4. Formulir harus sudah diisi dan ditandatngani 24 jam sebelum tindakan
medis dilakukan 5.
Dokter harus ikut membubuhkan tanda tangan sebagai bukti bahwa telah diberikan informasi dan penjelasan secukupnya
6. Sebagai ganti tanda tangan, pasien atau kelurganya yang buta huruf
harus membubuhkan cap jempol ibu jari tangan kanan Persetujuan tindakan medis tidak dapat membebaskan tenaga kesehatan
dari tuntutan atau gugatan apabila melakukan kesalahan atau kelalaian karena persetujuan tindakan medis hanya memberikan wewenang kepada tenaga
kesehatan untuk melakukan tindakan medis terhadap dirinya atau keluarganya sesuai dengan standar pelayanan medis yang berlaku, bukan wewenang untuk
melakukan kesalahan atau kelalaian medis.
87
Jadi, pada hakekatnya informed consent adalah untuk melindungi pasien dari segala kemungkinan tindak medik yang tak disetujui atau diizinkan oleh
pasien tersebut; sekaligus melindungi dokter secara hukum terhadap kemungkinan akibat yang tak terduga dan bersifat negatif.
88
C. Standar Profesi Medis
Semua profesional dalam melaksanakan pekerjaannya harus sesuai dengan apa yang dinamakan standar ukuran profesi. Jadi, bukan hanya tenaga kesehatan
87
Pitono Soeparto., Op. Cit., hlm..170
88
Chrisdiono M. Achadiat., Op. Cit., hlm.35
Universitas Sumatera Utara
yang harus bekerja sesuai dengan standar profesi medis, pengemban profesi yang lain pun mempunyai standar profesi.
89
Pelayanan kesehatan medis merupakan hal yang penting yang harus dijaga maupun ditingkatkan kualitasnya sesuai standar pelayanan yang berlaku,
agar masyarakat sebagai konsumen dapat merasakan pelayanan yang diberikan. Pelayanan sendiri hakikatnya merupakan suatu usaha untuk membantu
menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan orang lain serta dapat memberikan kepuasan sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh konsumen.
90
Terdapat tiga komponen yang terlibat dalam suatu proses pelayanan, yakni pelayanan sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan yang diberikan, siapa yang
melakukan layanan dan konsumen yang menilai suatu pelayanan melalui harapan yang diinginkan.
91
Berry dan Zeithaml 1985 memformulasikan 10 dimensi kualitas pelayanan, antara lain :
1. Reliability yang mencakup konsistensi kerja performance dan
kemampuan untuk dapat dipercaya dependability ; 2.
Responsivence pemberian pelayanan yang sesuai ; 3.
Competence keterampilan dan pengetahuan standar ; 4.
Access kemudahan hubungan ; 5.
Courtesy sikap-perilaku ;
89
Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung, 2001, hlm..49
90
Titik Triwulan Tutik.,Op. Cit.,hlm.. 11
91
Ibid
Universitas Sumatera Utara
6. Communication informatif ;
7. Credibility dapat dipercaya ;
8. Security pengamanan dari risiko ;
9. UndestandingKnowing the Customer pemahaman terhadap
kebutuhan pasien ; 10.
Tangibles bukti fisik jasa
92
Dari kesepuluh dimensi tersebut, Berry dan Zeithaml menyederhanakannya menjadi lima dimensi yang meliputi : 1 Kehandalan
reliability, yaitu kemampuan menyelesaikan kinerja sesuai dengan standar yang berlaku; 2 Daya tanggap responsibility, yaitu ketersediaan dan kesiapan serta
kecekatan petugas dalam memberikan pelayanan; 3 Jaminan assurance, berupa jaminan akan kompetensi petugas competence, kesopanan courtesy,
kepercayaan credibility dan keamanan security; 4 Empati empathy, meliputi dimensi kemudahan akses access, komunikasi communication dan
memahami pelanggan understanding to costomers; dan 5 Bukti langsung tangibles yaitu perwujudan jasa yang ditawarkan.
93
Dalam hukum kesehatan diakui adanya otonomi profesi yang hanya berlaku bagi suatu anggota profesi dokter, adanya ketentuan yang bersifat otonom
ini, karena profesi kedokteran memiliki komunitas tersendiri, sehingga menampilkan suatu sistem nilai yang memiliki sejumlah kaidah yang turut
92
Sutopo, Standar Kualitas Pelayanan Medis dalam Titik Triwulan Tutik, Perlindungan Hukum bagi Pasien, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2010, hlm.. 12
93
Ibid.,hlm. 12-13
Universitas Sumatera Utara
menggerakkan dan mengendalikan profesi kedokteran. Di samping itu pula dikenal adanya kontrol professionalyang berfungsi untuk mempertahankan dan
menjunjung tinggi martabat profesi kedokteran.
94
Dalam pasal 24 ayat 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa tenaga kesehatan harus
memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan standar prosedur operasional.
