Penetapan Kadar Kalium, Kalsium, Natrium Dan Magnesium Pada Buah Sawo (Manilkarazapota L.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

(1)

PENETAPAN KADAR KALIUM, KALSIUM, NATRIUM DAN

MAGNESIUM PADA BUAH SAWO (Manilkara zapota L.)

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

OLEH:

ANNA SILVIANA

NIM 121524112

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENETAPAN KADAR KALIUM, KALSIUM, NATRIUM DAN

MAGNESIUM PADA BUAH SAWO (Manilkara zapota L.)

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ANNA SILVIANA

NIM 121524112

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR KALIUM, KALSIUM, NATRIUM DAN

MAGNESIUM PADA BUAH SAWO (Manilkarazapota L.)

SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

OLEH:

ANNA SILVIANA

NIM 121524112

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 27 Maret 2015 Disutujui oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. UripHarahap, Apt Prof. SumadioHadisahputra, Apt.

NIP 195301011983031004 NIP 1 11281983031002

Medan, Maret 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara WakilDekan I,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001

PanitiaPenguji,

Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt. NIP195108161980031002

Pembimbing I,

Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt. NIP195006221980021001

Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt. NIP195006221980021001

Pembimbing II,

Drs. Syahrial Yoenoes S.U., Apt. NIP195112061983031001

Dra. Sudarmi, M.Si., Apt. NIP 195409101983032001

Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si.,Apt. NIP195401101980032001


(4)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmaanirrahiim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, atas segala nikmat dan berkat sehingga dengan izin-Nya penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini serta tak lupa pula shalawat beriring salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian yang dilakukan adalah “Penetapan Kadar Kalium, Kalsium, Natrium Dan Magnesium Pada Buah Sawo (Manilkara zapota L.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom”

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt. sebagai pembimbing I dan Bapak Drs. Syahrial Yoenoes, S.U., Apt., sebagai pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan arahan serta saran-saran kepada penulis selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan, yang telah memberikan fasilitas selama perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. selaku Pembantu Dekan I, yang telah banyak memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis hingga dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis haturkan kepada kepala Laboratorium Penelitian, Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy


(5)

ii

De Lux Putra, S.U., Apt. dan Laboratorium Kimia Kualitatif, Ibu Dra. Masfria, M.S., Apt. yang telah memberikan izin dan fasilitas alat dari awal penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Selanjutmya kepada Bapak Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt., Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini untuk menjadi lebih baik. Serta kepada Bapak dan Ibu staff pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada Suami tercinta Mursal M.Hsi., Ayahanda Anwar Husen dan Ibunda Faridah Husen, dan Ananda tersayang F.Sidqina Amira, serta Adinda-adinda saya, yang telah memberikan cinta kasih yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus, semangat yang tiada hentinya serta pengorbanan baik materi maupun non materi. Sahabat-sahabat ekstensi 2012, terima kasih untuk motivasi, semangat dan kebersamaannya selama ini, serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2015 Penulis,

Anna Silviana NIM 121524112


(6)

iii

PENETAPAN KADAR KALIUM, KALSIUM, NATRIUM DAN MAGNESIUM PADA BUAH SAWO (Manilkara zapota L.) SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Abstrak

Mineral merupakan kebutuhan manusia yang mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh. Mineral banyak ditemukan dalam berbagai jenis buah dan sayuran. Sawo merupakan buah-buahan popular di dunia yang tidak hanya memiliki aroma harum dan rasanya manis, tetapi juga mengandung gizi yang cukup tinggi. Sawo yang berdaging lembut ketika masak kaya akan kalori dan mengandung protein, vitamin, serat, dan beberapa jenis mineral seperti kalium, besi, kalsium, natrium, magnesium dan fosfor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan mineral kalium, kalsium, natrium dan magnesium pada buah sawo matang dan sawo mengkal.

Pengujian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm untuk kalsium, 766,5 nm untuk kalium, 589,0 nm untuk natrium dan 285,2 nm untuk magnesium. Metode ini dipilih karena pelaksanaannya mudah, cepat, teliti dan tidak memerlukan pemisahan pendahuluan.

Hasil penelitian menunjukkan kadar kalium pada buah sawo matang berkulit sebesar (222,5635 ± 2,7442) mg/100 g, sawo matang tidak berkulit;

(140,9663 ± 1,2153) mg/100 g, sawo mengkal berkulit; (185,3649 ± 0,3720) mg/100 g, dan sawo mengkal tidak berkulit; (187,7387 ± 1,4814) mg/100 g. Kadar kalsium pada buah sawo matang berkulit sebesar (19,6492 ± 0,0988)

mg/100 g, sawo matang tidak berkulit; (11,2662 ± 0,0706) mg/100 g, sawo mengkal berkulit; (20,5811 ± 0,0774) mg/100 g, dan sawo mengkal tidak berkulit; (13,6619 ± 0,0447) mg/100 g. Kadar natrium pada buah sawo matang berkulit sebesar (6,2928 ± 0,7072) mg/100 g, sawo matang tidak berkulit; (7,5687 ±

0,4758) mg/100 g, sawo mengkal berkulit; (8,1745 ± 0,1742) mg/100 g, dan sawo mengkal tidak berkulit; (7,1406 ± 0,3195) mg/100 g. Kadar magnesium pada buah sawo matang berkulit sebesar (11,5420 ± 0,0749) mg/100 g, sawo matang tidak

berkulit; (8,6940 ± 0,0280) mg/100 g, sawo mengkal berkulit; (10,8951 ± 0,0439) mg/100 g, dan sawo mengkal tidak berkulit; (11,7894 ± 0,0337) mg/100 g. Secara statistik uji beda rata–rata kandungan kalsium, kalium, natrium dan magnesium antara sawo matang berkulit dan tidak berkulit serta mengkal berkulit dan tidak berkulit dengan menggunakan analisis ANOVA, menyimpulkan bahwa kandungan kalsium, kalium, natrium dan magnesium pada sawo berbeda secara signifikan dari keempat sampel.

Kata Kunci: Sawo (Manilkara zapota L.), kalium, kalsium, natrium,


(7)

iv

DETERMINATION CONTENT OF POTASSIUM, CALCIUM, MAGNESIUM AND SODIUM IN SAPODILLA (Manilkara zapota L.) BY

ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

Abstract

Mineral is a human need to have an important role in the maintenance of body functions. Minerals are found in a wide variety of fruits and vegetables. Sapodilla fruit is popular in the world who not only has a fragrant aroma and taste sweet, but also contain high nutrient. Soft fleshy brown when ripe rich in calories and protein, vitamins, fiber, and some types of minerals such as potassium, iron, calcium, sodium, magnesium and phosphorus. This study aims to determine the differences in mineral content of potassium, calcium, sodium and magnesium in tan and immature sapodilla.

Quantitative testing is performed using atomic absorption spectrophotometer at a wavelength of 422.7 nm for calcium, 766.5 nm for potassium, 589.0 nm for sodium 285.2 nm magnesium. This method was chosen because its implementation is easy, fast, thorough and does not require preliminary separation.

The results showed levels of potassium in brown skinned fruit of (222.5635 ± 2.7442) mg/100 g, not brown-skinned; (140.9663 ± 1.2153) mg/100 g, brown skinned immature; (185.3649 ± 0.3720) mg/100 g, and sapodilla immature not skinned; (187.7387 ± 1.4814) mg/100 g. The level of calcium in the fruit of brown-skinned (19.6492 ± 0.0988) mg/100 g, brown bare; (11.2662 ± 0.0706) mg/100 g, brown skinned immature; (20.5811 ± 0.0774) mg/100 g, and immature sapodilla not skinned; (13.6619 ± 0.0447) mg/100 g. Sodium levels in brown skinned fruit of (6.2928 ± 0.7072) mg/100 g, brown bare; (7.5687 ± 0.4758) mg/100 g, brown skinned immature; (8.1745 ± 0.1742) mg/100 g, and immature sapodilla not skinned; (7.1406 ± 0.3195) mg/100 g. Magnesium levels in brown skinned fruit of (11.5420 ± 0.0749) mg/100 g, brown bare; (8.6940 ± 0.0280) mg/100 g, brown skinned immature; (10.8951 ± 0.0439) mg/100 g, and immature sapodilla not skinned; (11.7894 ± 0.0337) mg/100 g. Statistically different test average calcium, potassium, sodium and magnesium between the brown-skinned and not skinned and immature skinned complexions and not using ANOVA analysis, concluded that the content of calcium, potassium, sodium and magnesium in brown differ significantly from the fourth samples.

Keywords: Sapodilla (Manilkara zapota L.), pottasium, calcium, sodium, magnesium, atomic absorption spectrophotometer.


