Hak dan Kewajiban Pasien

preventif, kuratif maupun rehabilitataif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah danatau masyarakat. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan danatau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatanpenyakit. Pelayanan kesehatankuratif adalah suatu kegiatan danatau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, dan pengendalian kecacatan agar kualita penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adlah kegiatan danatau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakatyang berguna untuk dirinya dan masyarakat semkasimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan danatau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. 31

B. Hak dan Kewajiban Pasien

Secara umum hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya, sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas. 32 31 Undang-undang Republik Indonesi Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan 32 Sofyan Lubis., Mengenal Hak Konsumen dan Pasien, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hlm. 38 Universitas Sumatera Utara Sudikno Martokusumo dalm bukunya Mengenal Hukum Suatu Pengantar menyatakan bahwa dalam pengertian hukum, hak adalah kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum. Kepentingan sendiri berarti tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hak adalah suatu tuntutan yang pemenuhannya dilindungi oleh hukum. 33 Janus Sidabalok dalam bukunya Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia menyebutkan bahwa ada 3 tiga macam hak berdasarkan sumber pemenuhannya, yakni : 1 Hak manusia karena kodratnya, yakni hak yang kita peroleh begitu kita lahir, seperti hak untuk hidup dan hak untuk bernafas. Hak ini tidak boleh diganggu gugat oleh negara dan bahkan negara wajib menjamin pemenuhannya. 2 Hak yang lahir dari hukum, yaitu hak yang diberikan oleh negara kepada warga negaranya. Hak ini juga disebut sebagai hak hukum. 3 Hak yang lahir dari hubungan kontraktual. Hak ini didasarkan pada perjanjiankontrak antara orang yang satu dengan orang yang lain. 34 Hak pasien sebenarnya merupakan hak yang asasi yang bersumber dari hak dasar individual dalam bisang kesehatan, the right of self determination. 33 SudiknoMartokusumo.,Op. Cit., hlm. 24 34 Janus Sidabalok.,Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Pertanggungjawaban menurut Hukum Perdata, Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2006, hlm 18. Universitas Sumatera Utara Meskipun sebenarnya sama fundamentalnya, hak atas pelayanan kesehatan sering dianggap lebih mendasar. 35 Sementara hak pasien selalu dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan maka hak utama dari pasien tentunya adalah hak untuk mendapatkan pemeliharaan kesehatan the right to health core. Hak untuk mendapatkan pemeliharaan kesehatan yang memenuhi kriteria tertentu, yaitu agar pasien mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan, dan bantuan dari tenaga kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang optimal. 36 Dalam pandangan hukum, pasien adalah subjek hukum mandiri yang dianggap dapat mengambil keputusan untuk kepantingan dirinya. Oleh karena itu adalh suatu hal yang keliru apabila menganggap pasien selalu tidak dapat mengambil keputusan karena sakit. Dalam pergaulan hidup normal sehari-hari, biasanya pengungkapan keinginan atau kehendak dianggap sebagi titik tolak untuk mengambil keputusan. Dengan demikian walaupun seorang pasien sedang sakit, kedudukan hukumnya tetap sama seperti orang sehat. Jadi, secara hukum pasien juga berhak mengambil keputusan terhadap pelayanan kesehatan yang akan dilakukan terhadapnya, karena hal ini berhubungan erat dengan hak asasinya sebagai manusia. Kecuali apabila dapat dibuktikan bahwa keadaan mentalnya tidak mendukung untuk mengambil keputusan yang diperlukan. 