Dokter termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan. salah satu bentuk kegiatan dokter dalam melaksanakan profesinya adalah melakukan tindakan
medis. Dalam pelaksanaan tugasnya melakukan perawatan atau tindakan medis harus mengikuti standar profesi serta menghormati hak-hak pasien.
95
Dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, pada penjelasan pasal 50 disebutkan pengertian
standar profesi, yaitu batasan kemampuan knowledge, skill and profesional attitude minimal yang harus dikuasi oleh seorang individu untuk dapat
melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi. Organisasi profesi yang dimaksud dalam Undang-undang
Praktek Kedokteran ini adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk dokter dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia untuk dokter gigi. Itu berarti standar profesi
medis dokter di Indonesia ditetapkan oleh Ikatan Dokter Indonesia.
94
Bahder Johan Nasution., Op. Cit., hlm..38
95
Ibid., hlm..40
Universitas Sumatera Utara
Menurut Koeswadji 1992 : 104, standar profesi adalah niat atau itikad baik dokter yang didasari oleh etika profesinya, bertolak dari suatu tolak ukur
yang disepakati bersama oleh kalangan pendukung profesi. Wewenang untuk menentukan hal-hal yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan dalam suatu
kegiatan profesi, merupakan tanggung jawab profesi itu sendiri.
96
Prof. Dr. H.J.J Leenan memberikan pendapat tentang pengertian standar profesi medis yang diterjemahkan secara bebas sebagai berikut
97
:
“Norma standar profesi medis dapat diformulasikansebagai berikut : bertindak teliti sesuai dengan standar medis sebagai dilakukan seorang dokter yang
memiliki kemampuan rata-rata dari kategori keahlian medis yang sama dalam keadaaan yang sama dengan cara yang ada dalam perseimbangan yang pantas
untuk mencapi tujuan dari tindakan yang kongkret”
Rumusan standar profesi medis yang menurut Leenen harus dijadikan norma bagi pekerjaan dokter yang dirumuskan menjadi 5 lima pokok, yaitu :
1. Tindakan yang teliti dan hati-hati
Setiap anggota masyarakat termasuk dokter harus menaati norma ketelitian dan kehati-hatian yang wajar dianut di dalam masyarakat.
Secara umum seseorang yang karena tidak telitihati-hati atau lalai dan merugikan orang lain, dianggap telah berbuat salah.
2. Standar medis
Standar medis adalah cara bertindak secara medis dalam suatu peristiwa yang nyata, berdasarkan ilmu kedokteran dan
96
Ibid.,hlm..42-43
97
Wila Chandrawila Supriadi.,Op. Cit.,hlm. 52
Universitas Sumatera Utara
pengalamannya sebagai dokter. Batas-batas kewenangan dokter sesuai dengan bidang keahliannya perlu ditetapkan oleh organisasi.
3. Kemampuan rata-rata dalam bidang keahlian yang sama
KODEKI 1983 pasal 2 menuntut standar yang tertinggi dengan menyatakan bahwa dokter harus senantiasa melakukan profesinya
menurut ukuran yang tertinggi. Hukum mensyaratkan ukuran minimal rata-rata bagi dokter, dimana penilaian kemampuan tersebut didasarkan
atas pendapat saksi-saksi ahli dari kelompok keahlian yang sama. 4.
Situasi dan kondisi yang sama Keadaan yang sama diperlukan untuk membuat perbedaan dengan
keadaan yang berlainan dimana perawatan medis itu telah dilakukan. Dokter yang merawat pasien di puskesmas tidak mungkin memiliki
peralatan yang memadai bila dibandingkan dengan situasi R.S. demikian pula dalam peristiwa kecelakaan atau gawat darurat.
5. Asas proporsionalitas
Harus ada keseimbangan antara sarana upaya yang dilakukan dengan tujuan konkrit yang ingin dicapai sehingga tidak timbul suatu
“diagnostic overkill” atau “therapeutic overkill” yang selanjutnya bisa berkembang menjadi suatu “defensive medicine” dimana segalanya
dilakukan secara berlebihan karena takut dipersalahkan.
98
98
Danny Wiradharma.,Op. Cit.,hlm..78-80
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Prof. Mr. W.B . Van der Mijn berpendapat bahwa dalam melaksanakan profesinya , seorang tenaga kesehatan perlu berpegang kepada tiga
ukuran umum yaitu
99
: 1. Kewenangan
Kewenangan seorang tenaga kesehatan adalah kewenangan hukum rechtbevoegheid yang dipunyai oleh seorang tenaga kesehatan untuk
melaksanakan pekerjaannya. Kewenangan ini memberikan hak kepada tenaga kesehatan untuk bekerja sesuai dengan bidangnya. Kewenangan
tidak lain adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain yang disahkan oleh yang berhak mensahkan.Di Indonesia kewenangan
melaksanakan profesi tenaga kesehatan didapat dari Departemen Kesehatan. Syarat administratif ini memberikan kepada dokter
kewenangan untuk melaksanakan profesi tenaga kesehatan. Bila seorang tenaga kesehatan melaksanakan pekerjaan tanpa kewenangan,
maka tenaga kesehatan tersebut melanggar salah satu standar profesi tenaga kesehatan.
