E. Penyelesaian Kredit Bermasalah
Perlu adanya pengendalian kredit untuk menghindari terjadinya kredit macet. Kredit macet adalah kredit yang di klasifikasikan pembayarannya tidak
lancar yang dilakukan oleh debitur yang bersangkutan. Kredit macet harus secapatnya diselesaikan agar kerugian yang lebih besar dapat dihindari.
Pengendalian kredit adalah usaha-usaha untuk menjaga kredit yang diberikan tetap lancar, produktif dan tidak macet. Lancar dan produktif artinya kredit itu
dapat ditarik kembali bersama bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui kedua belah pihak
Tujuan pengendalian kredit sebagaimana yang dikemukakan oleh Salim HS, antara lain:
74
a. Menjaga agar kredit yang disalurkan tetap aman;
b. Mengetahui apakah kredit yang disalurkan itu lancar atau tidak;
c. Melakukan tindakan pencegahan dan penyelasain kredit macet atau kredit
bermasalah; d.
Mengevaluasi apakah prosedur penyaluran kredit yang dilakukan telah baik atau masih perlu disempurnakan;
e. Memperbaiki kesalahan-kesalahan karyawan analisis kredit dan mengusahakan
agar kesalahan itu tidak terulang kembali; f.
Mengetahui posisi persentase collectability credit yang disalurkan bank; dan g.
Meningkatkan moral dan tanggung jawab karyawan analisis kredit bank. Adapun sistem pengendalian kredit yang dilakukan oleh pihak bank, yaitu:
74
Salim. H.S. Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUHPerdata, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.1998 Hlm. 77 dan 78
Universitas Sumatera Utara
a. Internal Control of Credit adalah sistem pengendalian kredit yang dilakukan
oleh karyawan bank bersangkutan. Cakupannya meliputi pencegahan dan penyelesaian kredit macet;
b. Audit Control of Credit adalah sistem pengendalian atau penilaian masalah
yang berkaitan dengan pembukuan kredit, jadi pengendalian atas masalah khusus, yaitu tentang kebenaran pembukuan kredit bank; dan
c. External Control of Credit adalah sistem pengendalian kredit yang dilakukan
pihak luar, baik oleh Bank Indonesia maupun akuntan publik. Upaya penyelesaian terhadap kredit bermasalah dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu negosiasi dan litigasi. Penyelesaian melalui negosiasi, artinya kredit yang tadinya bermasalah atau macet diadakan kesepakatan baru sehingga
terhindar dari masalah. Bentuk negosiasi penyelamatan kredit bermasalah dapat ditempuh sebagai berikut:
75
a. Rescheduling penjadwalan kembali, Memperpanjang jangka waktu kredit
sehingga debitur mempunyai waktu lebih longgar untuk mencari penyelesai aan yang lebih menguntungkan, atau dengan cara memperpanjang jangka
waktu angsuran sehingga angsuran menjadi lebih ringan sesuai dengan kemampuannya.
b. Reconditioning mengubah persyaratan
1 Kapitalisasi bunga yakni dengan cara bunga dijadikan hutang pokok
2 Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu maksudnya bunga yang
dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjaman tetap harus dibayar
75
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003, hal 241
Universitas Sumatera Utara
3 Penurunan suku bunga agar meringankan beban debitur. Misalnya: bunga
pertahun 18 di turunkan menjadi 16 pertahun dan tergantung pertimbangan bank bersangkutan. Akibatnya berpengaruh kepada jumlah angsuran semakin
mengecil sehingga meringankan debitur 4
Pembebasan bunga diberikan kepada debitur yang tidak mampu lagi membayar kredit, akan tetapi wajib bagi debitur membayar pokok pinjaman sampai lunas
Terhadap kredit bermasalah Bank akan menempuh cara pertama yaitu menegur secara lisan terhadap debitur dan memberikan peringatan agar debitur
melaksanakan kewajiban pembayaran kredit berupa pembayaran angsuran kredit agar kredit yang tergolong bermasalah kembali menjadi kredit lancar disamping
melakukan peringatan secara lisan, Bank juga akan memberikan surat teguran sommasi kepada debitur yang berisi:
a. Pemberitahuan mengenai jatuh tempo pembayaran bunga danatau pokok
kredit. b.