37 35 Danny Wiradharma.,Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta Barat, 1996, hlm. 56 36 Sofyan Lubis.,Loc. Cit. hlm 38 37 Bahder Johan Nasution.,Op. Cit., hlm 31-32 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan dimensi kualitas layanan kesehatan maka harapan pasien sebagai konsumen pelayanan medis meliputi : a. Pemberian pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan b. Membantu dan memberikan pelayanan dengan tanggap tanpa membedakan unsur SARA c. Jaminan keamanan, keselamatan dan kenyamanan d. Komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan primer 38 Selain harapan tersebut terdapat beberapa hak yang dimiliki oleh pasien, antara lain : a. Hak atas informasi, adalah hak untuk mendapatkan informasi dari dokter tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatannya, dalam hal terjadi hubungan dokter-pasien. Idealnya isi minimal informasi yang harus disampaikan, yaitu : 1 Diagnosis analisis penyakit menurut pengetahuan kedokteran 2 Risiko dari tindakan medis 3 Alternatif terapi, termasuk keuntungan dan kerugian dari setiap alternatif terapi terapi 4 Prognosis upaya penyembuhan 5 Cara kerja dokter dalm proses tindakan medis 6 Keuntungan dan kerugian tiap alternatif terapi secara luas 38 Titik Triwulan Tutik., Op. Cit. hlm27 Universitas Sumatera Utara 7 Semua resiko yang mungkin terjadi 8 Kemungkinan rasa sakit b. Hak atas persetujuan Dihubungkan dengan tindakan medis maka hak untuk menentukan diri sendiri diformulasikan dengan apa yang dikenal sebagai persetujuan atas dasar informasi informed consent. Hak ini adalah hak asasi pasien untuk menerima atau menolak tindakan medis yang ditawarkan oleh dokter setelah dokter memberi informasi, seperti dalam pasasl 2 1 Permenkes No. 5851989 yang berbunyi “semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapatkan persetujuan” c. Hak atas rahasia kedokteran Keterangan yang diperoleh dokter dalam melaksanakan profesinya dikenal dengan nama rahasia kedokteran. Dokter berkewajiban untuk merahasiakanketerangan tentang pasien dan penyakit pasien. Kewajiban dokter ini menjadi hak pasien. Hak atas rahasia kedokteran adalah hak individu dari pasien. Hak individu akan dikesampingkan jika masyarakat menuntut. d. Hak atas pendapat kedua Kenyataan menjadi bukti kadang-kadang terjadi perbedaan pendapat antar dokter pertama dan dokter kedua. Bisa saja seorang pasien diam- diam pergi sendiri ke dokter kedua tnap sepengetahuan dokter pertama. Yang dimaksud dengan pendapat kedua adalah adanya kerja sama antara dokter pertama dan kedua. Dokter pertama akan memberikan Universitas Sumatera Utara seluruh hasil kerjanya kepada dokter kedua. Kerja sama ini bukan atas inisiatif pasien. Dengan dilembagakannya hak atas pendapat kedua ini sebagai hak pasien maka keuntungan yang didapat pasien sangat besar. Pertama, pasien tidak perlu mengulangi pemeriksaan rutin lagi. Kedua, dokter pertama dapat berkomunikasi dengan dokter kedua sehingga dengan keterbukaan dari para pakar yang setingkat kemampuannya dapat menghasilkan yang lebih baik. e. Hak untuk melihat rekam medik Membuat rekam medik menjadi kewajiaban dari dokterrumah sakit sejak diundangkannya Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Rekam Medik Nomor 749a Tahun 1989. Pengertian rekam medik dalam Permenkes Nomor 749a Tahun 1989 disebutkan adalah berkas yang berisi cacatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Dalam pasal 2 ditetapkan bahwa setiap sarana pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan rawat jalan ataupun rawat inap wajib membuat rekam medik. Menurut Fred Ameln bahwa di dalam beberapa literatur hukum kesehatan disebutkan beberapa hak pasien, yaitu : 1. Hak atas informasi 2. Hak memberikan persetujuan 3. Hak memilih dokter Universitas Sumatera Utara Setiap pasien memang berhak untuk memilih dokter yang ia percaya akan mampu untuk membantu menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Faktor kepercayaan ini sangat lah penting dalam hubungan dokter-pasien. Meskipun pada dasarnya setiap pasien berhak memilih pasien, tetapi dalam keadaan-keadaan tertentu maka hak memilih dokter ini tidak berlaku. Jadi dapat dikatakan bahwa hak memilih dokter ini bersifat relatif. Hak memilih dokter ini tidak berlaku apabila pasien merupakan seorang karyawan pada suatu perusahaan tertentu di mana perusahaan itu telah memilih seorang atau beberapa orang dokter sebagai dokter perusahaan. Tugas dokter ini melayani pengobatan terhadap karyawan-karyawan dari perusahaan tersebut yang sakit. Sehingga biaya pengobatan ditanggung perusahaan. Dalam keadaan posisi demikian apabila ia ingin menggunakan hak nya, pasien itu dapat mendatangi dokter lain yang ia sulai selain dokter yang telah ditunjuk oleh perusahaan. 