b. Memberikan gambaran umum dalam kaitan dengan manfaatnya secara praktis
tentang aspek hukum perkreditan dan upaya yang dapat dilakukan apabila terjadi sengketa terhadap kredit yang bermasalah.
c. Memberikan gambaran umum kepada masyarakat tentang tata cara melakukan
mediasi termasuk proses yang harus dilakukan sehingga mediasi dapat menjadi alternatif penyelesaian sengketa khususnya sengketa perbankan dalam
masyarakat. 2.
Manfaat Praktis Manfaat penelitian lainnya secara praktis diharapkan dapat menjadi
rujukan ataupun referensi bagi para praktisi hukum maupun praktisi perbankan termasuk para nasabah pengguna jasa perbankan untuk menjadi rujukan dalam
proses mediasi perbankan untuk penyelesaian masalah antara nasabah dengan bank dalam hal kredit bermasalah di Indonesia.
D. Keaslian Penulisan
Adapun penulisan skripsi ini adalah murni hasil karya ilmiah tersendiri yang belum pernah dipublikasikan dimanapun juga, mungkin ada beberapa karya
tulisan lain yang hampir serupa mengenai mediasi dan alternatif penyelesaian sengketa diantaranya tentang Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian
Pengaduan Nasabah Dalam Transaksi Perbankan Indonesia Karya Endika Triono Dachi dan Mediasi Perbankan Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa
Antara Bank dan Nasabahnya karya Richard Silitonga tetapi isi dan pendekatan yang digunakan berikut analisisnya yang digunakan tentu saja berbeda karena
Universitas Sumatera Utara
sangat berelevansi denan beberapa peraturan-peraturan hukum normatif yang menyangkut ketentuan mediasi perbankan dan aturan perkreditan. Penulis juga
menggabungkan materi dalam skripsi ini disertai dengan analisa berbagai peraturan perundang-undangan terkait dengan lembaga mediasi perbankan.
E. Tinjauan Kepustakaan
Tinjauan Kepustakaan atau adalah suatu study terdahulu yang berkenaan atau memiliki hubungan dengan topik yang ada secara relevan dengan
menggunakan berbagai literatur atau bacaan
20
1. Memberitahu khalayakpembaca tentang studi-studi atau penelitian terkait
berkenaaan dengan studi topik yang sedang dilaporkan. . Adapun tinjauan kepustakaan ini
mempunyai beberapa tujuan yaitu:
2. Menghubungkan suatu studi dengan dialog yang lebih luas dan
berkesinambungan tentang suatu topik dalam pustaka yang diperuntukkan untuk mengisi kekurangan dan memperluas studi-studi sebelumnya.
3. Memberikan kerangka bagi suatu studi dalam pembahasan ataupun
penjelasannya secara ilmiah 4.
Sebagai landasan untuk membandingkan suatu studi dengan temuan-temuan lain.
20
Achmad Djunaedi, Penulisan Tinjauan Pustaka
dalam http:www.mpkd.ugm.ac.idweblamahomepageadjsupportmaterimetlit-ia05-metlit-tinjauan-
pustaka.pdf Tangal akses 06 Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
Adapun kini yang menjadi kerangka studi atau tinjauan kepustakaan tentang karya ilmiah Mediasi Perbankan ini terbagi dalam 3 sub bagian yaitu:
1. Pengertian mediasi perbankan
Mediasi adalah negosiasi dengan bantuan pihak ketiga. Dalam mediasi, yang memainkan peran utama adalah pihak-pihak yang bertikai. Pihak ketiga
mediator berperan sebagai pendamping, pemangkin, dan penasihat. Mediasi disebut emergent mediation apabila mediatornya merupakan anggota dari sistem
sosial pihak-pihak yang bertikai, memiliki hubungan lama dengan pihak-pihak yang bertikai, berkepentingan dengan hasil perundingan, atau ingin memberikan
kesan yang baik misalnya sebagai teman yang solider.
21
Pembahasan dalam skripsi ini menyangkut 2 titik tolak yaitu mengenai mediasi dan perbankan. Berdasarkan Peraturan Perbankan Indonesia No
85PBI2006 sebagaimana yang telah dirubah oleh PBI No 101PBI2008 Tentang Mediasi Perbankan menjelaskan bahwa mediasi perbankan adalah suatu
proses penyelesaian sengketapermasalahan antara bank dengan nasabahnya yang melibatkan mediator atau pihak luar yang tidak memihak.
22
2. Pengertian Kredit
Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang
Perbankan, merumuskan pengertian kredit adalah “Penyediaan uang atau tagihan
21
Nova nuriati Pratama, Mediasi dan Negosiasi dalam
http:nevacipid.blogspot.com201103m-ediasi-adalah-negosiasi-dengan.html Tanggal akses 06 Mei 2011.
22
Pasal 1 PBI No 85PBI2006 sebagaimana yang telah dirubah oleh PBI No 110PBI2008
Universitas Sumatera Utara
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, Kasmir mengemukakan unsur- unsur yang terkandung dalam pemberian suatu kredit, antara lain:
a. Kepercayaan Yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang
diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan.
b. Kesepakatan. Disamping unsur kepercayaan didalam kredit juga mengandung
unsur kesepakatan antara bank dengan nasabah. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajibannya masing-masing. c.
