Penyelesaian Kredit Bermasalah Tinjauan Hukum Proses Acara Mediasi Perbankan Sebagai Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah Berdasarkan PBI No 10/1/PBI/2008

E. Penyelesaian Kredit Bermasalah

Perlu adanya pengendalian kredit untuk menghindari terjadinya kredit macet. Kredit macet adalah kredit yang di klasifikasikan pembayarannya tidak lancar yang dilakukan oleh debitur yang bersangkutan. Kredit macet harus secapatnya diselesaikan agar kerugian yang lebih besar dapat dihindari. Pengendalian kredit adalah usaha-usaha untuk menjaga kredit yang diberikan tetap lancar, produktif dan tidak macet. Lancar dan produktif artinya kredit itu dapat ditarik kembali bersama bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui kedua belah pihak Tujuan pengendalian kredit sebagaimana yang dikemukakan oleh Salim HS, antara lain: 74 a. Menjaga agar kredit yang disalurkan tetap aman; b. Mengetahui apakah kredit yang disalurkan itu lancar atau tidak; c. Melakukan tindakan pencegahan dan penyelasain kredit macet atau kredit bermasalah; d. Mengevaluasi apakah prosedur penyaluran kredit yang dilakukan telah baik atau masih perlu disempurnakan; e. Memperbaiki kesalahan-kesalahan karyawan analisis kredit dan mengusahakan agar kesalahan itu tidak terulang kembali; f. Mengetahui posisi persentase collectability credit yang disalurkan bank; dan g. Meningkatkan moral dan tanggung jawab karyawan analisis kredit bank. Adapun sistem pengendalian kredit yang dilakukan oleh pihak bank, yaitu: 74 Salim. H.S. Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUHPerdata, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.1998 Hlm. 77 dan 78 Universitas Sumatera Utara a. Internal Control of Credit adalah sistem pengendalian kredit yang dilakukan oleh karyawan bank bersangkutan. Cakupannya meliputi pencegahan dan penyelesaian kredit macet; b. Audit Control of Credit adalah sistem pengendalian atau penilaian masalah yang berkaitan dengan pembukuan kredit, jadi pengendalian atas masalah khusus, yaitu tentang kebenaran pembukuan kredit bank; dan c. External Control of Credit adalah sistem pengendalian kredit yang dilakukan pihak luar, baik oleh Bank Indonesia maupun akuntan publik. Upaya penyelesaian terhadap kredit bermasalah dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu negosiasi dan litigasi. Penyelesaian melalui negosiasi, artinya kredit yang tadinya bermasalah atau macet diadakan kesepakatan baru sehingga terhindar dari masalah. Bentuk negosiasi penyelamatan kredit bermasalah dapat ditempuh sebagai berikut: 75 a. Rescheduling penjadwalan kembali, Memperpanjang jangka waktu kredit sehingga debitur mempunyai waktu lebih longgar untuk mencari penyelesai aan yang lebih menguntungkan, atau dengan cara memperpanjang jangka waktu angsuran sehingga angsuran menjadi lebih ringan sesuai dengan kemampuannya. b. Reconditioning mengubah persyaratan 1 Kapitalisasi bunga yakni dengan cara bunga dijadikan hutang pokok 2 Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu maksudnya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjaman tetap harus dibayar 75 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003, hal 241 Universitas Sumatera Utara 3 Penurunan suku bunga agar meringankan beban debitur. Misalnya: bunga pertahun 18 di turunkan menjadi 16 pertahun dan tergantung pertimbangan bank bersangkutan. Akibatnya berpengaruh kepada jumlah angsuran semakin mengecil sehingga meringankan debitur 4 Pembebasan bunga diberikan kepada debitur yang tidak mampu lagi membayar kredit, akan tetapi wajib bagi debitur membayar pokok pinjaman sampai lunas Terhadap kredit bermasalah Bank akan menempuh cara pertama yaitu menegur secara lisan terhadap debitur dan memberikan peringatan agar debitur melaksanakan kewajiban pembayaran kredit berupa pembayaran angsuran kredit agar kredit