4. Hak memilih rumah sakit Hal ini cukup penting karena apabila sesorang dirawat suatu rumah sakit yang ia sendiri tidak menyukai rumah sakit tersebut karena hal-hal tertentu, misalnya segi kebersihan yang kurang baik, suasana yang tidak menyenangkan maka tujuan pengobatan tidak akan tercapai. Kecocokan akan rumah sakit juga akan banyak membantu proses penyembuhan pasien karena pasien merah betah dan cocok sehingga semua peraturan rumah sakit maupun dokter akan ia laksanakan dengan suka rela. Separti hal nya dengan hak memilih dokter, maka hak memilih rumah sakit pun kadang- Universitas Sumatera Utara kadang tidak dapat digunakan.miasalnya suatu perusahaan telah menjalin kontrak dengan suatu rumah sakit yang akan merawat semua karyawannya apabila sakit dan memerlukan perawatan. Dalam keadaan yang demikan apabila ada seorang karyawan perusahaan tersebut sakit maka hanya di rumah sakit itulah ia harus dirawat dengan biaya dari perusahaan. Dan apabila ia ingin rumah sakit lain maka biaya perawatan dan pengobatan berasal dari uang sendiri. 5. Hak atas rahasia kedokteran Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran adalah segala rahsia yang oleh pasien secara disadari atau tidak disadari disampaikan kepada dokter lain, segala sesuatu yang oleh dokter telah diketahuinya sewaktu mengobati dan merawat pasien. Pengecualian dari hak atas rahasia kedokteran ini adalah : a. Diatur oleh undang-undang, misalnya Undang-undang tenatng penyakit menular : dokter harus melapor kepada Kanwil Kesehatan tentang adanya penyakit menular itu. b. Pasien merupakan bahaya untuk umum atau orang lain, mislanya pasien yang menderita nightblindness. c. Diperoleh suatu hak sosial, misalnya perusahaan memberikan uang kepada orang yang tidak dapat bekerja karena penyakit tertentu. Hal ini didasarkan oleh keterang tentang penyakit yang berasal dari dokter. Ketiga pengecualian ini bersifat relatif, sedangkan pengeculian yang bersifat absolut adalah: Universitas Sumatera Utara a. Adanya izin dari pasien, artinya dengan adanya izin dari pasien maka dokter dapat menyampaiakn perihal rahasia kepada pihak lain yang sesuai dengan izin pasien tiu. Izin ini dapat diberikan secara lisan maupun tulisan. b. Pasien melakukan suatu tindakan tertentu sehingga dapat disimpulkanbahwa pasien tiu telah memberi izin. Misalnnya pasien masuk ke ruangan dokter bersama temannya sehingga ada kesan pasien telah mengizinkan dokter untuk melanggar rahasia kedokteran karena temannya itu mendengar semua keluhannya. c. Untuk kepentingan umum atau kepentingan yang lebih tinggi. 6. Hak menolak pengobatan Berdasarkan hak untuk menentukan diri sendiri, maka seorang pasien mempunyai hak untuk menentukan pakah ia akan menerima pengobatan atau menolak pengobatan yang akan menyembuhkan penyakitnya. 7. Hak menolak suatu tindakan medis tertentu Dalam hal ini pasien telah bersedia menerima pengobatan dari dokter namun ia menolak untuk suatu tindakan medis tertentu. Misalnya ia menolak untuk dioperasi, atau ia menolak untuk ditransfusi darah dari golongan tertentu. 8. Hak untuk menghentikan pengobatan Pada umumnya orang menghentikan pengobatan yang sedang dijalani karena sebab psikologis dan ekonomis. Alasan psikologis dimaksud adalah Universitas Sumatera Utara bahwa psien telah tidak percaya lagi akan manfaat dari pengobatan tertentu bagi penyembuhan penyakitnya. Jadi passien telah mengambil jesimpulan bahwa diobati atau tidak diobati maka hasilnya sama saja, oleh karena itu menolak pengobatan adalah lebih baik. Sedangkan a;asn ekonomis dimaksud bahwa pasien sebenarnya ingin mendapatkan pengobatan atas dirinya, tapi karena ketiadaan keuangan yang mencukupi untuk membiayai pengobatan itu maka ia menghentikan pengobatan tersebut. Dalam prkatek sehari-hari, apabila pasien itu sedang menjalani opname di suatu rumah sakit haruslah mengisi suatu formulir tertentu yang menyatakan bahwa penghentian pengobatan itu atas dasar kemauan pasien sendiri dan buakn karena dipaksa oleh keluar oleh piahk rumah sakit. 9. Hak atas second opinion Apabila pasien ingin mendapatkan perbandingan terhadap keterangan dokter yang mengobatinya atau sekedar mendapatkan penjelasan dari dokter lain, maka ia dapat menghubungi dokter lain itu dengan sepengetahuan dokter yang mengobatinya untuk mendapat second opinion. 