intraselular air menjadi sangat kecil pada bakteri pembentuk spora Darwis, 2006.
Pertumbuhan Bacillus cereus dapat dihambat dengan kandungan air dibawah 0,91 ESR, 2010. Spora Bacillus cereus mampu bertahan lama pada
kondisi kering selama 48 minggu Jaquette Beuchat, 1998. Pengeringan sel mikroba serta lingkungannya akan mengurangi aktivitas
metabolik. Pada umumnya, lamanya mikroorganisme bertahan hidup setelah pengeringan bervariasi tergantung dari jenis mikroorganisme, bahan pembawa
yang dipakai untuk mengeringkan mikroorganisme, kondisi fisik cahaya, suhu, kelembaban pada organisme yang dikeringkan. Spesies kokus gram negatif
seperti Neisseria gonorrhoeae dan Neisseria meningitis sangat peka terhadap kekeringan, sehingga akan mati dalam waktu beberapa jam. Streptococcus jauh
lebih resisten, beberapa species dapat bertahan berminggu-minggu setelah dikeringkan. Bacillus tuberculosis dapat bertahan dalam kekeringan selama
jangka waktu yang lebih lama. Pada proses liofilisasi, mikroorganisme diberi perlakuan dehidrasi yang ekstrim dalam keadaan beku dan kemudian ditutup rapat
dalam vakum. Liofilisasi lebih merupakan proses pengawetan daripada pembasmian mikroorganisme. Biakan mikroorganisme yang diliofilisasi akan
tetap hidup selama bertahun-tahun Pelczar Chan, 2005.
2.2.4 Radiasi
Spora bakteri kurang peka terhadap radiasi atau mempunyai ketahanan yang lebih tinggi terhadap radiasi dibandingkan dengan bakteri yang tidak membentuk spora.
Hal ini disebabkan karena struktur spesifik dari spora. Jika spora bakteri sudah dapat diinaktifkan dengan radiasi, maka dianggap bakteri kontaminan lain yang
tidak membentuk spora sudah dapat juga dihilangkan dengan proses radiasi yang sama. Daya hidup mikroorganisme setelah radiasi tergantung pada laju radiasi dari
dosis yang diabsorbsi sewaktu melakukan radiasi. Clostridium sporogenens memiliki kemiripan katahanan terhadap radiasi dengan bakteri Clostridium
botulinum yang bersifat sangat toksigenik dalam hal ketahanan terhadap radiasi. Tetapi radiasi dengan dosis 45 kGy dalam kondisi cryogenic -79°
C dapat menghilangkan spora bakteri Clostridium sporogenens dan bakteri kontaminan
Universitas Sumatera Utara
lainnya seperti Staphylococcus spp., Bacillus sp. dan koliform. Cobalt-60 digunakan sebagai sumber radiasi ionisasi Natalia et al., 2009.
Secara umum sumber sinar ultraviolet dapat diperoleh secara alamiah dan buatan. Sinar matahari merupakan sumber utama ultraviolet di alam. Sumber
ultraviolet buatan umumnya berasal dari lampu fluorescent khusus, seperti lampu merkuri tekanan rendah low pressure dan lampu merkuri tekanan sedang
medium pressure. Lampu merkuri medium pressure mampu menghasilkan radiasi ultraviolet yang lebih besar daripada lampu merkuri low pressure. Namun
lampu merkuri low pressure lebih efisien dalam pemakaian listrik dibandingkan lampu merkuri medium pressure. Lampu merkuri low pressure menghasilkan
radiasi maksimum pada panjang gelombang 253,7 nm yang letal bagi mikroorganisme, protozoa, virus dan alga, sedangkan radiasi lampu merkuri
medium pressure diemisikan pada panjang gelombang 180-1370 nm. Radiasi
ultraviolet yang diabsorbsi oleh protein pada membran sel akan menyebabkan kerusakan membran sel dan kematian sel Cahyonugroho, 2010.
Bakteri gram negatif adalah yang paling peka terhadap radiasi Yulianita, 2007. Untuk bakteri pembentuk spora, adanya kandungan air yang rendah dari
spora menyebabkan resistensi spora terhadap radiasi. Selama germinasi, kandungan air protoplas spora bertambah dan karena itu resistensi radiasinya
sangat berkurang Darwis, 2006. Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 265 nm memiliki efisien bakterisidal tertinggi. Sinar X bersifat letal bagi
mikroorganisme. Bakteri Escherichia coli dapat letal dengan penyinaran sinar X dengan dosis 5000 rad sedangkan Bacillus mesentericus dapat letal dengan dosis
penyinaran sinar X sebesar 130.000 rad. Sinar X memiliki energi dan daya tembus yang tinggi
Pelczar Chan, 2005.
2.3 Bakteri Pembentuk Spora dan Bacillus sp.