(8)

v DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR.. ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT.. ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesis ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Buah Sawo (Manilkara zapota L.) ... 7

2.1.1 Manfaat Buah Sawo Bagi Kesehatan ... 8

2.2 Mineral ... 8

2.2.1 Kalium ... 9

2.2.2 Kalsium ... 10


(9)

vi

2.2.4 Magnesium ... 11

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) ... 12

2.3.1 Emisi dan Absobsi ... 12

2.3.2 Instrumentasi SSA ... 12

2.3.3 Analisis Kuantitatif dengan SSA ... 16

2.3.4 Ganguan-ganguan pada SSA ... 16

2.4 Validasi Metode Analisis ... 17

2.4.1 Kecermatan (Accuracy) ... 17

2.4.2 Keseksamaan ... 18

2.4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

3.2 Bahan-bahan ... 20

3.2.1 Sampel ... 20

3.2.2 Pereaksi ... 20

3.3 Alat-Alat ... 20

3.3.1 Pembuatan Pereaksi ... 21

3.3.2 Larutan HNO3 ... 21

3.4 Prosedur Penelitian ... 21

3.4.1 Pengambilan Sampel ... 21

3.4.2 Penyiapan Sampel ... 21

3.4.3 Proses Destruksi ... 21

3.4.4 Pembuatan Larutan Sampel ... 22


(10)

vii

3.4.5.1Pembuatan Kurva Kalibrasi kalium ... 22

3.4.5.2Pembuatan Kurva Kalibrasi kalsium ... 22

3.4.5.3Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium ... 23

3.4.5.4Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium.. ... 23

3.4.5.5Penetapan Kadar Kalium ... 24

3.4.5.6Penetapan Kadar Kalsium ... 24

3.4.5.7Penetapan Kadar Natrium ... 25

3.4.5.8Penetapan Kadar Magnesium.. ... 25

3.4.5.9Perhitungan Kadar Kalium, Kalsium, natrium dan magnesium dalam sampel ... 26

3.4.6 Analisis Data Secara Statistik ... 26

2.5.6.1 Uji Normalitas ... 26

2.5.6.2 Uji Kalmogorov-Smirnov …... 26

2.5.6.3 Uji Analisis Of Variance (ANOVA) .. ... 27

2.5.6.4 Uji One Way ANOVA … ... 27

2.5.6.5 Uji Kurskal-Walis … ... 27

3.4.7 Validasi Metoda ... 27

3.4.7.1Uji Perolehan Kembali ... 27

3.4.7.2Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) ... 28

3.4.7.3Uji Keseksamaan ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Identifikasi Tumbuhan... 30


(11)

viii

4.2.1 Kurva Kalibrasi Kalsium, Kalium, Natrium dan

magnesium ... 30

4.2.2 Analisis Kadar Kalsium, Kalium, Natrium dan magnesium dalam Sampel ... 32

4.2.3 Pengujian Beda Nilai Rata-rata kadar Kalsium, kalium, natrium dan magnesium pada sampel ... 34

4.2.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 35

4.2.5 Uji Perolehan Kembali ... 36

4.2.6 Simpangan Baku Relatif ... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

5.1 Kesimpulan ... 38

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40


(12)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kuantitatif Kalsium, Kalium, Natrium dan

Magnesium pada Sampel ... 33 Tabel 4.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Kalsium kalium,

natrium dan magnesium ... 36 Tabel 4.3 Persen Uji Perolehan Kembali (recovery) Kalsium, kalium,

natrium dan magnesium dalam sampel ... 36 Tabel 4.4 Nilai Simpangan Baku dan Simpangan Baku Relatif


(13)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Kurva kalibrasi kalsium ... 31

Gambar 4.2 Kurva kalibrasi kalium ... 31

Gambar 4.3 Kurva kalibrasi natrium ... 31


(14)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 42

2. Gambar Sampel Sawo ... 43

3. Gambar Alat-Alat yang Digunakan ... 44

4. Bagan Alir Proses Dekstruksi Kering ... 46

5. Bagan Alir Pembuatan Larutan Sampel ... 50

6. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kalsium, Kalium, Natrium dan Magnesium ... 51

7. Perhitungan Persamaan Garis Regresi ... 53

8. Hasil Analisis Kalsium, Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Sampel ... 59

9. Contoh Perhitungan Kadar Kalsium, Kalium, Natrium dan Magnesium Dalam Sampel ... 65

10. Rekapitulasi Data Kadar Kalsium, Kalium, Natrium dan Magnesium pada Buah Sawo (Manilkara zapota L.) . ... 75

11. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Kalsium, Kalium, Natrium dan Magnesium ... 79

12. Hasil Uji Perolehan Kembali Kalsium, Kalium, Natrium dan Magnesium Setelah Penambahan Masing-masing Larutan Standar ... 84

13. Perhitungan Uji Perolehan Kembali Kalsium, Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Sampel ... 86

14. Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD) Kalsium, Kalium, Natrium dan Magnesium dalam Sampel ... 90


(15)

iii

PENETAPAN KADAR KALIUM, KALSIUM, NATRIUM DAN MAGNESIUM PADA BUAH SAWO (Manilkara zapota L.) SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Abstrak

Mineral merupakan kebutuhan manusia yang mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh. Mineral banyak ditemukan dalam berbagai jenis buah dan sayuran. Sawo merupakan buah-buahan popular di dunia yang tidak hanya memiliki aroma harum dan rasanya manis, tetapi juga mengandung gizi yang cukup tinggi. Sawo yang berdaging lembut ketika masak kaya akan kalori dan mengandung protein, vitamin, serat, dan beberapa jenis mineral seperti kalium, besi, kalsium, natrium, magnesium dan fosfor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan mineral kalium, kalsium, natrium dan magnesium pada buah sawo matang dan sawo mengkal.

Pengujian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm untuk kalsium, 766,5 nm untuk kalium, 589,0 nm untuk natrium dan 285,2 nm untuk magnesium. Metode ini dipilih karena pelaksanaannya mudah, cepat, teliti dan tidak memerlukan pemisahan pendahuluan.

Hasil penelitian menunjukkan kadar kalium pada buah sawo matang berkulit sebesar (222,5635 ± 2,7442) mg/100 g, sawo matang tidak berkulit;

(140,9663 ± 1,2153) mg/100 g, sawo mengkal berkulit; (185,3649 ± 0,3720) mg/100 g, dan sawo mengkal tidak berkulit; (187,7387 ± 1,4814) mg/100 g. Kadar kalsium pada buah sawo matang berkulit sebesar (19,6492 ± 0,0988)

mg/100 g, sawo matang tidak berkulit; (11,2662 ± 0,0706) mg/100 g, sawo mengkal berkulit; (20,5811 ± 0,0774) mg/100 g, dan sawo mengkal tidak berkulit; (13,6619 ± 0,0447) mg/100 g. Kadar natrium pada buah sawo matang berkulit sebesar (6,2928 ± 0,7072) mg/100 g, sawo matang tidak berkulit; (7,5687 ±

0,4758) mg/100 g, sawo mengkal berkulit; (8,1745 ± 0,1742) mg/100 g, dan sawo mengkal tidak berkulit; (7,1406 ± 0,3195) mg/100 g. Kadar magnesium pada buah sawo matang berkulit sebesar (11,5420 ± 0,0749) mg/100 g, sawo matang tidak

berkulit; (8,6940 ± 0,0280) mg/100 g, sawo mengkal berkulit; (10,8951 ± 0,0439) mg/100 g, dan sawo mengkal tidak berkulit; (11,7894 ± 0,0337) mg/100 g. Secara statistik uji beda rata–rata kandungan kalsium, kalium, natrium dan magnesium antara sawo matang berkulit dan tidak berkulit serta mengkal berkulit dan tidak berkulit dengan menggunakan analisis ANOVA, menyimpulkan bahwa kandungan kalsium, kalium, natrium dan magnesium pada sawo berbeda secara signifikan dari keempat sampel.

Kata Kunci: Sawo (Manilkara zapota L.), kalium, kalsium, natrium,


(16)

iv

DETERMINATION CONTENT OF POTASSIUM, CALCIUM, MAGNESIUM AND SODIUM IN SAPODILLA (Manilkara zapota L.) BY

ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

Abstract

Mineral is a human need to have an important role in the maintenance of body functions. Minerals are found in a wide variety of fruits and vegetables. Sapodilla fruit is popular in the world who not only has a fragrant aroma and taste sweet, but also contain high nutrient. Soft fleshy brown when ripe rich in calories and protein, vitamins, fiber, and some types of minerals such as potassium, iron, calcium, sodium, magnesium and phosphorus. This study aims to determine the differences in mineral content of potassium, calcium, sodium and magnesium in tan and immature sapodilla.

Quantitative testing is performed using atomic absorption spectrophotometer at a wavelength of 422.7 nm for calcium, 766.5 nm for potassium, 589.0 nm for sodium 285.2 nm magnesium. This method was chosen because its implementation is easy, fast, thorough and does not require preliminary separation.

The results showed levels of potassium in brown skinned fruit of (222.5635 ± 2.7442) mg/100 g, not brown-skinned; (140.9663 ± 1.2153) mg/100 g, brown skinned immature; (185.3649 ± 0.3720) mg/100 g, and sapodilla immature not skinned; (187.7387 ± 1.4814) mg/100 g. The level of calcium in the fruit of brown-skinned (19.6492 ± 0.0988) mg/100 g, brown bare; (11.2662 ± 0.0706) mg/100 g, brown skinned immature; (20.5811 ± 0.0774) mg/100 g, and immature sapodilla not skinned; (13.6619 ± 0.0447) mg/100 g. Sodium levels in brown skinned fruit of (6.2928 ± 0.7072) mg/100 g, brown bare; (7.5687 ± 0.4758) mg/100 g, brown skinned immature; (8.1745 ± 0.1742) mg/100 g, and immature sapodilla not skinned; (7.1406 ± 0.3195) mg/100 g. Magnesium levels in brown skinned fruit of (11.5420 ± 0.0749) mg/100 g, brown bare; (8.6940 ± 0.0280) mg/100 g, brown skinned immature; (10.8951 ± 0.0439) mg/100 g, and immature sapodilla not skinned; (11.7894 ± 0.0337) mg/100 g. Statistically different test average calcium, potassium, sodium and magnesium between the brown-skinned and not skinned and immature skinned complexions and not using ANOVA analysis, concluded that the content of calcium, potassium, sodium and magnesium in brown differ significantly from the fourth samples.

Keywords: Sapodilla (Manilkara zapota L.), pottasium, calcium, sodium, magnesium, atomic absorption spectrophotometer.


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buah-buahan telah lama dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral. Pada zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan tubuh. Demikian pula buah seperti sawo ini dijadikan makanan utama untuk mencegah serangan penyakit (Sunarjono, 1997).

Manfaat bebuahan yang utama adalah sebagai sumber protein, vitamin dan mineral nabati yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan jasmani sekaligus kesehatan. Seiring dengan kemajuan di bidang industri obat dan kosmetik serta industri kimia lainnya banyak jenis buah-buahan yang sudah diproses sebagai bahan dasar kosmetik dan obat. Dalam hal ini,eksplorasi dan identifikasi guna memperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai bebuahan penting untuk dilakukan. Dengan kata lain, sekelompok tanaman bebuahan yang sekarang belum begitu dikenal oleh masyarakat, karena kurangnya informasi mengenai manfaat, suatu saat nanti akan banyak dicari masyarakat (Ashari, 1997).