yang tergolong bermasalah kembali menjadi kredit lancar disamping melakukan peringatan secara lisan, Bank juga akan memberikan surat teguran sommasi kepada debitur yang berisi: a. Pemberitahuan mengenai jatuh tempo pembayaran bunga danatau pokok kredit. b. Perintah untuk membayar hutang dengan jumlah tertentu sesuai permintaan atau pemberitahuan bank. c. Batas waktu bagi debitur untuk melaksanakan pembayaran Apabila debitur telah disommasi sebanyak tiga kali berturut-turut tetapi debitur tidak juga beritikad baik untuk memenuhi ketentuan perjanjian kredit maka Bank akan melakukan upaya penyelamatan kredit, dan tindakan bank dalam usaha penyelamatan kredit bermasalah tergantung pada kondisi kredit bermasalah tersebut Penyelamatan kredit menurut Irkan mengatakan bahwa, adalahsuatu langkah penyelesaian kredit macet melalui perundingan kembali antara bank Universitas Sumatera Utara dengan debitur dengan memperingan syarat-syarat pengembalian kredit, sehingga dengan memperingan syarat-syarat pengembalian kredit tersebut diharapkan debitur memiliki kemampuan kembali untuk melakukan penyelesaian kredit. Penyelamatan kredit dapat dilakukan apabila debitur kooperatif dalam mencari solusi penyelesaian kredit dan usaha debitur masih mempunyai prospek yang baik Fasilitas dan kebijakan yang dapat digunakan untuk melakukan restrukturisasi kredit macet yang diberikan oleh Bank secara umum terdiri dari: a. Penurunan Suku Bunga Kredit Penurunan suku bunga kredit merupakan satu diantara bentuk restrukturisasi yang bertujuan memberikan keringanan kepada debitur sehingga dengan penurunan bunga kredit besarnya bunga yang harus dibayar debitur setiap tanggal pembayaran menjadi lebih kecil dibanding suku bunga yang ditetapkan sebelumnya, misalnya bunga kredit yang ditetapkan dalam perjanjian kredit pertahun 20 diturunkan menjadi 15. Dengan keringanan suku bunga maka pembayaran bunga setiap bulan akan menjadi lebih kecil sehingga pendapatan dan hasil usaha debitur dapat dialokasikan untuk membayar angsuran kredit b. Pengurangan Tunggakan Bunga Kredit Untuk penyelamatan kredit macet atau kredit bermasalah, restrukturisasi kredit dapat dilakukan dengan memperingan beban debitur dengan cara mengurangi tunggakan bunga kredit atau menghapus sebagian atau seluruh tunggakan bunga kredit. c. Perpanjangan Jangka Waktu Kredit Perpanjangan jangka waktu kredit merupakan bentuk restrukturisasi kredit yang bertujuan memberikan kemudahan bagi debitur untuk mengembalikan hutang, misalnya hutang Universitas Sumatera Utara debitur harus dikembalikan paling lambat pada bulan Januari 2004 diperpanjang menjadi Januari 2008, dengan perpanjangan jangka waktu kredit memberikan kesempatan kepada debitur untuk melanjutkan usaha. d. Penambahan fasilitas Kredit Penambahan fasilitas kredit diharapkan usaha debitur akan berjalan kembali dan berkembang yang akan menghasilkan pendapatan yang dapat digunakan untuk mengembalikan hutang, untuk memberikan tambahan fasilitas kredit harus dilakukan analisis yang cermat, akurat dan dengan perhitungan yang tepat mengenai prospek usaha debitur karena debitur menanggung hutang lama dan hutang baru. Penyelesaian tersebut merupakan langkah alternatif sebelum dilakukan penyelesaian melalui lembaga yang bersifat yudisial. Cara manapun dapat dilakukan agar kredit tetap dapat ditarik kembali oleh bank yang bersangkutan. Kredit yang telah macet harus diselesaikan dengan cara menyita agunan kredit bersangkutan untuk membayar pinjaman debitur. Jadi penyelesaian kredit macet terkait dengan jaminan kredit yang diberikan oleh debitur kepada bank, yaitu apabila debitur tidak dapat melunasi hutang kreditnya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan, maka pihak bank dapat menyita dan melelang barang yang dijaminkan oleh debitur untuk melunasi hutang kredit Universitas