Perintah untuk membayar hutang dengan jumlah tertentu sesuai permintaan atau pemberitahuan bank.
c. Batas waktu bagi debitur untuk melaksanakan pembayaran
Apabila debitur telah disommasi sebanyak tiga kali berturut-turut tetapi debitur tidak juga beritikad baik untuk memenuhi ketentuan perjanjian kredit
maka Bank akan melakukan upaya penyelamatan kredit, dan tindakan bank dalam usaha penyelamatan kredit bermasalah tergantung pada kondisi kredit bermasalah
tersebut Penyelamatan kredit menurut Irkan mengatakan bahwa, adalahsuatu langkah penyelesaian kredit macet melalui perundingan kembali antara bank
Universitas Sumatera Utara
dengan debitur dengan memperingan syarat-syarat pengembalian kredit, sehingga dengan memperingan syarat-syarat pengembalian kredit tersebut diharapkan
debitur memiliki kemampuan kembali untuk melakukan penyelesaian kredit. Penyelamatan kredit dapat dilakukan apabila debitur kooperatif dalam mencari
solusi penyelesaian kredit dan usaha debitur masih mempunyai prospek yang baik Fasilitas dan kebijakan yang dapat digunakan untuk melakukan
restrukturisasi kredit macet yang diberikan oleh Bank secara umum terdiri dari: a.
Penurunan Suku Bunga Kredit Penurunan suku bunga kredit merupakan satu diantara bentuk restrukturisasi yang bertujuan memberikan keringanan kepada
debitur sehingga dengan penurunan bunga kredit besarnya bunga yang harus dibayar debitur setiap tanggal pembayaran menjadi lebih kecil dibanding suku
bunga yang ditetapkan sebelumnya, misalnya bunga kredit yang ditetapkan dalam perjanjian kredit pertahun 20 diturunkan menjadi 15. Dengan
keringanan suku bunga maka pembayaran bunga setiap bulan akan menjadi lebih kecil sehingga pendapatan dan hasil usaha debitur dapat dialokasikan
untuk membayar angsuran kredit b.
Pengurangan Tunggakan Bunga Kredit Untuk penyelamatan kredit macet atau kredit bermasalah, restrukturisasi kredit dapat dilakukan dengan memperingan
beban debitur dengan cara mengurangi tunggakan bunga kredit atau menghapus sebagian atau seluruh tunggakan bunga kredit.
c. Perpanjangan Jangka Waktu Kredit Perpanjangan jangka waktu kredit
merupakan bentuk restrukturisasi kredit yang bertujuan memberikan kemudahan bagi debitur untuk mengembalikan hutang, misalnya hutang
Universitas Sumatera Utara
debitur harus dikembalikan paling lambat pada bulan Januari 2004 diperpanjang menjadi Januari 2008, dengan perpanjangan jangka waktu kredit
memberikan kesempatan kepada debitur untuk melanjutkan usaha. d.
Penambahan fasilitas Kredit Penambahan fasilitas kredit diharapkan usaha debitur akan berjalan kembali dan berkembang yang akan menghasilkan
pendapatan yang dapat digunakan untuk mengembalikan hutang, untuk memberikan tambahan fasilitas kredit harus dilakukan analisis yang cermat,
akurat dan dengan perhitungan yang tepat mengenai prospek usaha debitur karena debitur menanggung hutang lama dan hutang baru.
Penyelesaian tersebut merupakan langkah alternatif sebelum dilakukan penyelesaian melalui lembaga yang bersifat yudisial. Cara manapun dapat
dilakukan agar kredit tetap dapat ditarik kembali oleh bank yang bersangkutan. Kredit yang telah macet harus diselesaikan dengan cara menyita agunan kredit
bersangkutan untuk membayar pinjaman debitur. Jadi penyelesaian kredit macet terkait dengan jaminan kredit yang diberikan oleh debitur kepada bank, yaitu
apabila debitur tidak dapat melunasi hutang kreditnya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan, maka pihak bank dapat menyita dan melelang barang yang
dijaminkan oleh debitur untuk melunasi hutang kredit
Universitas Sumatera Utara
BAB IV MEDIASI PERBANKAN BERDASARKAN PBI NO
101PBI2008 SEBAGAI ALTERNATIF UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA PERKREDITAN DI
INDONESIA
A. Latar Belakang Perlunya Mediasi Perbankan di Indonesia
Walaupun hubungan yang terjalin antara bank dan nasabah didasarkan pada prinsip kepercayaan, akan tetapi dalam praktiknya seringkali tidak dapat
dihindarkan adanya sengketa dispute di antara mereka. Hal ini berawal dari terjadinya komplain yang diajukan nasabah kepada bank karena merasa dirugikan
secara finansial. Upaya yang dilakukan nasabah antara lain dengan datang langsung ke bank, menelepon pada call center bank yang bersangkutan, menulis
Universitas Sumatera Utara
di media cetak misalnya pada surat pembaca, atau menyampaikan keluhan secara tertulis langsung kepada bank. Di sisi lain terkadang ada bank yang kurang
memperhatikan pengaduan nasabah, atau bahkan mengabaikannya. Padahal bank memiliki kewajiban untuk menyelesaikan setiap pengaduan nasabah yang ada
sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia PBI No. 85PBI2006 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah, sebagaimana yang telah diubah dengan
PBI No. 101PBI2008.