Buah sawo (Manilkara zapota L.) merupakan buah yang memiliki aroma yang harum dan rasanya manis ini, memang sangat mudah didapat di sekitar kita. Dalam bahasa inggris, sawo disebut sapodilla, chikoo, atau sapota. Sawo yang berdaging lembut ketika masak kaya akan kalori, yang tersusun dengan gula sederhana seperti fruktosa dan sukrosa, sehingga ketika dimakan akan langsung mengisi ulang energi dan merivitalisasi tubuh. Selain itu, buah sawo mengandung sumber vitamin, mineral dan tanin yang bermanfaat antioksidan (Emma S, 2006).


(18)

2

Setiap pohon berbuah sanggup menghasilkan 2000 buah/musim. Sawo dengan buah berwarna coklat pada permukaan kulit serta daging buah. Saat masih mentah, buah sawo berwarna putih dengan getah lengket yang disebut dengan saponin. Getah ini secara bertahap akan menghilang ketika buah masak dan dagingnya berubah warna menjadi coklat. Didalam buahnya terdapat biji hitam cembung dan mengkilap, yang berjumlah antara 3 – 10 (Aso, 2010). Buah sawo tidak dipetik dalam keadaan masak di pohon, tetapi saat buah sudah menunjukan tanda-tanda ketuaan, yakni pada kulitnya terdapat bagian yang berwarna kemerah-merahan, dalam keadaan masih keras. Buah sawo yang dipetik pada kondisi tua akan matang setelah 3 – 7 hari.

Tanaman sawo kadang-kadang matang tidak seremapak sehingga pemanenan dilakukan dengan bertahap dengan cara memilih buah yang sudah menunjukan ciri fisiologis untuk panen (tua). Ciri-ciri buah sawo yang sudah tua adalah ukuran buah maksimal, kulit berwarna coklat muda, daging buah agak lembek, bila dipetik mudah terlepas dari tangkainya, serta bergetah relatif sedikit. Perkiraan buah sudah siap panen atau tua ± dua bulan dari awal berbunga. Pemetikan buah yang masih muda sebaiknya dihindari karena memerlukan waktu yang lama untuk pemeramannya dan rasa buah tidak manis (sepat).

Sawo merupakan sumber vitamin dan mineral penting. Sawo matang merupakan sumber mineral penting seperti kalium, tembaga, besi dan vitamin seperti folat (Vitamin B9), niasin (Vitamin B3) dan asam pantotenat (Vitamin B5) senyawa ini sangat penting untuk menjaga kesehatan agar optimal, karena sangat diperlukan dalam berbagai macam proses metabolisme dalam tubuh sebagai kofaktor untuk enzim (Aso, 2010).


(19)

3

Buah sawo memiliki kandungan mineral cukup baik. Sawo merupakan sumber kalium yang baik, yaitu 193 mg/100 g. pada buah sawo juga dapat kita temui kadar natrium yang rendah, 12 mg/100 g. perbandingan kandungan kalium dan natrium yang mencapai 16:1 menjadikan sawo sangat baik untuk jantung dan pembuluh darah. Selain kaya kalium, sawo juga mengandung sejumlah mineral penting lainya. Kandungan mineral lainnya per 100 g buah sawo adalah; kalsium (21 mg), magnesium (12 mg), fosfor(12 mg), selenium (0,6 mg), seng (0,1 mg), dan tembaga (0,09 mg). sawo juga kaya akan vitamin C, yaitu 14,7 mg//100 g. vitamin C dapat bereaksi dengan berbagai mineral di dalam tubuh. Meskipun dapat digunakan sebagai sumber vitamin dan mineral, sawo sebaiknya tidak diberikan kepada bayi karena getahnya dikhawatirkan akan mengganggu saluran pencernaan. Buah sawo juga mengandung banyak gula sehingga baik untuk digunakan sebagai sumber energi (Aso,2010).

Mineral merupakan kebutuhan tubuh manusia yang mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, seperti untuk pengaturan kerja enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu pembentukan ikatan yang memerlukan mineral seperti pembentukan hemoglobin (Almatsier, 2001). Mineral banyak ditemukan dalam berbagai buah dan sayur. Mineral merupakan komponen anorganik, komponen jaringan tubuh, dan komponen cairan tubuh yang bekerja bersama dengan enzim, hormon, vitamin, dan bahan–bahan transport. (Devi, 2010).


(20)

4

Kalium (K+), suatu kation selular yang penting untuk transmisi dan konduksi impuls-impuls saraf, kontraksi otot-otot rangka, otot jantung dan otot polos. Kalium juga diperlukan untuk kerja enzim dalam mengubah karbohidrat menjadi energi, dan asam-asam amino menjadi protein (Kee, 1996).

Kalsium merupakan suatu mineral yang membantu aktivitas saraf dan otot normal. Kalsium meningkatkan kontraksi otot jantung (miokardium), mempertahankan permeabilitas selular normal dan membantu pembekuan darah dengan mengubah protrombin menjadi thrombin, selain itu kalsium juga dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi (Kee, 1996).

Natrium atau sodium banyak terdapat pada alam dalam bentuk gabungan dengan unsur lain. Sifatnya sangat mudah bereaksi dengan air dan mudah teroksidasi. Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler. Natrium mengatur tekanan osmotik dari cairan ekstraseluler dan secara nyata mempengaruhi tekanan osmotik cairan intraseluler. Oleh karena itu mineral ini sangat berperan dalam pengaturan cairan tubuh termasuk tekanan darah, kepekaan konduksi dari syaraf dan jaringan otot serta pengaturan kesimbangan asam basa (Horne, 2000).

Magnesium juga banyak terdapat di alam, logam ini mudah terbakar dalam udara atau oksigen dengan mengeluarkan cahaya putih yang cemerlang, membentuk oksida MgO dan beberapa nitrida Mg3N2. Logam ini perlahan-lahan

terurai oleh air pada suhu biasa, tetapi pada titik didih air reaksi berlangsung dengan cepat (Vogel, 1985).


(21)

5

Penetapan kadar kalsium dapat dilakukan dengan gravimetri, kompleksometri dan spektrofotometri serapan atom, sedangkan penetapan kadar kalium, natrium dan magnesium dapat dilakukan dengan gravimetri dan spektrofotometri serapan atom (Khopkar, 1985). Dalam hal ini peneliti memilih menggunakan spektrofotometri serapan atom karena pelaksanaanya relatif cepat (Rohman dan Ganjar, 2007). Bahan yang digunakan sedikit dan spesifik untuk setiap logam tanpa dilakukan pemisahan pendahuluan (Khopkar, 1985).

1.2 Perumusan Masalah

1. Berapakah kadar kalium, kalsium, natrium dan magnesium yang terkandung dalam buah sawo (Manilkara zapota L.)

2. Apakah ada perbedaan kadar kalium, kalsium, natrium dan magnesium dengan jumlah tertentu dalam buah sawo mengkal dan sawo matang?

1.3Hipotesa

1. Buah sawo mengkal dan matang berkulit dan tidak berkulit mengandung kalium, kalsium, natrium dan magnesium dalam jumlah tertentu

2. Terdapat perbedaan kadar kalium, kalsium, natrium dan magnesium dalam buah sawo mengkal dan matang berkulit serta mengkal dan matang tidak berkulit.


(22)

6 1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk menentukan kadar kalium, kalsium, natrium dan magnesium yang terkandung dalam buah sawo.

2. Untuk menentukan perbandingan jumlah kadar kandungan kalium, kalsium, natrium dan magnesium dalam buah sawo mengkal berkulit dan tidak berkulit serta sawo matang berkulit dan tidak berkulit.

1.5 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan mineral kalium, kalsium, natrium dan magnesium yang terkadung dalam buah sawo mengkal dan sawo matang.


(23)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Sawo (Manilkara zapota L.)

Tanaman sawo dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan: Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Sub Divisio : Angiospermae (Berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledoneae (Biji berkeping dua) Ordo : Ebenales

Famili : Sapotaceae

Genus : Achras atau Manilkara

Spesies : Acrhras zapota. L sinonim dengan Manilkara achr. (Aso, 2010).

Tanaman sawo merupakan tanaman endemis di kawasan tropis Benua Amerika, tepatnya di Meksiko hingga Guatemala, salvador, dan Honduras Utara. Dewasa ini tanaman sawo sudah menyebar luas di seluruh kawasan tropis (Ashari, 1997). Dibudidayakan di banyak daerah tropis seperti India, Srilangka, Indonesia dan Malaysia. Pohon sawo memiliki pertumbuhan yang sangat cepat, tahan angin dan tahan panas, sehingga cocok untuk ditanam didaerah kering dengan sedikit hujan (Sunarjono, 1997). Buah sawo pada umumnya disantap dalam bentuk buah segar, jarang yang diawetkan. Buah sawo dipetik sesudah tua benar. Sesudah diperam selama beberapa hari, buah sawo tersebut akan matang dan beraroma. Buah sawo yang sudah matang daging buahnya lunak dan rasanya manis sekali, karena mengandung gula yang cukup tinggi, yaitu sebesar 14% (Ashari, 1997).


(24)

8

Sawo (Manilkara zapota L.) merupakan buah yang berbentuk bulat atau oval, dengan ukuran sekitar 10 cm, dan berat sekitar 150 g. Buah sawo atau zapota adalah buah tropis dan eksotis dengan rasa yang lezat manis. Sawo yang berdaging lembut ketika masak kaya akan kalori, vitamin, mineral dan tanin yang bermanfaat sebagai antioksidan. Sawo matang merupakan sumber mineral penting seperti kalium, tembaga, besi dan sebagainya. Sawo merupakan sumber kalium yang baik yaitu 193 mg/ 100 g. pada buah sawo juga dapat kita temui kadar natrium yang rendah, 12 mg/100 g. selain kaya kalium, sawo juga mengandung sejumlah mineral penting lainnya. Kandungan mineral lainnya per 100 gram buah sawo adalah : kalsium 21 mg; magnesium 12 mg; fosfor 12 mg; selenium 0,6 mg; seng 0,1 mg; tembaga 0,09 mg (Aso, 2010).