10. Hak melihat rekam medis inzige rekam medis Rekam medis atau rekam kesehatn yang merupakan terjemahan dari medical record adalah suatu lembaran yang berisi atau memuat keterangan mengenai riwayat penyakit, laporan pemerikasaan fisik, cacatan pengamatan terhadap penyakit dan lain-lain dari seorang pasien. Pasien mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya dan penyakitnya Universitas Sumatera Utara melalui rekam medis . Pada dasarnya lembaran rekam medis itu adalah milik rumah sakit sedangkan isinya merupakan milik pasien, sehingga pasien dapat memberikan kuasa pada orang lain yang ia kuasakan denagn surat kuasa khusus untuk melihat rekam medis nya apabila ia memerlukannya. 39 Dalam Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter Dan Rumah Sakit menurut Surat Edaran Dirjen yanmed No.YM.02.04.3.5.2504 tahun 1997, dijabarkan tentang hak dan kewajiban pasien. Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai person. 1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit. 2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur. 3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi kedokterankedokteran gigi dan tanpa diskriminasi. 4. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan. 5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit. 39 Alfred A Ameln, Kapita Selekta Hukum Kedokteran dalam Husein Kerbala, Segi-segi Etis dan Yuridis Informed Consent, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993, hlm. 42-45 Universitas Sumatera Utara 6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan pendapat etiknya tanpa campur tangan dari pihak luar. 7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut second opinion terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter yang merawat. 8. Pasien berhak atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya. 9. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi : - penyakit yang diterima - tindakan medis apa yang akan dilakukan - kemungkinan tersulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya - alternatif terapi lainnya - prognosisnya - perkiraan biaya pengobatan 10. Pasien berhak menyetujuimemberi izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya. 11. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya. 12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis. 13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agamakepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya. Universitas Sumatera Utara 14. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit. 15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya. 16. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual. 40 Pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari kemungkinan upaya pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab seperti penelantaran. Pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan dan kenyamanan terhadap pelayanan jasa kesehatan yang diterimanya. Dengan hak tersebut maka konsumen akan terlindungi dari praktik profesi yang mengancam keselamatan atau kesehatan. 41 Hak pasien lainnya sebagai konsumen adalah hak untuk didengar dan mendapatkan ganti rugi apabila pelayanan yang didapatkan tidak sebagaimana mestinya. Masyarakat sebagai konsumen dapat menyampaikan keluhannya kepada pihak rumah sakit sebagai upaya perbaikan rumah sakit dan pelayanannya. 42 Berbarengan dengan hak tersebut pasien juga mempunyai kewajiban, baik kewajiban secara moral maupun secara yuridis. Secara moral pasien berkewajiban memelihara kesehatannya dan menjalankan aturan-aturan perawatan sesuai 40 Pitono Soeparto.,Op. Cit.,hlm45-46 41 Titik Triwulan Tutik,. Op. Cit., hlm 30 42 Ibid., hlm 31 Universitas Sumatera Utara dengan nasihat dokter yang merawatnya. Beberapa kewajiban pasien yang harus dipenuhinya dalam pelayanan kesehatan adalah sebagi berikut : 1. Kewajiban memberikan informasi. 2. Kewajiban melaksanakan nasihat dokter atau tenaga kesehatan. 3. Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah dalam hubungannya dengan dokter atau tenaga kesehatan. 4. Kewajiban memberikan imbalan jasa. 5. Kewajiban memberikan ganti-rugi, apabila tindakannya merugikan dokter atau tenaga kesehatan. 43 Kewajiban pasien menurut Surat Edaran Dirjen yanmed No.YM.02.04.3.5.2504 tahun 1997 adalah sebagai berikut : 1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk menaati segala peraturan dan tatatertib rumah sakit. 2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala intruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya. 3. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat. 4. Pasien danatau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semuaimbalan atas jasa pelayanan rumah sakitdokter. 5. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah disepakatiperjanjian yang telah dibuat. 44 43 Bahder Johan Nasution., Op. Cit hlm 34 Universitas Sumatera Utara Menurut Alfred yang menjadi kewajiban pasien adalah : 1. Memberikan informasi sekengkapnya perihal penyakitnya kepada dokter. 2. Mematuhi nasehat dokter. 3. Menghormati privasi dokter yang mengobatinya menyimpan rahasia dari dokter yang mengobatinya. 4. Memberi imbalan jasa 45 Selain itu menurut Alfred A Ameln dalam bukunya Kapita Selekta Hukum Kedokteran lebih luas dijelaskan yang menjadi kewajiban pasien antara lain : 1. Pasien wajib memberi keterangan informasi sebanyak mungkin tentang penyakitnya. Kewajiban ini dapat dikaitkan dengan “itikad baik” pasien. Pasien mempunyai kewwjiban untuk menyampaikan informasi tentang tindakan-tindakan apa saja yang telah ia lakukan dalam menangani penyakitnya itu. Informasi pasien merupakan salah satu sumber yang dapat digunakan oleh dokter untuk menegakkan diagnosa terhadap penyakit pasien dan diagnosa ini pula yang wajib disampaikan oleh dokter kepada pasien beserta terapi terbaik yang akan diterapkan. 2. Pasien wajib menaati petunjuk dan instruksi dokter. Dalam upaya menerapkan terapi pada penyakit pasien maka selain dokter, pasien tersebut telah menunjukkan pula keinginannnya untuk segera sembuh. 44 Pitono Soeparto.,Op. Cit.,hlm 46 45 Fred Ameln, Hukum Kesehatan suatu Pengantar dalam Veronica Komalawati, Hukum dan Etika dalam Praktek Dokter, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1989, hlm 96-97 Universitas Sumatera Utara Petunjuk dari dokter kepada pasien dapat berupa perintah atau berupa larangan. 3. Pasien wajib menaati peraturan rumah sakit hal ini berlaku juga terhadap keluarga pasien dan rumah sakit. Dalam rangka memberi sarana perawatan untuk kesembuhan pasien maka rumah sakit memberi aturanperaturan. Dan peraturan tata tertib yang dibuat itu harus dipahami dan ditaati oleh pasien dan keluarga pasien. Aturan tentang jadwal besuk bagi pasien yang sedang diopname tidak lain untuk menunjang upaya penyembuhan pasien, karena pasien itu membutuhkan istirahat yang cukup. 4. Pasien wajib meberikan imbalan jasa kepada dokter. Hal ini dapat dikaitkan dengan fungsi sosial seorang dokter dalam masyarakat sehingga di sini dapat diharapkan suatu imbalan jasa yang tidak selalu sesuai dengan jasa yang telah diberikan oleh dokter, tetapi tentu pula dokter memperhatikan status sosial ekonami pasien, terutama pasien dengan status ekonomi yang rendah. 5. Pasien atau keluarganya wajib melunasi biaya rumah sakit. Saat pasien dirawat di rumah sakit maka rumah sakit mengeluarkan sejumlah biaya yang jumlahnya tidak sedikit. Pengeluaran tersebut harus segera ditutupi dengan biaya yang dibebankan kepada pasien yang bersangkutan atau yang menanggungnya. Hal ini merupakan hal yang wajar karena rumah Universitas Sumatera Utara sakit pun harus mempersiapkan pengeluaran lain untuk berikutnya di samping untuk membayar gaji para karyawannya. 46 Menurut Bahder Johan Nasution yang menjadi kewajiban pasien adalah : 1. Kewajiban memberikan informasi. 2. Kewajiban melaksanakan nasihat dokter atau tenaga kesehatan 3. Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah dalam hubungannya dengan dokter atau tenaga kesehatan. 4. Kewajiban memberikan imbalan jasa. 5. Kewajiban memberikan ganti-rugi apabila tindakannya merugikan dokter atau tenaga kesehatan. 47 Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, yang menjadi hak dan kewajiban pasien adalah : Pasal 52 Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak : a. Mendapat penjelasan secara lengkaptentang tindakan medis sebagimana yang dimaksud dalam Pasal 15 ayat 3; b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain; c. Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; d. Menolak tindakan medis; dan e. Mendapat isi rekam medis. Pasal 53 Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban : a. Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya; b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau doketr gigi; 46 Alfred A Ameln, Kapita Selekta Hukum Kedokteran dalam Husein Kerbala, Segi-segi Etis dan Yuridis Informed Consent, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993, hlm. 45 47 Bahder., Op. Cit.,hlm. 34 Universitas Sumatera Utara c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

C. Hak dan Kewajiban Tenaga Kesehatan