76
Perselisihan antara pihak nasabah dengan perbankan seharusnya tidak perlu terjadi manakala kedua belah pihak mematuhi segala perjanjian yang
disepakati dan rambu-rambu yang berlaku. Nasabah seharusnya memiliki kewajiban untuk membayar tagihan-tagihan maupun cicilan kredit yang telah
diajukan. Disisi lain nasabah juga memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap tentang produk-produk maupun jasa yang ditawarkan dan
mendapatkan pelayanan yang berkualitas. Pelayanan tersebut bukan hanya mencakup kepada aspek fisik namun juga etika profesionalisme bank dan tidak
hanya menakut-nakuti dengan debt collector.
77
Penyelesaian pengaduan nasabah oleh bank yang diatur dalam PBI No. 77PBI2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah pada praktiknya tidak
selalu dapat memuaskan nasabah. Ketidakpuasan tersebut dapat diakibatkan oleh tuntutan nasabah yang tidak dipenuhi bank baik seluruhnya maupun sebagian
mengingat lembaga Pengaduan Nasabah berada pada internal bank yang bersangkutan sehingga penyelesaiannya merupakan kebijakan bank tempat
76
Peraturan Bank Indonesia PBI No 101PBI2008 Tentang Mediasi Perbankan
77
IEI Publication, Mediasi Perbankan Sebagai Penyelesaian Sengketa Bank dalam situs www.iei.or.idpublicationfilesMediasi20Perbankan.pdf – Tanggal akses 29 Maret 2011
Universitas Sumatera Utara
nasabah melakukan kegiatan transaksi keuangan. Ketika nasabah menerima putusan yang diberikan oleh bank tersebut maka permasalahan selesai. Akan
tetapi terkadang ada nasabah yang merasa bahwa bank tidak memberikan solusi seperti yang diinginkannya sehingga pada gilirannya berbagai cara akan ditempuh
antara lain melaporkan kepada Lembaga Konsumen, Lembaga Ombudsman, mengajukan gugatan secara perdata, bahkan terkadang ada nasabah yang
melaporkan bank kepada polisi. Padahal sudah menjadi permasalahan bahwa penyelesaian melalui lembaga-lembaga dimaksud seringkali berlarut-larut dan
terlalu prosedural sehingga harapan kedua belah pihak untuk memperoleh solusi terbaik secara sederhana, murah, dan cepat belum tentu dapat tercapai
Apabila Penyelesaian sengketa melalui mediasi dibandingkan dengan melalui litigasipengadilan yang menentukan pihak yang menang dan kalah
namun kurang mencapai solusi yang diharapkan. Oleh karena itu penyelesaian sengketa yang menguntungkan semua pihak bersifat tegas dan menjadi tujuan
yang akan dicapai. Tujuan penyelesaian sengketa melalui mediasi adalah: 1.
Menghasilkan suatu rencana kesepakatan yang dapat diterima dan dijalankan oleh para pihak yang bersengketa.
2. Mempersiapkan para pihak untuk menerima konsekwensi keputusan yang
dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
3. Mengurangi kekhawatiran dan dampak negatif lainnya suatu konflik dengan
cara membantu para pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian secara konsensus.
78
Adapun pengadaan mediasi bagi para pihak yang bersengketa akan membantu mengurangi hambatan dan permasalahan. Komunikasi antara pihak
yang terlibat dapat dimaksimalkan melalui eksplorasi alternatif penyelesaian sengketa jangka panjang. Dengan memusatkan kebutuhan semua pihak dan
membangun model penyelesaian sengketa jangka panjang. Keberadaan lembaga mediasi perbankan merupakan sebuah bentuk perlindungan dan merupakan salah
satu langkah kebijakan yang akan diterapkan Bank Indonesia BI yang tertuang dalam Arsitektur Perbankan Indonesia API. Keberadaan lembaga tersebut
merupakan suatu terobosan seperti di negara lain karena Indonesia ingin memberdayakan nasabah perbankan dengan memberikan perlindungan kepada
nasabah.