2.1.1 Manfaat Buah Sawo Bagi Kesehatan

Dalam buah sawo terkandung senyawa fosfor dan juga kalsium, sehingga baik bagi kesehatan tulang kita. Karena tulang memang sangat membutuhkan fosfor dan kalsium untuk menjaga kekuatannya. Buah sawo juga bermanfaat untuk berbagai proses produksi enzim dan metabolisme pada tubuh. Karena sawo juga mengandung zat besi, kalium, tembaga, asam folat, niassin serta pentotenan. Selain mineral dalam buah sawo juga mengandung vitamin E yang baik untuk kulit dan vitamin A yang bermanfaat untuk mata (Aso, 2010).

2.2 Mineral

Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting dalam pengendalian komposisi cairan tubuh. Tubuh tidak mampu mensintesa mineral sehingga unsur – unsur ini harus disediakan lewat makanan.


(25)

9

Mineral adalah zat anorganik yang sama halnya dengan vitamin dalam jumlah kecil bersifat esensial bagi banyak proses metabolisme dalam tubuh (Tan dan Kirana, 2007).

Mineral yang terdapat dalam tubuh dan makanan terutama terdapat dalam bentuk ion-ion. Kesimbangan ion-ion mineral dalam tubuh mengatur proses metabolism, mengatur keseimbangan asam basa, tekanan osmotik, membantu transport senyawa-senyawa penting pembentuk membran, beberapa diantaranya sebagai konstituen pembentuk jaringan tubuh. Mineral dalam tubuh berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, dan kekurangan atau kelebihan salah satu mineral akan berpengaruh terhadap kerja mineral lainnya (Poedjiadi,1994).

Mineral digolongkan dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan dalam tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Mineral makro antara lain : natrium, kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan yang termasuk mineral mikro antara lain : mangan dan zink (Tan dan Kirana, 2007).

2.2.1Kalium

Kalium merupakan merupakan kation penting dalam cairan intraselular yang berperan dalam keseimbangan pH dan osmolasitas. Tubuh manusia mengandung 2.6 mg kalium per kg berat badan bebas lemak, sel-sel syaraf dan otot mengandung banyak kalium. Dalam jumlah kecil mineral ini dijumpai dalam cairan ekstraseluler. Kadar kalium serum adalah 14-22 mg/100 ml (Suhardjo, 1992).


(26)

10

Kekurangan kalium umumnya disebabkan oleh karena ekskresi yang berlebihan melalui ginjal, muntah-muntah yang berlebihan dan diare yang berat. Pengaruh kekurangan kalium terutama pada otot yaitu lemah urat dan dapat mengakibatkan kelumpuhan (Suhardjo, 1992).

Peningkatan asupan kalium dalam diet telah dihubungkan dengan penurunan tekanan darah, karena kalium memicu natriuresis (kehilangan natrium melalui urin). Diduga bahwa peningkatan asupan kalium untuk mengimbangi natrium dalam diet bermanfaat bagi kesehatan jantung. Dosis sehari kalium adalah 3500 mg (Barasi, 2007).

2.2.2Kalsium

Kalsium terdapat sebanyak 99% dalam tulang kerangka dan sisanya dalam cairan antarsel dan plasma. Dalam bahan makanan terutama terdapat dalam susu dan telur, juga gandum dan sayur – mayur, antara lain bayam. Reabsorbsinya dari usus memerlukan adanya vitamin D dalam bentuk aktifnya, yaitu kalsitriol. Fungsinya selain sebagai bahan bangun bagi kerangka, juga sebagai pemeran penting pada regulasi daya rangsang dan kontraksi otot serta penerusan impuls saraf. Lagi pula Ca mengatur permeabilitas membran sel bagi K dan Na dan mengaktivasi banyak reaksi enzim, seperti pembekuan darah (Tan dan Kirana, 2007).

Kebutuhan kalsium pada orang dewasa normal diperkirakan 1000 mg/hari. Kekurangan kalsium menimbulkan antara lain melunaknya tulang (osteomalacia) serta mudah terangsangnya saraf dan otot, dengan akibat serangan kejang (tetania). Dalam kebanyakan kasus kekurangannya disebabkan oleh defisiensi vitamin D dan terhambatnya resorpsi Ca, atau karena penyakit hipoparatirosis dan insufisiensi ginjal (Tan dan Kirana, 2007).


(27)

11 2.2.3Natrium

Seperti halnya kalium, natrium juga termasuk dalam larutan elektrolit tubuh dalam bentuk ion positif. Di dalam tubuh, natrium terkonsentrasi di luar sel (Devi, 2010). Natrium memainkan peranan penting dalam mempertahankan konsentrasi dan volume cairan ekstraseluler (CES). Ini adalah kation utama dari CES dan determinan utama dari osmolalitas CES. Natrium penting dalam mempertahankan kepekaan konduksi dari syaraf dan jaringan otot dan membantu dalam pengaturan asam-basa (Horne, 2000).

Perubahan kadar natrium dapat mempengaruhi tekanan darah tetapi tidak dengan sendirinya menyebabkan tekanan darah tinggi. Meskipun demikian, terdapat cukup banyak bukti yang mendukung anggapan bahwa mengurangi asupan natrium dapat menurunkan tekanan drah. Kadar natrium yang dibutuhkan tubuh sehari 1600 mg (Barasi, 2007).

2.2.4Magnesium

Tubuh manusia mengandung kurang lebih 25 gram magnesium, 50% - 60% dari padanya dalam kerangka, sedangkan sisanya terdapat dalam cairan intraseluler, juga sebagai kofaktor enzim yang menghasilkan energi. Fungsi magnesium adalah memegang peranan penting pada releksasi otot, mungkin juga untuk myocard, pada otot jantung orang yang meninggal akibat infark ditemukan kadar magnesium dan kalium yang rendah. Oleh karena itu magnesium digunakan untuk terapi infark jantung. Kebutuhan seharinya diperkirakan 450 – 500 mg. kekurangannya dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan darah, kejang pembuluh koroner dan aritmia jantung (Tan dan Kirana, 2007).


(28)

12 2.3 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) 2.3.1Emisi dan Absorbsi

Metode spektoskopi serapan atom (SSA) mendasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Sebagai contoh, natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm, sementara kalium menyerap pada panjang gelombang 766,5 nm, Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom yang mana transisi elektronik suatu atom bersifat spesifik. Keberhasilan analisis dengan SSA ini tergantung pada proses eksitasi dan memperoleh resonansi yang tepat (Rohman dan Gandjar, 2009).

2.3.2Instrumentasi SSA A. Sumber Sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah (10 - 15 torr). Neon biasanya lebih rendah. Bila antara anoda dan katoda diberi suatu selisih tagangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalananya menuju anoda akan bertabrakan dengan gas-gas mulia yang diisikan tadi (Rohman dan Gandjar, 2009).


(29)

13

Akibat dari tabrakan–tabrakan ini membuat unsur–unsur gas mulia akan kehilangan elektron dan menjadi ion bermuatan positif. Ion–ion gas mulia yang bermuata positif ini selanjutnya akan bergerak ke katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi pula. Sebagaimana disebutkan di atas, pada katoda terdapat unsur–unsur yang sesuai dengan unsur yang dianalisis. Unsur–unsur ini akan ditabrak oleh ion–ion positif gas mulia. Akibat tabrakan ini unsur–unsur dari katoda ini kemudian akan mengalami eksitasi ke tingkat energi–energi elektron yang lebih tinggi dan akan memancarkan spektrum pancaran dari unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis (Rohman dan Gandjar, 2009).

B. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom – atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom – atom yaitu: dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flameless) (Rohman dan Gandjar, 2009).

a) Nyala (flame)

Nyala digunakn untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjaadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Pada cara spektrofotometri emisi atom, nyala ini berfungsi untuk mengeksitasikan atom dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas–gas yang digunakan, misalkan untuk gas batubara–udara, suhunya kira–kira sebesar 18000C; gas alam-udara: 17000C; asetilen-udara: 22000C; dan gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O) sebesar 30000C (Rohman dan


(30)

14

Sumber nyala yang digunakan adalah campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi. Propana-udara dipilih untuk logam-logam alkali karena suhu nyala yang lebih rendah akan mengurangi banyaknya ionisasi. Nyala hidrogen–udara lebih jernih dari pada nyala asetilen-udara dalam daerah UV (dibawah 220 nm), dan juga karena sifatnya yang mereduksi maka nyala ini sesuai untuk penetapan arsenik dan selenium (Rohman dan Gandjar, 2009).

b) Tanpa Nyala

Teknik atomisai dengan nyala dinilai kurang peka karena: atom gagal mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk kedalam nyala terlalu besar, dan proses atomosasi kurang sempurna. Oleh karena itu, muncullah suatu teknik atomisasi yang baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengotoman dapat dilakukan dalam tungku dari grafit seperti tungku yang dikembangkan oleh Masmann (Rohman dan Gandjar, 2009).

Sejumlah sampel diambil sedikit (untuk sampel cair diambil hanya beberapa µL, sementara sedikit sampel padat diambil beberapa mg), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan di analisis berubah menjadi atom – atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Rohman dan Gandjar, 2009).


(31)

15 C. Monokromator

Pada SSA, monokromotor dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Di samping sistem optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper (Rohman dan Gandjar, 2009).

D. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggadaan foton (photomultiplier tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sisitem deteksi yaitu: (a) yang dapat memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan kontinyu; dan (b) yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi. Pada cara pertama, output yang dihasilkan dari radiasi resonan dan radiasi kontinyu disalurka pada sistem glavanometer dan setiap perubahan yang disebabkan oleh radiasi resonan akan menyebabkan perubahan output. Pada cara kedua, output berasal dari radiasi resonan dan radiasi kontinyu yang dipisahkan. Dalam hal ini, sisitem penguat harus cukup selektif untuk dapat membedakan radiasi. Cara terbaik adalah dengan menggunakan detektor yang hanya peka terhadap radiasi resonan yang termodulasi (Rohman dan Gandjar, 2009).

E. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sisitem pencacatan hasil. Pencacatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman dan Gandjar, 2009).


(32)

16 2.3.3Analisis Kuantitatif dengan SSA

Untuk keperluan analisis kuantitatif dengan SSA, maka sampel harus dalam bentuk larutan. Untuk menyiapkan larutan, sampel harus diperlakukan sedemikian rupa yang pelaksanaanya tergantung dari macam dan jenis sampel. Yang penting untuk diingat adalah bahwa larutan yang akan dianalisis haruslah sangat encer. Ada beberapa cara untuk melarutkan sampel, yaitu:

 Lansung dilarutkan dengan pelarut yang sesuai  Sampel dilarutkan dalam suatu asam

 Sampel dilarutkan dalam suatu basa atau dileburkan dahulu dengan basa kemudian hasil leburan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.

Metode pelarutan apapun yang akan dipilih untuk dilakukan analisis dengan SSA, yang terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilkan harus: jernih, stabil, dan tidak menganggu zat–zat yang akan dianalisis. Ada beberapa metode kuantifikasi hasil analisis dengan metode SSA yaitu dengan menggunakan kurva kalibrasi; dengan perbandingan langsung; dengan menggunakan dua baku; dan dengan menggunakan metode standar adisi (metode penambahan baku) (Rohman dan Gandjar, 2009).

2.3.4Gangguan–Gangguan pada SSA

Yang dimaksud dengan gangguan–gangguan (interference) pada SSA adalah peristiwa – peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel. Gangguan–gangguan yang dapat terjadi dalam SSA adalah sebagai berikut:


(33)

17

1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala

2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah / banyaknya atom yang terjadi di dalam nyala.

3. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang diananlisis; yakni absorbansi oleh molekul – molekul yang tidak terdisosiasi di dalam nyala.

4. Gangguan oleh penyerapan non–atomik (non atomic absorption) (Rohman dan Gandjar, 2009).

Cara mengatasi gangguan ini adalah dengan bekerja pada panjang gelombangyang lebih besar atau pada suhu yang lebih tinggi. Jika kedua cara ini masih belum bias membantu menghilangkan gangguan ini, maka satu-satunya cara adalah dengan mengukur besarnya penyerapan non-atomik menggunakan sumber sinar yang memberikan spoektrum kontinyu (Rohman, 2009).

2.4 Validasi Metoda Analisis

Validasi metoda analisis adalah suatu penilaian yang terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). 2.4.1 Kecermatan (Accuracy)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara membuat sampel placebo (eksepien obat, cairan biologis)


(34)

18

kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% samapai 120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Tetapi bila tidak memungkinkan membuat sampel placebo karena matriksnya tidak diketahui seoperti obat-obatan paten, atau karena analitnya berupa suatu senyawa endogen misalnya metabolit sekunder pada kultur kalus, maka dapat dipakai metode adisi. Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan kembaliditentukan dengan menentukan berapa analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan (Harmita, 2004).

2.4.2 Keseksamaan

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui pernyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004). Presisi harus dilakukan pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu : keterulangan (repeatibilility), presisi antara (intermediate precision) dan ketertiruan (reproducibility) (Rohman, 2009).

Pengujian presisi pada saat awal validasi metode seringkali hanya menggunakan dua parameter yang pertama, yaitu: keterulangan dan presisi antara. Reprodusibilitas biasanya dilakukan ketika akan melakukan uji banding antar laboratorium. Presisi sering kali diekspresikan dengan SD atau Standar Deviasi Relatif (RSD) dari serangkaian data. RSD dirumuskan dengan:


(35)

19

Keterangan: �̅ : Kadar rata-rata sampel SD : Standar Deviasi

RSD : Relative Standard Deviation

2.4.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantifikasi

Batas Deteksi (limit of detection, LOD) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Batas Kuantifikasi (limit of quantification, LOQ) didefinsikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan (Rohman, 2009).


(36)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret 2014 - Juni 2014.

3.2 Bahan-bahan 3.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah sawo matang dan buah sawo mengkal.

3.2.2 Pereaksi

Pereaksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pro analisis keluaran E.Merck kecuali disebutkan lain yaitu asam nitrat 65% v/v, larutan standar kalium (1000 mg/L), larutan standar kalsium(1000 mg/L), larutan standar natrium (1000 mg/L), larutan standar magnesium (1000 mg/L) dan aquademineralisata (Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU).

3.3 Alat-alat

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometri Serapan Atom (Hitachi) dengan nyala udara asetilen lengkap dengan lampu katoda K, Ca, Na, dan Mg, neraca analitik, tanur (Stuart), blender, hot plate, kertas saring Whatman no.42, kurs porselen, spatula, botol kaca, dan alat-alat gelas lainya.


(37)

21 3.4 Pembuatan Pereaksi

3.4.1Larutan HNO3 (1:1)

Larutan HNO3 65% b/v sebanyak 500 ml diencerkan dengan 500 ml air

suling (Helrich, 1990). 3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah buah sawo mengkal dan matang yang diambil secara purposif dari pohon Sawo di Kampong Langga Aceh. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposive yang dikenal juga sebagai sempling pertimbangan, dimana sampel ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa semua sampel mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang diteliti (Budiarto, 2004).

3.5.2Penyiapan Sampel

Sebanyak 1 kg buah sawo (Manilkara zapota L.) matang dan mengkal dicuci bersih dari pengotor, dikupas kulitnya, dipotong-potong serta dipisahkan daging buah dari bijinya, selanjutnya dihaluskan.

3.5.3Proses Dekstruksi

Sampel yang telah disiapkan masing-masing ditimbang sebanyak 50 gram, dimasukkan kedalam kurs porselen, lalu ditambahkan HNO3 (1:1) sebnayak 5 mL.

didiamkan selama 24 jam, kemudian diarangkan diatas hot plate selama 1 jam, lalu diabukan dengan tanur pada temperatur awal 100oC dan dinaikkan perlahan-lahan hingga 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 24 jam dan dibiarkan hingga dingin dan dipindahkan ke desikator. Abu ditambahkan 5 mL larutan HNO3 (1:1), kemudian diuapkan pada hot plate sampai


(38)

22

kering. Kurs perselen dimasukkan kembali ke tanur dengan temperatur awal 100oC setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga dingin dan dipindahkan ke desikator (Horwitz, 2000).

3.5.4 Pembuatan Larutan Sampel

Sampel hasil destruksi dilarutkan dalam 5 mL HNO3 (1:1), lalu

dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian larutan dicukupkan dengan aquademineral hingga garis tanda (Horwitz, 2000). Kemudian disaring dengan kertas Whatman No 42 dan 5 mL filtrat pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung dalm botol. Filtrat ini digunakan sebagai larutan sampel untuk analisis kuantitatif.

3.5.5 Analisa Kuantitatif

3.5.5.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium

Larutan baku kalium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineral (kensentrasi 10 mcg/ml) (larutan induk baku II). Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet Larutan Induk Baku II sebanyak 2,5 ml, 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml, dilarutkan dalam labu 50 ml dan dicukupkan sampai garis tanda dengan aquademineral sehingga didapatkan konsentarasi berturut-turut 0,5 mcg/ml; 2,00 mcg/ml; 3,00 mcg/ml; 4,00 mcg/ml dan diukur pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara-propana (Rohman, 2007).

3.5.5.2Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium

Larutan baku kalsium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan


(39)

23

akuademineral (kensentrasi 10 mcg/ml) (larutan induk baku II). Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet Larutan Induk Baku II sebanyak 2,5 ml, 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml, dilarutkan dalam labu 50 ml dan dicukupkan sampai garis tanda dengan aquademineral sehingga didapatkan konsentarasi berturut-turut 0,5 mcg/ml; 2,00 mcg/ml; 3,00 mcg/ml; 4,00 mcg/ml dan diukur pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala dinitrogen oksida-asetilen (Rohman, 2007).

3.5.5.3Pembutan Kurva kalibrasi Natrium

Larutan baku natrium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (kensentrasi 10 mcg/ml) (larutan induk baku II). Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet Larutan Induk Baku II sebanyak 25 ml, dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan aquademineral hingga garis tanda (konsentrasi 2,5 mcg/ml). larutan kurva kalibrasi natrium dibuat dengan memipet larutan induk baku III sebanyak 4 ml, 6 ml, 8 ml, dan 12 ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan sampai garis tanda dengan aquademineral sehingga didapatkan konsentarasi berturut-turut 0,2 mcg/ml; 0,3 mcg/ml; 0,4 mcg/ml; 0,5 mcg/ml dan 0.6 mcg/ml diukur pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-propana (Rohman, 2007).

3.5.5.4Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium

Larutan baku natrium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineral (kensentrasi 10 mcg/ml) (larutan induk baku II). Larutan induk


(40)

24

baku III dibuat dengan memipet Larutan Induk Baku II sebanyak 10 ml, dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan aquademineral hingga garis tanda (konsentrasi 2 mcg/ml). larutan kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet larutan induk baku III sebanyak 2,5 ml, 5 ml, 7,5 ml, dan 12,5 ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan sampai garis tanda dengan aquademineral sehingga didapatkan konsentarasi berturut-turut 0,1 mcg/ml; 0,2 mcg/ml; 0,3 mcg/ml; 0,4 mcg/ml dan 0,5 mcg/ml diukur pada panjang gelombang 285,2 nm dengan tipe nyala udara asetilen (Rohman, 2007).