2. Kemampuan rata-rata Penentuan tentang kemampuan rata-rata seorang tenaga kesehatan
tergantung dari situasi dan kondisi negara yang bersangkutan. 3. Keseksamaan
99
Wila Chandrawila Supriadi.,Op. Cit.,hlm. 52-55
Universitas Sumatera Utara
Ukuran keseksamaan atau ketelitian yang umum adalah ketelitian yang akan dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan dalam melaksanakan
pekerjaan yang sama. Dengan perkataan lain, tidak dapat seorang tenaga kesehatan yang dapat dikatakan perfeksionis menjadi ukuran
bagi ketelitian dari tenaga kesehatan yang lain.Penelitian yang umum disini adalah bila sekelompok tenaga kesehatan akan melakukan
ketelitian yang sama dalam situasi dan kondisi yang sama, maka ukuran ketelitian itulah yang diambil.
Pekerjaan profesi kedokteran dilandasi oleh dua prinsip perilaku pokok, yaitu kesungguhan untuk berbuat demi kebaikan pasien dan tidak ada niat untuk
menyakiti, mencederai, dan merugikan pasien. Sebagai bagian dari rasa tanggung jawabnya dan sebagai manifestasi dari dua prinsip perilaku pokok di atas, dokter
wajib menghargai hak pasien. Hak tersebut terdiri dari hak untuk dirawat, diobati, ditangani oleh dokter yang dalam mengambil keputusan profesional secara klinik
dan etis dilakukan secara bebas. Hak lain yang wajib dihargai dari pasien adalah hak untuk dilindungi rahasia pribadinya yang telah dipercayakan kepada dokter.
100
Dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia, ditegaskan bahwa seorang dokter harus senantiasa mengingat kewajibannya melindungi hidup makhluk insani,
mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita. Jika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, ia wajib
merujuk penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam
100
Ibid.,hlm. 52
Universitas Sumatera Utara
menangani penyakit tersebut. Seorang dokter tidak dapat dianggap bertanggung jawab atas suatu kegagalan untuk menyembuhkan pasien, cacat atau meninggal,
bilamana dokter telah melakukan segala upaya sesuai dengan keahlian dan kemampuan profesionalnya.
101
Menurut Leenen bahwa apa yang dikenal dalam dunia kedokteran sebagai “lege artis” pada hakikatnya adalah suatu tindakan medis yang dilakukan sesuai
standar profesi medis yang pada hakikatnya terdiri atas beberapa unsur utama: 1.
bekerja dengan teliti, hati-hati dan seksama; 2.
sesuai dengan ukuran medis; 3.
sesuai dengan kemampuan rata-ratasebanding dengan dokter dengan katergori keahlian yang sama;
4. dalam keadaan yang sebanding;
5. dengan sarana dan upaya yang sebanding wajar dengan tujuan
konkrit tindakan medis tersebut.
102
Seorang dokter yang menyimpang dari standar profesi medis dikatakan telah melakukan kelalaian atau kesalahan dan hal ini menjadi salah satu unsur
malpraktik medis, yakni apabila kesalah atau kelalaian itu bersifat sengaja dolus serta menimbulkan akibat yang serius atau fatal pada pasien. Beberapa penulis
membedakan pengertian kelalaian dengan kesalahan karena dalam kelalaian
101
Ibid.,hlm. 42
102
Pitono Soeparto.,Op. Cit.,hlm..159-156
Universitas Sumatera Utara
terkandung unsur-unsur utama tidak hati-hati, tidak peduli tidak tahu atau tidak acuh sedangkan pada kesalahan unsur utamanya adalah kekeliruan.
103
Dalam rangka menunjang kemandirian dan pelaksnaan profesi kedokteran dalam pelayanan kesehatan, Pemerintah menetapkan berlakunya standar
pelayanan medis di rumah sakit dan standar pelayanan rumah sakit. Standar pelayanan medis tersebut merupakan tonggak utama dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan medis di Indonesia. Tujuan ditetapkannya standar pelayanan medis ini adalah untuk melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak
sesuai dengan standar profesi.
104
BAB IV
103
Ibid.,hlm..156
104
Bahder Johan Nasution.,Op. Cit.,hlm.. 43
Universitas Sumatera Utara
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN TERHADAP
TINDAKAN MEDIS YANG DILAKUKAN OLEH CALON
TENAGA KESEHATAN
A. Kedudukan Hukum Seorang Calon Tenaga Kesehatan dalam melakukan