79
78
Dikutip dari http:www.djpp.depkumham.go.idhukum-bisnis86-mediasi-perbankan- sebagai-wujud-perlindungan-terhadap-nasabah-bank.html Tanggal akses 1 April 2011
79
www.bi.go.idNRrdonlyres6EEDF369...MediasiPerbankan.pdf
Kehadiran mediasi perbankan sangat penting. Hal ini dikarenakan perbankan merupakan lembaga yang sangat mengandalkan kepercayaan dari
masyarakat luas. Masyarakat mengandalkan jasa bank dilandasi rasa kepercayaan. Oleh karena itu, kepercayaan dari masyarakat harus tetap terjaga. Keberadaan
Lembaga Mediasi independen ini akan memberikan manfaat baik bagi nasabah maupun bank.
Universitas Sumatera Utara
Keberadaan lembaga mediasi perbankan tersebut pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi hak-hak dasar nasabah sebagai pengguna jasa perbankan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Acram bahwa hak nasabah terdiri atas dua hal yaitu pertama hak atas transparansi produk perbankan dan penggunaan data
pribadi nasabah. Dalam hal ini Bank Indonesia mewajibkan bahwa sekurang- kurangnya suatu informasi produk yang ditawarkan kepada nasabah memuat
nama produk, jenis produk, manfaat dan resiko yang melekat pada produk, keuntungan bunga dan bagi hasil
80
Mediasi perbankan merupakan komitmen perbankan untuk melindungi nasabahnya, di tengah situasi perekonomian yang dinamis. Perlindungan nasabah
menjadi isu yang semakin penting dalam industri keuangan yang semakin kompleks, yang berdampak pada perubahan konstruksi hukum hubungan antara
konsumen dan produsen. Dengan demikian, kepedulian kepada nasabah dalam rangka menjaga risiko reputasi dan tingkat kepercayaan nasabah merupakan faktor
yang perlu terus ditingkatkan oleh bank” disamping itu bank dilarang menyampaikan
mengenai karakteristik produk yang letak atau bentuknya tidak dapat diraba. Adapun hak dasar kedua yang dimiliki nasabah adalah hak utnuk menyampaikan
rasa ketidakpuasan terhadap produk yang ditawarkan.
81
Fokus persoalan perlindungan nasabah tertuju pada ketentuan peraturan perundang-undangan serta ketentuan perjanjian yang mengatur hubungan antara
bank dengan nasabah dapat terwujud dari suatu perjanjian, baik perjanjian yang
80
Acram M azis, Hak dasar nasabah dalam Http:cetak fajar.co.id akses tanggal 25 Maret 2011
81
Darmin Nasution dalam http:batam-news.com201011mediasi-nasabah-bank-naik- 30-persen
Universitas Sumatera Utara
berbentuk akta di bawah tangan maupun dalam bentuk akta autentik. Dalam konteks inilah perlu pengamatan yang baik untuk menjaga suatu bentuk
perlindungan bagi konsumen namun tidak melemahkan kedudukan posisi bank, hal demikian perlu mengingat seringnya perjanjian yang dilaksanakan antara bank
dengan nasabah telah dibakukan dengan suatu perjanjian baku . Sisi lain yang menjadi fokus perlindungan konsumen dalam sektor jasa
perbankan, yaitu pelayanan di bidang perkreditan. Hal-hal yang menjadi perhatian untuk perlindungan konsumen, yaitu pada proses yang harus ditempuh, dan
warkat-warkat yang digunakan dalam pemberian kredit tersebut. Tidak kalah pentingnya pula yaitu saat pengikatan hukum antara bank dengan nasabah dimana
secara hukum biasanya menyangkut dua macam pengikatan berupa: perjanjian kredit dan perjanjian tambahan yakni perjanjian mengikuti perjanjian pokok
berupa suatu perjanjian penjaminan. Khusus untuk perbankan mengenai mediasi diatur dalam PBI No.