3.5.5.5.Penetapan Kadar Kalium

Larutan sampel hasil destrukasi dipipet sebanyak 0,4 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan denagan akuademineral hingga garis tanda (faktor pengenceran = 100/0,4). Lalu diukur absorbsinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya dimana penetapan kadar kalium dilakukan pada panjang gelombang 766,5 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absosrbsi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.5.5.6Penetapan Kadar Kalsium

Larutan sampel hasil destrukasi dipipet sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan denagan akuademineral hingga garis tanda (faktor pengenceran = 100/5). Lalu diukur absorbsinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur


(41)

25

metodenya dimana penetapan kadar kalsium dilakukan pada panjang gelombang 422,7 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absosrbsi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. 3.5.5.7Penentapan Kadar Natrium

Larutan sampel hasil destrukasi dipipet sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan denagan akuademineral hingga garis tanda (faktor pengenceran = 100/1). Lalu diukur absorbsinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya dimana penetapan kadar natrium dilakukan pada panjang gelombang 589,0 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absosrbsi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. 3.5.5.8Penatapan Kadar Magnesium

Larutan sampel hasil destrukasi dipipet sebanyak 0,8 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan denagan akuademineral hingga garis tanda (faktor pengenceran = 100/0,8). Lalu diukur absorbsinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya dimana penetapan kadar magnesium dilakukan pada panjang gelombang 285,2 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absosrbsi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku magnesium. Konsentrasi magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.


(42)

26

3.5.5.9 Perhitungan Kadar Kalium, Kalsium, Natrium, dan Magnesium dalam Sampel

Kadar kalium, kalsium, natrium, dan magnesium dalam sampel dapat dihitung dengan cara berikut:

Kadar (mcg/ml) = C × V × Fp W

Keterangan: C = Konsentrasi logam dalam larutan sampel (mcg/ml) V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran W = Berat sampel (gram) 3.5.6Analisis Data Secara Statistik

3.5.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan sebelum data diolah menggunakan metode statistik inferensi. Uji normalitas data merupakan uji penting yang bertujuan untuk mendeteksi distribusi data suatu variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang terdistribusi normal merupakan syarat untuk melakukan pengujian statistik parametric, sementara jika data terdistribusi tidak normal maka pengujian menggunakan uji statistik non parametrik. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini ialah uji Kalmogorov-Smirnov.

3.5.6.2Uji Kalmogorov-Smirnov

Pada pengujian normalitas data Kalmogorov-Smirnov, hipotesa yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ho : Data terdistribusi normal

Jika Sig.(P) > 0.05 maka Ho diterima Ha : Data tidak terdistribusi normal


(43)

27 3.5.6.3Uji Analisis Of Variance (ANOVA)

Uji ANOVA merupakan jenis analisis parametrik. Uji ini digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata secara signifikan pada variabel terikat pada 2 atau lebih kelompok. Jenis ANOVA yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji One way ANOVA.

3.5.6.4Uji One way ANOVA

Uji ini digunakan untuk menganalisis satu variabel terikat berdasarkan satu variabel tidak terikat sebagai factor. Dimana kita ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata antara 2 kelompok atau lebih. Dalam penelitian ini kita ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata kadar mineral dari ke 4 sampel sawo. Jika probabilitas < 0.05 ini berarti terdapat perbedaan statistik yang signifikan nilai rata-rata kadar mineral antar sampel.

3.5.6.5Uji Kruskal-Wallis

Uji Kruskal-Wallis adalah uji nonparametrik yang digunakan untuk membandingkan tiga atau lebih data sampel. Uji ini dilakukan ketika asumsi ANOVA tidak terpenuhi atau dengan kata lain uji ini merupakan alternatif dari uji ANOVA. Bila probabilitas (0.000) lebih kecil dari 0.05 maka ini artinya terdapat perbadaan statistik yang signifikan antar kadar mineral dalam sampel.

3.5.7 Validasi Metode

3.5.7.1Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode adisi (penambahan baku). Dalam metode adisi dengan menambahkan sejumlah larutan standar dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit


(44)

28

yang ditambahkan dapat ditemukan. Larutan baku yang ditambahkan yaitu 6 mL larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/mL), 10 mL larutan baku kalium (konsentrasi 1000 µg/mL), dan 1,5 mL larutan baku natrium (konsentrasi 1000 µg/mL).

Sampel yang telah dihaluskan ditimbang secara seksama sebanyak 50 g di dalam krus porselen, lalu ditambahkan 6 mL larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/mL), 10 mL larutan baku kalium (konsentrasi 1000 µg/mL), dan 1,5 mL larutan baku natrium (konsentrasi 1000 mcg/mL), kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini (Harmita, 2004):

% Perolehan Kembali =CF−CA

C∗A × 100%

Keterangan: CA = Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku

CF = Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku

C∗A = Kadar larutan baku yang ditambahkan

3.5.7.2 Penentuan Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantifikasi (Limit of Quantification)

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sebaliknya, batas kuantifikasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Batas deteksi dan batas kuantifikasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harmita, 2004; Rohman dan Gandjar, 2007): Simpangan Baku =�∑(Y−Yi )2

n−2


(45)

29 3.5.7.3Uji Keseksamaan (Presisi)

Uji keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukan drajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan swcara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku yang relatif yang memenuhi persyaratan menunjukan adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Adapun rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah (Rohman dan Gandjar, 2007).

��� = ��

�� × 100%

Keterangan : �� = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi


(46)

30 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh bagian Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah sawo dengan jenis Manilkara zapota L. P.Royen dari suku Sapotaceae. Data hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 42.

4.2 Analisis Kuantitatif

4.2.1 Kurva Kalibrasi Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium

Kurva kalibrasi kalium, kalsium, natrium dan magnesium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku kalsium, kalium, natrium dan magnesium pada panjang gelombang masing-masing. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk kalsium, kalium, dan natrium diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y = 0.038547 X + 0.004881 untuk kalsium, Y = 0.04501 X - 0.01113 untuk kalium, Y = 0.140129 X + 0.000886 untuk natrium dan Y = 0,4084 X – 0,0004 untuk magnesium.

Kurva kalibrasi larutan baku kalium, kalsium, natrium dan magnesium dapat dilihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.


(47)

31

Gambar 4.1 Kurva kalibrasi kalsium

Gambar 4.2 Kurva kalibrasi kalium

Gambar 4.3 Kurva kalibrasi natrium 0

0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45

0 2 4 6 8 10 12

A

bs

or

ba

ns

i

Konsentrasi (µg/mL)

Y = 0.038547 X + 0.004881 r = 0.9996

-0,05 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5

0 2 4 6 8 10 12

A

bs

or

ba

ns

i

Konsentrasi (µg/mL)

Y = 0.04501 X - 0.01113 r = 0.9992

-0,02 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

A

bs

or

ba

ns

i

Konsentrasi (µg/mL)

Y = 0.140129 X + 0.000886 r = 0.9998


(48)

32

Gambar 4.4 Kurva kalibrasi magnesium

Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan kofisien korelasi (r) untuk kalsium sebesar 0,9996; kalium sebesar 0,9992; natrium sebesar 0,9998; dan magnesium sebesar 0,9999. nilai r ≥ 0,97 menunjukkan adanya korelasi linear antara X dan Y (Ermer dan McB. Miller, 2005).

4.2.2 Analisis Kadar Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada Sampel

Sampel yang digunakan dalam penetapan kadar kalium, kalsium, natrium dan magnesium terdiri dari empat jenis yaitu sampel I & II yang terdiri dari sawo matang berkulit, serta sawo matang tidak berkulit , dan sampel III & IV terdiri dari sawo mengkal berkulit serta sawo mengkal tidak berkulit.

Pengujian kandungan kalium, kalsium, natrium dan magnesium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom. Konsentrasi kalium, kalsium, natrium dan magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi. Data dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 51 dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 53.

-0,02 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

A

bs

or

ba

ns

i

Konsentrasi (µg/mL)

Y = 0.4084 X + 0.0004 r = 0.9999


(49)

33

Pengujian dilanjutkan dengan perhitungan statistik (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 15, halaman 94. Hasil analisis kuantitatif kalium, kalsium, natrium dan magnesium pada sampel dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kuantitatif Kalium, Kalsium, Natrium dan magnesium pada Sampel I,II,III dan IV

No Jenis Logam

Kadar Logam dalam Sampel (mg/100 g)

MBK MTK MgBK MgTK

1 Kalium 222,5635 ± 2,7442 140,9663 ± 1,2153 185,3649 ± 0,3720 187,7387 ± 1,4814 2 Kalsium 19,6492

± 0,0988

11,2662 ± 0,07067

20,5811 ± 0,0774

13,6619 ± 0,0447 3 Natrium 6,2928 ± 0,7072 7,5687 ± 0,4758 8,1745 ± 0,1742 7,1406 ± 0,3195 4 Magnesium 11,5420 ± 0,0749 8,6940 ± 0,0280 10,8951 ± 0,0439 11,7894 ± 0,0337

Keterangan:

Sampel I (MBK) = Matang Berkulit Sampel II (MTK) = Matang Tidak Berkulit Sampel III (MgBK) = Mengkal Berkulit Sampel IV (MgTK) = Mengkal Tidak Berkulit

Dari hasil analisis kuantitatif kalium, kalsium, natrium dan magnesium, sesuai yang tercantum pada table 4.1, setiap sampel mempunyai variasi kadar mineralnya. Kadar Kalium Banyak terdapat pada sawo matang berkulit dibanding matang tidak berkulit, sedangkan pada sawo mengkal lebih tinggi yang tidak berkulit dibanding berkulit. Hal ini sesuai dengan tiori bahwa pada kulit buah lebih banyak mengandung Kalium, karena kalium dalam tumbuhan berfungsi untuk menjaga bunga dan buah tidak mudah gugur, dan fungsi kulit buah ialah untuk melindungi daging buah. Kadar kalsium lebih tinggi pada sawo mengkal dan matang berkulit dibanding mengkal dan matang tidak berkulit.


(50)

34

Kadar magnesium berbanding terbalik dengan kalsium yaitu lebih tinggi pada sawo mengkal dan matang tidak berkulit dibanding yang berkulit. Kadar natrium justru lebih tinggi pada mengkal berkulit dan paling sedikit pada matang berkulit. Perbedaan kadar natrium yang lebih sedikit dibanding dengan kadar kalium yang lebih banyak dalam sampel, hasil penelitiaan ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kadar kalium lebih tinggi dibanding natrium (16:1). Hal ini sesuai dengan peran mineral dalam tumbuhan yang berfungsi dan diedarkan ke buah dan bunga, sehingga kalium lebih banyak dalam buah. Sedangkan natrium pada tumbuhan diedarkan untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun, maka kadarnya dalam buah hanya sedikit.

