lainnya seperti Staphylococcus spp., Bacillus sp. dan koliform. Cobalt-60 digunakan sebagai sumber radiasi ionisasi Natalia et al., 2009.
Secara umum sumber sinar ultraviolet dapat diperoleh secara alamiah dan buatan. Sinar matahari merupakan sumber utama ultraviolet di alam. Sumber
ultraviolet buatan umumnya berasal dari lampu fluorescent khusus, seperti lampu merkuri tekanan rendah low pressure dan lampu merkuri tekanan sedang
medium pressure. Lampu merkuri medium pressure mampu menghasilkan radiasi ultraviolet yang lebih besar daripada lampu merkuri low pressure. Namun
lampu merkuri low pressure lebih efisien dalam pemakaian listrik dibandingkan lampu merkuri medium pressure. Lampu merkuri low pressure menghasilkan
radiasi maksimum pada panjang gelombang 253,7 nm yang letal bagi mikroorganisme, protozoa, virus dan alga, sedangkan radiasi lampu merkuri
medium pressure diemisikan pada panjang gelombang 180-1370 nm. Radiasi
ultraviolet yang diabsorbsi oleh protein pada membran sel akan menyebabkan kerusakan membran sel dan kematian sel Cahyonugroho, 2010.
Bakteri gram negatif adalah yang paling peka terhadap radiasi Yulianita, 2007. Untuk bakteri pembentuk spora, adanya kandungan air yang rendah dari
spora menyebabkan resistensi spora terhadap radiasi. Selama germinasi, kandungan air protoplas spora bertambah dan karena itu resistensi radiasinya
sangat berkurang Darwis, 2006. Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 265 nm memiliki efisien bakterisidal tertinggi. Sinar X bersifat letal bagi
mikroorganisme. Bakteri Escherichia coli dapat letal dengan penyinaran sinar X dengan dosis 5000 rad sedangkan Bacillus mesentericus dapat letal dengan dosis
penyinaran sinar X sebesar 130.000 rad. Sinar X memiliki energi dan daya tembus yang tinggi
Pelczar Chan, 2005.
2.3 Bakteri Pembentuk Spora dan Bacillus sp.
Kelompok bakteri pembentuk spora biasanya berbentuk bulat atau batang dan sebagian mempunyai filamen, berdiameter 0,3-2 µm kecuali Oscillospira. Dari
hasil pewarnaan sebagian besar gram positif. Sel bersifat motil dengan flagel peritrik dan membentuk endospora yang resisten terhadap panas
Errington, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Bacillus merupakan bakteri pembentuk spora yang optimum tumbuh pada suhu mesofilik 35º C-55º C. Kelompok penting bakteri pembentuk spora lainnya
adalah spesies Clostridium. Clostridium merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh pada suhu mesofilik dan termofilik Cousin, 1989. Clostridium spp.
mampu mereduksi sulfat, membentuk spora basil, spora lebih kecil dari kista protozoa dan ookista. Spora Clostridium perfringens sangat tahan terhadap
kondisi yang tidak menguntungkan termasuk suhu dan pH ekstrim, juga tahan terhadap proses desinfeksi seperti klorinasi NHMRC NRMMC, 2011.
Beberapa bakteri menunjukkan tingkat resistensi tinggi terhadap klorin. Bakteri pembentuk spora seperti Bacillus atau Clostridium, Mycobacterium dan Nocardia
sangat tahan terhadap desinfeksi klorin. Klorin dioksida sebanding dengan klorin bebas untuk inaktivasi bakteri dan virus pada pH netral WHO, 2004.
Desulfotomaculum menghasilkan spora berbentuk bulat atau oval pada bagian terminal dan sunterminal yang menyebabkan pembengkakan pada sel.