85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No. 101PBI2008. Mediasi Perbankan ini merupakan upaya lanjutan fase 2
dari upaya penyelesaian pengaduan nasabah fase 1 yang tidak terselesaikan secara internal oleh bank. Dengan demikian sebelum menempuh proses mediasi
terlebih dahulu pihak nasabah harus telah mengajukan pengaduan kepada bank yang bersangkutan dan ketika tidak menerima putusan dari lembaga pengaduan
yang ada di internal bank, baru kemudian pihak nasabah diperkenankan untuk menyelesaian sengketa dimaksud ke lembaga Mediasi Perbankan, yang untuk
sementara ini dijalankan oleh Bank Indonesia BI.
Universitas Sumatera Utara
Bank Indonesia dalam hal ini berperan sebagai regulator yang mengawasi perbankan. Kewenangan Bank Indonesia dalam mengawasi mencakup empat
aspek yaitu power to license, power to regulate, power to control dan power to impose sanction. Berkenaan dengan mediasi perbankan merupakan kewenangan
Bank Indonesia dalam hal power to regulate yang memungkinkan otoritas Bank Indonesia mengatur kegiatan opersional suatu bank sehinga tercipta suatu sistem
perbankan yang sehat.
82
B. Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaia Sengketa Perbankan dan Nasabah Berdasarkan PBI No 101PBI2008
Adapun penyelesaian sengketa melalui mediasi perbankan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan alternatif penyelesaian
sengketa lainnya. Adapun karakteristik tersebut adalah: 1.
Adanya sengketa yang diajukan oleh nasabahbank kepada penyelenggara mediasi
Pada Pasal 1 angka 4 PBI No.85PBI2006 sebagaimana yang telah dirubah oleh PBI No 10102008 menyatakan bahwa sengketa adalah
permasalahan yang diajukan oleh nasabahperwakilan nasabah kepada penyelenggara mediasi setelah melalui proses pengaduan oleh bank. Namun yang
perlu diperhatikan adalah bahwa tidak semua sengketa antara nasabah dengan bank dapat diselesaikan melalui mediasi. Penyelesaian melalui mediasi sekurang-
kurangnya harus memenuhi dua syarat yaitu syarat subjektif bahwa pihak yang
82
http:www.bi.go.idwebidPerbankanIkhtisar+PerbankanPengaturan+dan+Pengawasa n+BankTujuan+dan+Kewenangan Tanggal akses 10 April 2011
Universitas Sumatera Utara
bersengketa adalah nasabah maupun perwakilannya dan telah melalui mekanisme pengaduan dan syarat yang kedua adalah syarat objektif bahwa objek sengketa
merupakan tuntutan dengan nilai materil senilai paling banyak Rp 500.000.000 Lima ratus juta rupiah dan tidak berupa kerugian immateril.
2. Pihak yang bersengketa adalah Nasabah dengan Bank
Fungsi mediasi perbankan dilaksanakan oleh Bank Indonesia sejak diterbitkannya PBI No.85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan pada tanggal 30
Januari 2006 dengan pertimbangan bahwa penyelesaian pengaduan oleh bank yang tidak memuaskan nasabah berpotensi menimbulkan sengketa perbankan.
Dalam hal ini, apabila sengketa tersebut tidak segera ditangani maka dalam jangka panjang akan dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat kepada
lembaga perbankan sehingga perlu dilakukan fasilitasi melalui mediasi perbankan guna menjembatani penyelesaian sengketa perbankan tersebut.
Dengan memperhatikan bahwa sampai saat ini belum ada lembaga alternative penyelesaian sengketa yang secara khusus menangani penyelesaian
sengketa perbankan dan dengan memperhatikan urgensi keberadaan lembaga tersebut pada sistem perbankan, maka Bank Indonesia berinisiatif melaksanakan
fungsi mediasi perbankan sampai dengan terbentuknya lembaga mediasi perbankan yang mandiri dan independen oleh asosiasi perbankan.
Khusus untuk perbankan mengenai mediasi diatur dalam PBI No. 85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan, sebagaimana yang telah diubah dengan
PBI No. 101PBI2008. Mediasi Perbankan ini merupakan upaya lanjutan penyelesaian sengketa nasabah yang tidak terselesaikan secara internal oleh bank.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian sebelum menempuh proses mediasi terlebih dahulu pihak nasabah harus telah mengajukan pengaduan kepada bank yang bersangkutan dan
ketika tidak menerima putusan dari lembaga pengaduan yang ada di internal bank, baru kemudian pihak nasabah diperkenankan untuk menyelesaian sengketa
dimaksud ke lembaga Mediasi Perbankan, yang untuk sementara ini dijalankan oleh Bank Indonesia BI.
C. Lembaga Mediasi Perbankan dalam Penyelesaian Sengketa Bank