Sumatera Utara BAB IV MEDIASI PERBANKAN BERDASARKAN PBI NO 101PBI2008 SEBAGAI ALTERNATIF UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA PERKREDITAN DI INDONESIA A. Latar Belakang Perlunya Mediasi Perbankan di Indonesia Walaupun hubungan yang terjalin antara bank dan nasabah didasarkan pada prinsip kepercayaan, akan tetapi dalam praktiknya seringkali tidak dapat dihindarkan adanya sengketa dispute di antara mereka. Hal ini berawal dari terjadinya komplain yang diajukan nasabah kepada bank karena merasa dirugikan secara finansial. Upaya yang dilakukan nasabah antara lain dengan datang langsung ke bank, menelepon pada call center bank yang bersangkutan, menulis Universitas Sumatera Utara di media cetak misalnya pada surat pembaca, atau menyampaikan keluhan secara tertulis langsung kepada bank. Di sisi lain terkadang ada bank yang kurang memperhatikan pengaduan nasabah, atau bahkan mengabaikannya. Padahal bank memiliki kewajiban untuk menyelesaikan setiap pengaduan nasabah yang ada sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia PBI No. 85PBI2006 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No. 101PBI2008. 76 Perselisihan antara pihak nasabah dengan perbankan seharusnya tidak perlu terjadi manakala kedua belah pihak mematuhi segala perjanjian yang disepakati dan rambu-rambu yang berlaku. Nasabah seharusnya memiliki kewajiban untuk membayar tagihan-tagihan maupun cicilan kredit yang telah diajukan. Disisi lain nasabah juga memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap tentang produk-produk maupun jasa yang ditawarkan dan mendapatkan pelayanan yang berkualitas. Pelayanan tersebut bukan hanya mencakup kepada aspek fisik namun juga etika profesionalisme bank dan tidak hanya menakut-nakuti dengan debt collector. 77 Penyelesaian pengaduan nasabah oleh bank yang diatur dalam PBI No. 77PBI2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah pada praktiknya tidak selalu dapat memuaskan nasabah. Ketidakpuasan tersebut dapat diakibatkan oleh tuntutan nasabah yang tidak dipenuhi bank baik seluruhnya maupun sebagian mengingat lembaga Pengaduan Nasabah berada pada internal bank yang bersangkutan sehingga penyelesaiannya merupakan kebijakan bank tempat 76 Peraturan Bank Indonesia PBI No 101PBI2008 Tentang Mediasi Perbankan 77 IEI Publication, Mediasi Perbankan Sebagai Penyelesaian Sengketa Bank dalam situs www.iei.or.idpublicationfilesMediasi20Perbankan.pdf – Tanggal akses 29 Maret 2011 Universitas Sumatera Utara nasabah melakukan kegiatan transaksi keuangan. Ketika nasabah menerima putusan yang diberikan oleh bank tersebut maka permasalahan selesai. Akan tetapi terkadang ada nasabah yang merasa bahwa bank tidak memberikan solusi seperti yang diinginkannya sehingga pada gilirannya berbagai cara akan ditempuh antara lain melaporkan kepada Lembaga Konsumen, Lembaga Ombudsman, mengajukan gugatan secara perdata, bahkan terkadang ada nasabah yang melaporkan bank kepada polisi. Padahal sudah menjadi permasalahan bahwa penyelesaian melalui lembaga-lembaga dimaksud seringkali berlarut-larut dan terlalu prosedural sehingga harapan kedua belah pihak untuk memperoleh solusi terbaik secara sederhana, murah, dan cepat belum tentu dapat tercapai Apabila Penyelesaian sengketa melalui mediasi dibandingkan dengan melalui litigasipengadilan yang menentukan pihak yang menang dan kalah namun kurang mencapai solusi yang diharapkan. Oleh karena itu penyelesaian sengketa yang menguntungkan semua pihak bersifat tegas dan menjadi tujuan yang akan dicapai. Tujuan penyelesaian sengketa melalui mediasi adalah: 1. Menghasilkan suatu rencana kesepakatan yang dapat diterima dan dijalankan oleh para pihak yang bersengketa. 2. Mempersiapkan para pihak untuk menerima konsekwensi keputusan yang dihasilkan. Universitas Sumatera Utara 3. Mengurangi kekhawatiran dan dampak negatif lainnya suatu konflik dengan cara membantu para pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian secara konsensus. 