Mineral diedarkan ke bagian-bagian tertentu dalam tanaman sesuai dengan kebutuhan. Dari hasil penelitian ini secara keseluruhan kadar yang paling tinggi dalam sawo ialah kalium seterusnya kalsium, magnesium dan natrium yang paling rendah, hal tersebut sesuai dengan literatur. Kalium dan kalsium dalam tanaman salah satunya berfungsi untuk memperkuat, karena fungsi kulit melindungi atau menutupi daging buah sehingga harus lebih keras.

4.2.3 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada Sampel.

Pengujian beda nilai rata-rata kadar kalium, kalsium, natrium dan magnesium pada sampel bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan pada kadar kalsium, kalium, natrium dan magnesium antar ke empat sampel yang terdiri dari sawo matang dan mengkal berkulit serta sawo matang dan mengkal tidak berkulit. Uji awal yang dilakukan sebelum data diolah ialah uji normalitas data menggunakan metode statistik inferensi yaitu uji


(51)

Kalmogorov-35

Smirnov. Uji ini bertujuan untuk mendeteksi distribusi data terdisrtribusi normal atau tidak normal. Hasil uji tersebut menyatakan bahwa hanya kadar natrium yang terdistribusi normal karena (Sig.(p) > 0,05) sedangkan kalium, kalsium dan magnesium terdistribusi tidak normal karena (Sig.(p) < 0,05). Maka untuk natrium bisa dilanjutkan dengan uji ANOVA yaitu uji One Way ANOVA guna mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata secara signifikan antar sampel. Dari hasil yang diperoleh terdapat perbedaan statistik yang signifikan antar sampel dengan probabilitas lebih kecil dari 0.05 (P = 0.000 < 0.05). maka dilanjutkan dengan uji Post-Hoc menggunakan Turkey untuk mengetahui bahwa nilai rata-rata kadar natrium pada sawo matang tidak berkulit mempunyai perbedaan yang signifikan dengan matang berkulit dan mengkal berkulit tetapi tidak mempunyai perbedaan dengan mengkal tidak berkulit. Data dapat dilihat pada lampiran 15, point 4.

Hasil uji normalitas kalium, kalsium, dan magnesium karena terdistribusi tidak normal maka ini termasuk analisis non parametrik sehingga bisa dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Uji ini digunakan uji asumsi ANOVA tidak terpenuhi, dalam hal ini kita akan mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata kadar kalium, kalsium dan magnesium antar sampel. Maka diperoleh hasil (P = 0.000 < 0.05) ini berarti terdapat perbedaan statistik yang signifikan antar sampel. Tetapi pada uji ini kita tidak bisa mengetahui perbandingan antar sampel yang mana dari keempat sampel tersebut adanya perbadaan yang signifikan.

4.2.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Berdasarkan data kurva kalibrasi kalsium, kalium, natrium dan magnesium diperoleh batas deteksi dan batas kuantitasi untuk mineral tersebut. Batas deteksi


(52)

36

dan batas kuantitasi kalium, kalsium, natrium dan magnesium dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium

Mineral Batas Deteksi (µg/ml) Batas Kuantitasi (µg/ml)

Kalium 0,5264 1,7547

Kalsium 0,3381 1,1270

Natrium 0,0267 0,0892

Magnesium 1,2984 0,0318

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa semua hasil yang diperoleh pada pengukuran sampel berada diatas batas deteksi dan batas kuantitasi. Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 79. 4.2.5 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Hasil uji perolehan kembali (Recovery) kalsium, kalium, natrium dan magnesium setelah penambahan larutan baku dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 84. Perhitungan persen recovery kalium, kaslium, magnesium dan natrium pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 86. Persen recovery kalsium, kalium, dan natrium pada sampel dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Persen Uji Perolehan Kembali (recovery) Kalium, kalsium, natrium dan magnesium pada Sampel

No Mineral yang dianalisis

Recovery (%) Syarat rentang persen Recovery (%)

1. Kalium 92,6917 80-120

2. Kalsium 99,1419 80-120

3. Natrium 99,8363 80-120

4. Magnesium 102,1610 80-120

Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji perolehan kembali (recovery) untuk kalium 92,6917%, kalsium 99,1419%, natrium 99,8363%, dan magnesium 102,1610%.


(53)

37

Persen perolehan kembali tersebut menunjukkan kecermatan kerja yang memuaskan pada pengujian kandungan kalium, kalsium, natrium dan magnesium pada sampel. Hasil yang diperoleh dari uji perolehan kembali (recovery) ini memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan, jika rata-rata hasil perolehan kembali berada pada rentang 80-120% (Ermer dan McB. Miller, 2005).

4.2.6 Simpangan Baku Relatif

Nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif untuk kalium, kalsium, natrium, dan magnesium dapat dilihat pada Tabel 4.4, sedangkan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 14, halaman 90.

Tabel 4.4 Nilai Simpangan Baku dan Simpangan Baku Relatif Kalsium, Kalium, Natrium dan Magnesium

No. Mineral Simpangan Baku Simpangan Baku Relatif

1. Kalium 1,6671 0,75%

2. Kalsium 0,0599 0,09%

3. Natrium 0,4296 6,83%

4. Magnesium 0,0456 0,39%

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat dilihat nilai simpangan baku (SD) untuk, kalium adalah sebesar 1,6671, kalsium adalah sebesar 0,0599, natrium adalah sebesar 0,4296, dan magnesium adalah sebesar 0,0456. sedangkan nilai simpangan baku relatif (RSD) sebesar 0,75% untuk kalium, dan 0,09% untuk kalsium dan 6,83% untuk natrium dan 0,39% untuk magnesium. Menurut Harmita (2004), nilai simpangan baku relatif (RSD) untuk analit dengan kadar part per million (ppm) adalah tidak lebih dari 16% dan untuk analit dengan kadar part per billion (ppb) RSD nya adalah tidak lebih dari 32%. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode yang dilakukan memiliki presisi yang baik.


(54)

38 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pengujian secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom menunjukkan bahwa kandungan kalsium, kalium, natrium dan magnesium pada sampel yang terdiri dari matang berkulit dan tidak berkulit adalah sebesar (222,5635 ± 2,7442) dan (140,9663 ± 1,2153) mg/100 g untuk kalium, (19,6492 ± 0,0988) dan (11,2662 ± 0,0706) mg/100 g untuk kalsium, (6,2928 ± 0,7072) dan (7,5687 ± 0,4758) mg/100 g untuk natrium serta (11,5420 ± 0,0749) dan (8,6940 ± 0,0280) untuk magnesium, sedangkan kandungan kalium, kalsium, natrium dan magnesium pada sampel yang terdiri dari mengkal berkulit dan tidak berkulit adalah sebesar (185,3649 ± 0,3720) dan (187,7387 ± 1,4814) mg/100 g untuk kalium, (20,5811 ± 0,0774) dan (13,6619 ± 0,0447) mg/100 g untuk kalsium, (8,1745 ± 0,1742) dan (7,1406 ± 0,3195) mg/100 g untuk natrium serta (10,8951 ± 0,0439) dan (11,7894 ± 0,0337) untuk magnesium.

2. Hasil uji statistik yaitu uji beda rata-rata yang diawali dengan uji Normalitas dengan uji Kalmograv-Smirnov, diperoleh kadar natrium sebagai hasil yang normal sedangkan kalium, kalsium dan magnesium tidak normal. Uji lanjutan untuk natrium digunakan One Way ANOVA sedangkan untuk kalium, kalsium, dan magnesium dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis maka diperoleh kandungan kalium, kalsium, natrium dan magnesium yang berbeda secara signifikan antara sampel yang terdiri dari


(55)

39

matang berkulit dan tidak berkulit serta mengkal berkulit dan tidak berkulit, di mana kandungan kalium, kalsium, natrium dan magnesium pada sawo matang lebih tinggi dari pada mengkal, serta yang berkulit lebih tinggi dari pada tidak berkulit, sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan kalium, kalsium, natrium dan magnesium paling banyak terkandung pada sawo matang berkulit.

5.2 Saran

a. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menguji kandungan mineral lain pada buah sawo.

b. Disarankan kepada masyarakat agar tetap menggunakan kulit dalam mengkonsumsi buah sawo karena buah sawo berkulit memiliki kandungan kalsium, kalium, dan natrium lebih tinggi dibandingkan dengan sawo tanpa kulit.


(56)

40

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 228.

Ashari, S. (1997). Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. Yogyakarta: ANDI. Hal. 10 - 11, 115 – 119.

Aso, S. (2010). Health Secret of Kiwifruit. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal. 112.

Barasi, M. (2007). Nutrition at Glance. Penerjemah: Hermin. (2009). At a Glance: Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 52.

Basset, J. (1979). Vogel’s Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. Penerjemah: A.Hadyana P. dan L.Setiono. (1985). Buku Teks Analisis Kualitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit PT. Kalman Media Pusaka. Hal. 300 – 310.

Budiarto, E. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 46.

Devi, N. (2010). Nutrition And Food Gizi Untuk Keluarga. Jakarta: Buku Kompas. Hal. 94.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 744, 748.

Emma, S.W. (2006). Jus Buah & Sayuran.Jakarta: PT. Niaga Swadaya. Hal. 41. Ermer, J. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim:

Wiley-Vch Verlag GmbH & Co.KGaA. Hal. 171.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian 1. (3): 117-135.

Helrich, K. (1990). Official Methode of Analysis of the Association of Official Analytical Chemist. Fifty edition. Virginia:Association of Official Analytical Chemist Inc. Hal. 40.

Horne, M.M. (2000). Keseimbangan Cairan, Elektrolit Dan Asam Basa. Jakarta: EGC. Hal. 83.

Horwitz, W. (2000). Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical Chemist. Edisi ketujuhbelas. Arlington: AOAC International. Hal. 4.


