sudarmadji, dkk., 1989.
Hasil proses pengabuan berwarna putih abu-abu dengan bagian tengahnya terdapat noda hitam, ini menunjukkan pengabuan belum
sempurnah maka perlu diabukan lagi sampai noda hitam hilang dan diperoleh abu yang berwarna putih keabu-abuan Warna abu ini tidak selalu abu-abu
atau putih tetapi ada juga yang berwarna kehijauan, kemerah-merahan Sudarmadji, dkk., 1989.
2.4 Spektrofotometri Serapan Atom
Spektroskopi serapan atom SSA didasarkan pada serapan radiasi UV- Vis oleh mineral-mineral yang teratomisasi, sementara spektroskopi emisi
atom SEA menggunakan emisi radiasi sampel. Sampel biasanya harus diabukan, dilarutkan dalam air atau asam encer, dan diuapkan vaporisasi.
Dalam SSA, sampel diatomkan oleh nebulizer dan suatu pemanas nyala SSA atau dengan tungku grafit SSA elektrotermal. SSA elektrotermal
menggunakan sampel dengan ukuran yang lebih kecil dan mempunyai batas deteksi yang jauh lebih kecil lebih sensitif dibanding SAA nyala, akan
tetapi SSA ini lebih mahal dan kurang teliti. Dalam SEA, atomisasi dan
Universitas Sumatera Utara
eksitasi dapat dilakukan dengan nyala atau dengan plasma yang dikopel secara induktif ICP = inductively coupled plasma, yang mana sampel
dipanaskan pada suhu lebih dari 6000 K dengan adanya gas argon. Baik SSA
ataupun SEA mengukur kosentrasi logam dalam jumlah sekelumit dalam matriks sampel bahan makanan dengan akurasi dan presisi yang sangat baik.
SAA merupakan instrumen yang lebih eksis dan sekarang hampir tersedia disemua laboratorium kimia analisis. Sementara itu, SEA-ICP dapat
digunakan untuk mengukur lebih dari satu unsur dalam suatu sampel dan dapat digunakan untuk analisis senyawa-senyawa yang stabil pada suhu
tinggi. Kedua teknik ini telah menggantikan teknik klasik seperti kompleksometri untuk analisis mineral dalam bahan makanan Rohman,
2013. Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi
sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar ultraviolet Gandjar dan Rohman, 2007
Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu,
tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom.
Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar
dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi Khopkar, 1985. Bagian instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Sumber Radiasi Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga hollow
cathode lamp. Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi
dengan mineral tertentu Gandjar dan Rohman, 2007. Lampu katoda berongga Hollow Cathode Lamp dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Lampu Katoda Berongga Hollow Cathode Lamp
Filho, et al., 2012 b. Tempat Sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan
dasar. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi uap atom-atomnya, yaitu:
1. Dengan nyala Flame
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang
dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya
Universitas Sumatera Utara
untuk gas asetilen-udara suhunya sebesar 2200 C. Sumber nyala asetilen-
udara ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara
sebagai bahan pengoksidasi Gandjar dan Rohman, 2007. Sistem pembakar spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2 . Sistem Pembakar Spekrofotometer Serapan Atom
Filho, et al., 2012 2.
Tanpa nyala Flameless Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel
diambil sedikit hanya beberapa µL, lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara
melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom
ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi
kaidah analisis kuantitatif Gandjar dan Rohman, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Tungku masmann dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 . Tungku Masmann Gandjar dan Rohman, 2007
c. Monokromator Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum
sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga Gandjar dan
Rohman, 2007. d. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman Gandjar dan Rohman, 2007.
e. Readout Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi Gandjar dan Rohman, 2007.
Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar 2.4. berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 . Sistem Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom
Gandjar dan Rohman, 2007
2.5 Validasi Metode Analisis