78 Adapun pengadaan mediasi bagi para pihak yang bersengketa akan membantu mengurangi hambatan dan permasalahan. Komunikasi antara pihak yang terlibat dapat dimaksimalkan melalui eksplorasi alternatif penyelesaian sengketa jangka panjang. Dengan memusatkan kebutuhan semua pihak dan membangun model penyelesaian sengketa jangka panjang. Keberadaan lembaga mediasi perbankan merupakan sebuah bentuk perlindungan dan merupakan salah satu langkah kebijakan yang akan diterapkan Bank Indonesia BI yang tertuang dalam Arsitektur Perbankan Indonesia API. Keberadaan lembaga tersebut merupakan suatu terobosan seperti di negara lain karena Indonesia ingin memberdayakan nasabah perbankan dengan memberikan perlindungan kepada nasabah. 79 78 Dikutip dari http:www.djpp.depkumham.go.idhukum-bisnis86-mediasi-perbankan- sebagai-wujud-perlindungan-terhadap-nasabah-bank.html Tanggal akses 1 April 2011 79 www.bi.go.idNRrdonlyres6EEDF369...MediasiPerbankan.pdf Kehadiran mediasi perbankan sangat penting. Hal ini dikarenakan perbankan merupakan lembaga yang sangat mengandalkan kepercayaan dari masyarakat luas. Masyarakat mengandalkan jasa bank dilandasi rasa kepercayaan. Oleh karena itu, kepercayaan dari masyarakat harus tetap terjaga. Keberadaan Lembaga Mediasi independen ini akan memberikan manfaat baik bagi nasabah maupun bank. Universitas Sumatera Utara Keberadaan lembaga mediasi perbankan tersebut pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi hak-hak dasar nasabah sebagai pengguna jasa perbankan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Acram bahwa hak nasabah terdiri atas dua hal yaitu pertama hak atas transparansi produk perbankan dan penggunaan data pribadi nasabah. Dalam hal ini Bank Indonesia mewajibkan bahwa sekurang- kurangnya suatu informasi produk yang ditawarkan kepada nasabah memuat nama produk, jenis produk, manfaat dan resiko yang melekat pada produk, keuntungan bunga dan bagi hasil 80 Mediasi perbankan merupakan komitmen perbankan untuk melindungi nasabahnya, di tengah situasi perekonomian yang dinamis. Perlindungan nasabah menjadi isu yang semakin penting dalam industri keuangan yang semakin kompleks, yang berdampak pada perubahan konstruksi hukum hubungan antara konsumen dan produsen. Dengan demikian, kepedulian kepada nasabah dalam rangka menjaga risiko reputasi dan tingkat kepercayaan nasabah merupakan faktor yang perlu terus ditingkatkan oleh bank” disamping itu bank dilarang menyampaikan mengenai karakteristik produk yang letak atau bentuknya tidak dapat diraba. Adapun hak dasar kedua yang dimiliki nasabah adalah hak utnuk menyampaikan rasa ketidakpuasan terhadap produk yang ditawarkan. 81 Fokus persoalan perlindungan nasabah tertuju pada ketentuan peraturan perundang-undangan serta ketentuan perjanjian yang mengatur hubungan antara bank dengan nasabah dapat terwujud dari suatu perjanjian, baik perjanjian yang 80 Acram M azis, Hak dasar nasabah dalam Http:cetak fajar.co.id akses tanggal 25 Maret 2011 81 Darmin Nasution dalam http:batam-news.com201011mediasi-nasabah-bank-naik- 30-persen Universitas Sumatera Utara berbentuk akta di bawah tangan maupun dalam bentuk akta autentik. Dalam konteks inilah perlu pengamatan yang baik untuk menjaga suatu bentuk perlindungan bagi konsumen namun tidak melemahkan kedudukan posisi bank, hal demikian perlu mengingat seringnya perjanjian yang dilaksanakan antara bank dengan nasabah telah dibakukan dengan suatu perjanjian baku . Sisi lain yang menjadi fokus perlindungan konsumen dalam sektor jasa perbankan, yaitu pelayanan di bidang perkreditan. Hal-hal yang menjadi perhatian untuk perlindungan konsumen, yaitu pada proses yang harus ditempuh, dan warkat-warkat yang digunakan