(57)

41

Kee, J.L. (1996). Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC. Hal. 179.

Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analaitik. Penerjemah: Saptoraharjo. Jakarta: UI-Press. Hal. 283.

Poedjiadi, A. (1994). Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press. Hal. 419.

Rohman, A., dan Gandjar, I.G. (2009). Kimia Farmasi Analilsis. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 298 – 322, 456, 463 – 473.

Suhardjo, Kusharto, C.M. (1992). Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 73.

Sunarjono, H.H. (1997). Prospek Berkebun Buah. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 6, 57 – 60.

Tan, H.T., dan Kirana, R. (2007). Obat–Obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal. 867.


(58)

1 Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan


(59)

2 Lampiran 2. Sampel yang Digunakan

Sawo Matang

Sawo Mengkal


(60)

3 Lampiran 3. Alat-Alat yang Digunakan

Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-2000


(61)

4 Lampiran 3 (Lanjutan)


(62)

5

Lampiran 4. Bagan Alir Proses Dekstruksi Kering

1. Bagan alir proses dekstruksi sampel I (Matang Berkulit)

 Dibersihkan dari pengotoran

 Dicuci dengan air mengalir, dan dibilas dengan aqua demineralisata

 Ditiriskan dan dikeringkan dengan cara diangin- anginkan dan dipotong-potong kira-kira ± 2 cm

 Dihaluskan dengan blender dan dihomogenkan

Abu

Hasil

 Ditambahkan 5 ml HNO3 (1:1)

 Diuapkan pada hot plate sampai kering

 Dimasukkan kembali kedalam tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit

 Dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan dingin pada desikator

 Ditimbang sebanyak 50 g di atas kurs porselen

 Diarangkan diatas hot plate

 Diabukan di tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit

 Dilakukan selama 45 jam dan dibiarkan dingin pada desikator

Sampel yang telah dihaluskan Sawo


(63)

6 Lampiran 4 (Lanjutan)

2. Bagan alir proses dekstruksi sampel II (Matang Tidak berkulit) 3.

 Dibersihkan dari pengotoran

 Dicuci bersih dengan air mengalir, dan dibilas dengan aqua demineralisata

 Ditiriskan dan dikeringkan dengan cara diangin- anginkan dan dikupas kulitnya lalu dipotong-potong kira-kira ± 2 cm

 Dihomogenkan

Abu

Hasil

 Ditambahkan 5 ml HNO3 (1:1)

 Diuapkan pada hot plate sampai kering

 Dimasukkan kembali kedalam tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit

 Dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan dingin pada desikator

 Ditimbang sebanyak 50 g di atas kurs porselen

 Diarangkan diatas hot plate

 Diabukan di tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit

 Dilakukan selama 45 jam dan dibiarkan dingin pada desikator

Sampel yang telah dihaluskan Sawo


(64)

7 Lampiran 4 (Lanjutan)

3. Bagan alir proses dekstruksi sampel III (Mengkal Berkulit) 4.

 Dibersihkan dari pengotoran

 Dicuci dengan air mengalir, dan dibilas dengan aqua demineralisata

 Ditiriskan dan dikeringkan dengan cara diangin- anginkan dan dipotong-potong kira-kira ± 2 cm

 Dihaluskan dengan ditumbuk dan dihomogenkan

Abu

Hasil

 Ditambahkan 5 ml HNO3 (1:1)

 Diuapkan pada hot plate sampai kering

 Dimasukkan kembali kedalam tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit

 Dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan dingin pada desikator

 Ditimbang sebanyak 50 g di atas kurs porselen

 Diarangkan diatas hot plate

 Diabukan di tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit

 Dilakukan selama 45 jam dan dibiarkan dingin pada desikator

Sampel yang telah dihaluskan Sawo


(65)

8 Lampiran 4 (Lanjutan)

4. Bagan alir proses dekstruksi sampel IV (Mengkal Tidak Berkulit) Lampira

 Dibersihkan dari pengotoran

 Dicuci bersih dengan air mengalir, dan dibilas dengan aqua demineralisata

 Ditiriskan dan dikeringkan dengan cara diangin- anginkan lalu dikupas kulitnya dan dipotong-potong kira-kira ± 2 cm

 Dihaluskan dengan ditumbuk dan dihomogenkn

Abu

Hasil

 Ditambahkan 5 ml HNO3 (1:1)

 Diuapkan pada hot plate sampai kering

 Dimasukkan kembali kedalam tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit

 Dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan dingin pada desikator

 Ditimbang sebanyak 50 g di atas kurs porselen

 Diarangkan diatas hot plate

 Diabukan di tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit

 Dilakukan selama 45 jam dan dibiarkan dingin pada desikator

Sampel yang telah dihaluskan Sawo


(66)

9

Lampiran 5. Bagan Alir Pembuatan Larutan Sampel Hasi destruksi

kering

 Dilarutkan dalam 5 ml HNO3 (1:1)

 Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml

 Dibilas Krus porselen dengan akuabides sebanyak 3 kali

 Dicukupkan volumenya dengan akua- demineralisata sampai garis tanda

 Disaring dengan kertas Whatman No.42 dengan membuang 5 ml untuk menjenuhkan kertas saring

Larutan Sampel

 Dilakukan analisa kuantitatif dengan spektrofotometer serapan atom pada λ 422,7 nm untuk logam kalsium, λ 766,50 nm untuk logam kalium dan pada λ 589.0 nm untuk logam natrium


(1)

49 Lampiran 14 (Lanjutan)

2. Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD) Kalium dalam Sampel No. Kadar % Perolehan Kembali

(Xi) ( Xi-X) ( Xi-X)

2

1. 220,1401 -2,4234 5,8728

2. 223,3764 0,8129 0,6608

3. 221,3493 -1,2142 1,4743

4. 224,4187 1,8552 3,4418

5. 224,0427 1,4792 2,1880

6. 222,0538 -0,5097 0,2598

∑ 1335,381 13,8975

X 222,5632

6671 , 1

1 6 13,8975

1 -n

) X

-(Xi 2

= − =

∑ =

SD

% 74905 , 0

% 100 5632 , 222

6671 , 1

% 100

= = =

x x X SD RSD


(2)

50 Lampiran 14 (Lanjutan)

3. Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD) Natrium dalam Sampel No. Kadar % Perolehan Kembali

(Xi) ( Xi-X ) ( Xi-X)

2

1. 6,7577 0,4649 0,2161

2. 6,5736 0,2808 0,0788

3. 6,5743 0,2815 0,0792

4. 6,1787 -0,1141 0,0130

5. 6,0806 -0,2122 0,0450

6. 5,5922 -0,7006 0,4908

∑ 37,7571 0,9229

X X =6,2928

4296 , 0

1 6 0,9229

1 -n

) X

-(Xi 2

= − =

∑ =

SD

% 8268 , 6

% 100 2928 , 6

4296 , 0

% 100

= = =

x x X SD RSD


(3)

51 Lampiran 14 (Lanjutan)

4. Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD) Magnesium dalam Sampel No. Kadar % Perolehan Kembali

(Xi) ( Xi-X ) ( Xi-X)

2

1. 11,5285 0,0135 0,0002

2. 11,4759 -0,0661 0,0044

3. 11,6024 0,0604 0,0036

4. 11,5144 -0,0276 0,0008

5. 11,5511 0,0091 0,0000

6. 11,5799 0,0379 0,0014

∑ 69,2522 0,0104

X 11,5420

0456 , 0

1 6 0,0104

1 -n

) X

-(Xi 2

= − =

∑ =

SD

% 39508 , 0

% 100 5420 , 11

0456 , 0

% 100

= = =

x x X SD RSD


(4)

52 Lampiran 15. Hasil Uji Statistik

1. Analisis Frekuensi

Pengolahan Data Keseluruhan Data

valid % kesalahan Total

N Persen N Persen N Persen

kadar Ca 24 96,0% 1 4,0% 25 100,0%

kadar Na 24 96,0% 1 4,0% 25 100,0%

kadar Mg 24 96,0% 1 4,0% 25 100,0%

kadar K 24 96,0% 1 4,0% 25 100,0%

2. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistik df Sig. Statistik df Sig.

kadar Ca .293 24 .000 .777 24 .000

kadar Na .102 24 .200* .947 24 .238

kadar Mg .289 24 .000 .736 24 .000

kadar K .257 24 .000 .837 24 .001

a Lilliefors Signifikansi Koreksi

*. Ini adalah batas bawah dari makna sebenarnya

3. Uji One Way ANOVA

ANOVA kadar Na

Jumlah kuadrat df Mean Square F Sig.

Antar sampel 11.114 3 3.705 40.860 .000

Keseluruhan

sampel 1.813 20 .091

Total 12.928 23


(5)

53 kadar Na Tukey HSD

sampel sawo N

Subset untuk alpha = 0.05

1 2 3

matang berkulit 6 6.292850E0

mengkal tidak berkulit 6 7.247267E0

matang tidak berkulit 6 7.568683E0

meengkal berkulit 6 8.174533E0

Sig. 1.000 .281 1.000

Berarti untuk kelompok subset homogen ditampilkan . .

5. Uji Kruskal-Walis

Ranks

sampel sawo N Mean Rank

kadar K matang berkulit 6 21.50

matang tidak berkulit 6 3.50

meengkal berkulit 6 9.50

mengkal tidak berkulit 6 15.50

Total 24

Uji Statistika,b kadar K

Chi-Square 21.600

Df 3

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test


(6)

54 Ranks

sampel sawo N Mean Rank

kadar Ca matang berkulit 6 15.50

matang tidak berkulit 6 3.50

meengkal berkulit 6 21.50

mengkal tidak berkulit 6 9.50

Total 24

Test Statistika,b kadar Ca

Chi-Square 21.600

df 3

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: sampel sawo

Ranks

sampel sawo N Mean Rank

kadar Mg matang berkulit 6 15.50

matang tidak berkulit 6 3.50

meengkal berkulit 6 9.50

mengkal tidak berkulit 6 21.50

Total 24

Test Statisticsa,b kadar Mg

Chi-Square 21.600

df 3

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test