Sporohalobacter menghasilkan spora berbentuk bulat di bagian terminal. Sporolactobacillus menghasilkan spora berbentuk elips dan letaknya terminal,
Sporosarcina menghasilkan spora berbentuk bulat diameternya 0,5-1,5 µm, Sulfidobacillus menghasilkan spora berbentuk bulat atau oval dan letaknya di
bagian subterminal dan terminal. Syntrophospora menghasilkan spora berbentuk oval dan letaknya di bagian terminal serta membengkak pada sel Holt et al.,
1994. Transfer interspesifik dan intraspesifik pada DNA di antara beberapa jenis
Bacillus telah dicapai, diantaranya pada Bacillus megaterium, Bacillus thuringiensis, Bacillus lichenniformis, Bacillus cereus, Bacillus coagulans,
Bacillus brevis, Bacillus sphaericus, dan Bacillus stearothermophilus. Interaksi genetik ini memberikan pengaruh pada identifikasi isolat dari berbagai habitat
Hatmanti, 2000. Bacillus berbentuk batang panjang dan relatif besar, katalase positif, berspora, oksidasi positif atau negatif, bersifat aerobik atau anaerobik
fakultatif, motil atau tidak motil, memfermentasi glukosa atau tidak dan dapat bersifat fermentatif, oksidatif atau tidak keduanya Naufalin, 1999. Famili
Bacillaceae kadang-kadang berbentuk streptobasil, flagel peritrik atau tanpa flagel, gram positif, parasit atau patogen terutama pada insekta Irianto, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Jenis Bacillus spp. menunjukkan bentuk koloni yang berbeda-beda pada medium agar cawan Nutrien Agar. Warna koloni pada umumnya putih sampai
kekuningan atau putih keruh, tepi koloni bermacam-macam namun pada umumnya tidak rata, permukaannya kasar dan tidak berlendir, ada yang cenderung
kering berbubuk, koloni besar dan tidak mengkilat. Bentuk koloni dan ukurannya sangat bervariasi tergantung dari jenisnya. Setiap jenis Bacillus spp. juga
menunjukkan kemampuan dan ketahanan yang berbeda-beda dalam menghadapi kondisi lingkungannya, misalnya ketahanan terhadap panas, asam, kadar garam,
dan sebagainya Hatmanti, 2000. Genus Bacillus memiliki 25 spesies dengan letak endospora di tengah atau
di ujung sporangium Irianto, 2006. Spora Bacillus mempunyai resistensi yang lebih dibandingkan sel vegetatifnya Hatmanti, 2000. Spora Bacillus memiliki
dinding yang tebal dan sangat resisten terhadap kondisi fisik yang kurang menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan, radiasi, asam dan terhadap
bahan-bahan kimia seperti desinfektan Sembiring Fachmiasari, 2004. Bila Bacillus subtilis berada dalam kondisi kekurangan nutrisi dalam media, Bacillus
subtilis memiliki strategi bertahan termasuk motilitas, kemotaksis, produksi enzim, transformasi, pembentukan antibiotik untuk menekan persaingan nutrisi
Errington, 2003. Marga Bacillus mudah dibedakan dari kelompok bakteri penghasil
endospora lain. Organisme diklasifikasikan dalam Marga Bacillus pada umumnya karena membentuk spora dan menunjukkan karakteristik pada beberapa tes
fenotip. Pembagian grup dalam Marga Bacillus didasarkan pada bentuk spora dan letak sporangium. Bentuk spora yang dihasilkan oleh Bacillus spp. bermacam-
macam tergantung jenisnya. Bacillus spp. membentuk tidak lebih dari satu endospora untuk tiap sel, Bacillus subtilis dan Bacillus cereus memproduksi spora
berbentuk silinder, Bacillus polymixa dan Bacillus spaericus membentuk spora yang membengkak lebih besar dari sel vegetatifnya Hatmanti, 2000.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2013, bertempat di laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tabung reaksi, cawan petri, pro-pipet, pipet serologi, spatula, jarum ose, autoclave, oven, pipet mikro,
erlenmeyer, hot-plate, vortex, inkubator, beaker glass, bunsen, mikroskop cahaya, obyek glass, shaker,
spektrofotometer UV-Visibel Shimadzu 1240 , pH meter dan
water bath. Sedangkan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain akuades, alkohol 70, larutan Mc-Farland
≈ 10
8
selml, H
2
SO
4
1 N, NaOH 1 N, media garam minimum kitin MGMK agar, media molase tripton, malachite
green, safranin dan isolat bakteri asal tanah Bangka Bacillus sp. yang sebelumnya disebut sebagai isolat Bacillus sp. BK17 yang telah diketahui berpotensi
menghasilkan enzim kitinase dalam aktivitas menghambat pertumbuhan jamur patogen dan dapat membentuk spora Isolat Bacillus sp. BK17 dapat dilihat pada
Lampiran 5 halaman 43.
3.3 Pelaksanaan Penelitian 3.3.1 Perbanyakan dan Pembuatan Suspensi Bakteri
Biakan bakteri disubkultur dalam media MGMK agar dan diinkubasi pada suhu kamar dengan pH 6,5-7,0 selama ± 2 hari. Hasil subkultur biakan bakteri
diambil dengan jarum ose dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml akuades steril. Setelah itu dihomogenkan dengan cara divortex dan disamakan
kekeruhannya dengan standart Mc-Farland sehingga diperoleh suspensi bakteri
Universitas Sumatera Utara