Alternatif Penyelesaian Sengketa di Indonesia

BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab terakhir ini akan memberikan beberapa intisari kesimpulan berdasarkan hasil pembasan sedtiap Bab dalam permasalahan tersebut. Bab ini juga akan memaparkan beberapa saran yang dapat diberikan sehubungan dengan pemaparan kesimpulan tersebut

BAB II KAJIAN YURIDIS MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN

SENGKETA DI INDONESIA

A. Alternatif Penyelesaian Sengketa di Indonesia

Universitas Sumatera Utara Manusia merupakan mahluk sosial dalam arti mahluk yang saling membutuhkan satu sama lain dan juga saling berinteraksi antara satu dengan lainnya. Interaksi yang terjadi dalam kehidupan manusia ada kalanya menimbulkan perselisihan atau sengketa. Sengketa yang terjadi adakalanya dapat diakibatkan oleh persoalan-persoalan sepele seperti masalah batas tanah, masalah wan prestasi atas suatu pekerjaan dan sebagainya. Perselisihan atau sengketa tersebut dapat muncul dikarenakan semua pihak selalu merasa lebih benar daripada pihak lainnya. Munculnya perselisihan tersebut dikarenakan setiap pihak selalu ingin mempertahankan dan menuntut hak dan kewajiban masing-masing pihak. Salah satu perselisihan yang terjadi adalah perselisihan antara pihak bank dengan nasabahnya dalam lingkup hukum perdata. Hubungan antara bank dengan nasabahnya diikat dalam suatu perjanjian sehingga apabila salah satu perjanjian tersebut dilanggar maka pihak tersebut berarti telah dinyatakan melanggar hukum perdata materil berupa wan prestasi. Mediasi merupakan suatu proses negosiasi penyelesaian masalah sengketa dimana suatu pihak, tidak memihak, netral, tidak bekerja dengan para pihak yang bersengketa, membantu mereka yang bersengketa mencapai suatu kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan. Mediasi biasa dipakai untuk menyelesaikan case-case keperdataan. 28 Penyelesaian sengketa dalam hukum perdata materiil dapat saja dilakukan hanya antar pihak yang bersengketa atau dengan kata lain melalui jalan damai 28 Richard Sahat Silitonga, Mediasi perbankan sebagai alternative penyelesaian sengketa antara bank dengan nasabahnya, Medan, Skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009 Universitas Sumatera Utara non litigasi tanpa melalui institusi resmi seperti pengadilan. Jalur non litigasi dipilih dikarenakan para pihak beranggapan bahwa jalur pengadilan dianggap akan menimbulkan beban yang padat, proses yang lama dan berkepanjangan sehingga akan membuang waktu, terlalu formalistik dan terlalu bersifat teknis tanpa memperhatikantanggap terhadap kepentingan umum. 29 Penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi dengan segala kekurangan tersebut diatas membuat kalangan masyarakat pada akhirnya dapat memilih kepada jalur non litigasi atau Alternative Dispute Resolution ADR yang pertama kali muncul di Amerika Serikat pada Tahun 1976 30 . Adapun di Australia, lembaga seperti mediasi muncul pada 1989 yang merupakan inisiatif dari sektor publik dan swasta dengan tujuan utama untuk mengurangi munculnya keluhan dengan nasabah. 31 Dalam hukum di Indonesia, praktek mediasi pada umumnya juga didasarkan pada pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. Dalam konteks sengketa konsumen penggunaan mediasi bersifat sukarela sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat 2 UU No. 8 Tahun 1999. Pada perkembangannya kemudian penggunaan mediasi ada yang bersifat wajib untuk konteks-konteks tertentu. Di Indonesia mediasi bersifat wajib sampai saat ini diberlakukan untuk sengketa- sengketa perdata yang telah diajukan ke pengadilan negeri berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung PERMA Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Penggunaan prosedur mediasi wajib dalam hal 29 Yahya Harahap,Perlawanan Terhadap Eksekusi Grose Akta Serta Putusan Pengadilan dan Arbitrase dan Standar Hukum Eksekusi Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,1996 hal 5 30 Bismar Nasution, Loc. Cit 31 Http:www.kompas.comkompas-cetak040806finansial1190455.htm Tanggal akses 22 Maret 2011 Universitas Sumatera Utara ini dimungkinkan karena hukum acara perdata yang berlaku di Indonesia, HIR dan RBG menyediakan dasar hukum yang kuat. Pasal 130 HIR dan Pasal 154 RBG menyatakan bahwa hakim diwajibkan untuk terlebih dahulu mengupayakan proses perdamaian. Dengan demikian, penggunaan mediasi yang bersifat wajib dalam kaitannya dengan proses peradilan perdata di Indonesia memiliki dasar hukum yang kuat pads tingkat undang-undang, sehingga tidak menimbulkan persoalan dari aspek hukum. 32

B. Pengertian dan Dasar Hukum Mediasi dan Mediasi Perbankan di Indonesia