Bakteri pembentuk spora merupakan species yang dapat bertahan hidup setelah dipanaskan dengan uap 100° C bahkan lebih Melliawati, 2009. Spora
tahan terhadap temperatur
yang mematikan sel vegetatif, spora Clostridium botulinum tahan terhadap
temperatur mendidih selama beberapa jam Waluyo,
2007. Spora dari famili Bacillaceae tahan terhadap panas. Resistensi spora terhadap panas sebagian disebabkan oleh kadar air yang dikandungnya Irianto,
2006. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap panas, hal ini karena dinding spora lebih bersifat impermeabel dan spora mengandung sedikit air,
sehingga keadaan ini menyebabkan spora tidak mudah mengalami perubahan temperatur. Kadar air yang rendah dan pembungkus spora yang tebal merupakan
faktor pendukung ketahanan spora terhadap panas. Spora mungkin masih dapat bertahan pada
temperatur air mendidih selama 20 jam Waluyo, 2007.
Menurut Naufalin 1999 mekanisme ketahanan panas dari berbagai hasil penelitian menyatakan bahwa senyawa peptidoglikan yang merupakan penyusun
korteks dengan struktur ikatan silang dan bersifat elektronegatif, sangat berperan dalam meningkatkan ketahanan spora terhadap panas dengan cara mengontrol
kandungan air di dalam protoplas, yaitu mempertahankan kadar air yang rendah. Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi sifat polimer peptidoglikan juga ikut
berperan menurunkan ketahanan spora terhadap panas, misalnya adanya asam dan beberapa kation multivalen.
Spora Bacillus cereus tahan terhadap panas sampai temperatur 100° C yang menandakan ketahanan sporanya terhadap kondisi ekstrim. Sel vegetatif
Bacillus cereus dapat diinaktivasi melalui pemanasan ESR, 2010. Spora Bacillus cereus dibentuk pada siklus pertumbuhan selama 8 jam setelah mengalami
perlakuan panas pada suhu 70-90° C selama 24 jam Young James, 1959. Bacillus stearothermophilus dapat membentuk spora dan tumbuh optimum pada
suhu 65° C Zeigler, 2001.
2.2.2 Derajat Keasaman pH
Pembentukan spora selama fermentasi merupakan hal yang sangat penting pada bakteri Bacillus thuringiensis subsp. israelensis. Semakin banyak spora yang
dibentuk maka diharapkan semakin tinggi pula jumlah kristal protein yang
Universitas Sumatera Utara
terbentuk sebagai bahan aktif bioinsektisida. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kristal protein pada Bacillus thuringiensis
subsp. israelensis, salah satunya adalah pH. Pada interval nilai pH 5,5-8,0 menunjukkan bahwa semakin tinggi pH awal medium yang digunakan
menyebabkan semakin tinggi potensi produk bioinsektisida yang dihasilkan. Hal ini diduga proses sintesa kristal protein dan sporulasi berjalan optimal. Keadaan
ini disebabkan oleh lingkungan pH yang tidak terlalu rendah sehingga pembentukan kompleks spora dan kristal protein dapat berjalan dengan baik
Ahdianto, 2006. Derajat keasaman pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri
berlangsung antara pH 6,5 dan 7,5. Namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat masam atau sangat alkalin. Bagi kebanyakan spesies, nilai pH
minimal dan maksimal ialah antara 4 dan 9 Noviana Raharjo, 2009. Pada pH 5,0 dan 8,0 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik, kecuali bakteri asam
asetat yang mampu tumbuh pada pH rendah dan bakteri Vibrio sp. yang dapat tumbuh pada pH tinggi Zulaikhah, 2005.
Bacillus cereus memiliki pH optimum pertumbuhan yaitu pada pH 6-7 dan mempunyai batas pertumbuhan antara pH 4,5-9,5. Dari segi ketersediaan oksigen
Bacillus cereus termasuk organisme anaerob fakultatif. Spora Bacillus cereus juga tahan pada kondisi asam antara pH 1,0-5,2. Sel vegetatif Bacillus cereus
dapat diinaktivasi pada pH 3,7 sampai 5,6 ESR, 2010. Bacillus laevolacticus DSM 6475 dan strain Sporolactobacillus, kecuali Sporolactobacillus racemicus
IAM 12395 tahan terhadap pH 3,0. Bacillus racemilacticus dan Bacillus coagulans toleran terhadap konsentrasi empedu lebih dari 0,3 Hyronimus et
al., 2000. Beberapa bakteri pembentuk spora mampu bertahan pada pH yang ekstrim
antara lain, Sulfidobacillus menghasilkan spora yang tumbuh optimum pada pH
1,9-2,4. Amphibacillus dapat tumbuh dengan baik dan dapat membentuk spora pada kondisi aerob dan anaerob fakultatif di dalam media glukosa yeast pepton
pada pH 10,0. Thermococcus mampu bertahan hidup pada pH 4,0-8,0 Holt et al., 1994. Amphibacillus jilinensis yang telah diisolasi dari sedimen danau soda di
Cina dapat tumbuh pada pH 7,5-10,5 dan optimum pada pH 9,0 tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
tumbuh pada pH 7,0 atau 11,0 Wu et al., 2010. Bacillus thermantarcticus M1 mampu bertahan pada pH 5,5-9,0 Zeigler, 2001.
2.2.3 Kekeringan