Jangka Waktu. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencangkup masa pengembalikan kredit yang telah
disepakati. Jangka waktu tersebut dapat berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
d. Resiko. Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu
resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian kredit. semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya. Resiko ini menjadi tanggungan bank baik
resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai maupun resiko yang tidak disengaja.
23
3. Pengertian Kredit Bermasalah
23
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Hlm. 96.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian kredit bermasalah secara yuridis tidak terdapat dalam berbagai literature maupun perundang-undangan. Adapun kredit bermaslah itu sendiri
dapat disimpulkan yaitu suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah
diperjanjikan.
24
a. Self Dealing
Sumber-sumber penyebab terjadinya kegagalan pengembalian kredit oleh nasabah atau penyebab terjadinya kredit bermasalah pada bank dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Self dealing terjadi karena adanya interest tertentu dari pejabat pemberi kredit terhadap permohonan yang diajukan nasabah, berupa pemberian kredit
yang tidak layak atas dasar yang kurang sehat terhadap nasabahnya dengan harapan mendapatkan kompensasi berupa pemberian imbalan dari nasabah.
b. Anxiety for Income
Pendapatan yang diperoleh melalui kegiatan perkreditan merupakan sumber pendapatan utama sebagian besar bank sehingga ambisi ataupun nafsu
yang berlebihan untuk memperoleh laba bank melalui penerimaan bunga kredit sering menimbulkan pertimbangan yang tidak sehat dalam pemberian kredit.
c. Compromise of Credit Principles
24
A.totok Budi Santoso, Sigit Triandari, Y. Sri Susilo. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Salemba Empat, 2000 Hal 41
Universitas Sumatera Utara
Pelanggaran prinsip-prinsip kredit oleh pimpinan bank yang menyetujui pemberian kredit yang mengandung risiko yang potensial menjadi kredit yang
bermasalah. d.
Incomplete Credit Information Terbatasnya informasi seperti data keuangan dan laporan usaha, disamping
informasi lainnya seperti penggunaan kredit, perencanaan, ataupun keterangan mengenai sumber pelunasan kembali kredit.
e. Failure to Obtain or Enforce Liquidation Agreements
Sikap ragu-ragu dalam menentukan tindakan terhadap suatu kewajiban yang telah diperjanjikan, meskipun nasabah mampu dan wajib membayarnya,
juga merupakan penyebab timbulnya kredit-kredit yang tidak sehat dan mengakibatkan kredit bermasalah bagi bank.
f. Complacency
Sikap memudahkan suatu masalah dalam proses kredit akan mengakibatkan terjadinya kegagalan atas pelunasan kembali kredit yang diberikan
g. Lack of Supervising
Karena kurangnya pengawasan yang efektif dan berkesinambungan setelah pemberian kredit, kondisi kredit berkembang menjadi kerugian karena nasabah
tidak memenuhi kewajibannya dengan baik. h.
Technical Incompetence Tidak adanya kemampuan teknis dalam menganalisis permohonan kredit
dari aspek keuangan meupun aspek lainnya akan berakibat kegagalan dalam operasi perkreditan suatu bank. Para pejabat kredit harus senantiasan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan tugasnya dan jangan memberikan kredit kepada usaha atau sektor yang tidak dikenal dengan
baik.
25
4. Tata cara mediasi
Penyelesaian sengketa dengan cara mediasi merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa diluar pengadilan. Penyelesaian sengketa yang
dimaksud ialah suatu bentuk penyelesaian berdasarkan kata sepakat konsensus yang dilakukan pihak bersengketa baik dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga.
Mediasi perbankan dapat ditempuh untuk sengketa kerugian finansial dengan batas kumulatif nilainya tidak lebih dari Rp 500.000.000 lima ratus juta
rupiah. Mediasi perbankan juga tidak dapat dilakukan dalam rangka tuntutan kerugian immateril. Pengawasan yang dilakukan dalam rangka mediasi perbankan
tersbut dilakukan langsung oleh Bank Indonesia selaku otoritas jasa keuangan. Atas dasar pengajuan penyelesaian sengketa oleh nasabah, pelaksana
fungsi mediasi perbankan dapat melakukan klarifikasi atau meminta penjelasan kepada nasabah dan bank secara lisan dan atau tertulis. Pelaksana fungsi mediasi
perbankan memanggil nasabah dan bank untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan mediasi perbankan. Apabila nasabah dan bank sepakat menggunakan mediasi
perbankan sebagai alternatif penyelesaian sengketa, mka nasabah dan bank wajib menandatangani perjanjian mediasi agreement to mediate.
Kesepakatan yang diperoleh dari proses mediasi dituangkan dalam suatu Akta Kesepakatan yang bersifat final dan mengikat bagi nasabah dan bank, yang
25
Sudjendro, Penyebab Kredit Bermasalah
dalam http:bank- kita.blogspot.com201102penyebab-kredit-bermasalah.html Tanggal akses 06 Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
dimaksud dengan bersifat final adalah sengketa tersebut tidak dapat diajukan untuk dilakukan proses mediasi ulang pada pelaksana fungsi mediasi perbankan,
sedangkan yang dimaksud dengan mengikat adalah kesepakatan berlaku sebagai undang-undang bagi nasabah dan bank yang harus dilaksanakan dengan itikad
baik
F. Metode Penelitian