dalam pemberian kredit tersebut. Tidak kalah pentingnya pula yaitu saat pengikatan hukum antara bank dengan nasabah dimana secara hukum biasanya menyangkut dua macam pengikatan berupa: perjanjian kredit dan perjanjian tambahan yakni perjanjian mengikuti perjanjian pokok berupa suatu perjanjian penjaminan. Khusus untuk perbankan mengenai mediasi diatur dalam PBI No. 85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No. 101PBI2008. Mediasi Perbankan ini merupakan upaya lanjutan fase 2 dari upaya penyelesaian pengaduan nasabah fase 1 yang tidak terselesaikan secara internal oleh bank. Dengan demikian sebelum menempuh proses mediasi terlebih dahulu pihak nasabah harus telah mengajukan pengaduan kepada bank yang bersangkutan dan ketika tidak menerima putusan dari lembaga pengaduan yang ada di internal bank, baru kemudian pihak nasabah diperkenankan untuk menyelesaian sengketa dimaksud ke lembaga Mediasi Perbankan, yang untuk sementara ini dijalankan oleh Bank Indonesia BI. Universitas Sumatera Utara Bank Indonesia dalam hal ini berperan sebagai regulator yang mengawasi perbankan. Kewenangan Bank Indonesia dalam mengawasi mencakup empat aspek yaitu power to license, power to regulate, power to control dan power to impose sanction. Berkenaan dengan mediasi perbankan merupakan kewenangan Bank Indonesia dalam hal power to regulate yang memungkinkan otoritas Bank Indonesia mengatur kegiatan opersional suatu bank sehinga tercipta suatu sistem perbankan yang sehat. 82 B. Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaia Sengketa Perbankan dan Nasabah Berdasarkan PBI No 101PBI2008 Adapun penyelesaian sengketa melalui mediasi perbankan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan alternatif penyelesaian sengketa lainnya. Adapun karakteristik tersebut adalah: 1. Adanya sengketa yang diajukan oleh nasabahbank kepada penyelenggara mediasi Pada Pasal 1 angka 4 PBI No.85PBI2006 sebagaimana yang telah dirubah oleh PBI No 10102008 menyatakan bahwa sengketa adalah permasalahan yang diajukan oleh nasabahperwakilan nasabah kepada penyelenggara mediasi setelah melalui proses pengaduan oleh bank. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa tidak semua sengketa antara nasabah dengan bank dapat diselesaikan melalui mediasi. Penyelesaian melalui mediasi sekurang- kurangnya harus memenuhi dua syarat yaitu syarat subjektif bahwa pihak yang 82 http:www.bi.go.idwebidPerbankanIkhtisar+PerbankanPengaturan+dan+Pengawasa n+BankTujuan+dan+Kewenangan Tanggal akses 10 April 2011 Universitas Sumatera Utara bersengketa adalah nasabah maupun perwakilannya dan telah melalui mekanisme pengaduan dan syarat yang kedua adalah syarat objektif bahwa objek sengketa merupakan tuntutan dengan nilai materil senilai paling banyak Rp 500.000.000 Lima ratus juta rupiah dan tidak berupa kerugian immateril. 2. Pihak yang bersengketa adalah Nasabah dengan Bank Fungsi mediasi perbankan dilaksanakan oleh Bank Indonesia sejak diterbitkannya PBI No.85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan pada tanggal 30 Januari 2006 dengan pertimbangan bahwa penyelesaian pengaduan oleh bank yang tidak memuaskan nasabah berpotensi menimbulkan sengketa perbankan. Dalam hal ini, apabila sengketa tersebut tidak segera ditangani maka dalam jangka panjang akan dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat kepada lembaga perbankan sehingga perlu dilakukan fasilitasi melalui mediasi perbankan guna menjembatani penyelesaian sengketa perbankan tersebut. Dengan memperhatikan bahwa sampai saat ini belum ada lembaga alternative penyelesaian sengketa yang secara khusus menangani penyelesaian sengketa perbankan dan dengan memperhatikan urgensi keberadaan lembaga tersebut pada sistem perbankan, maka Bank Indonesia berinisiatif melaksanakan fungsi mediasi perbankan sampai dengan terbentuknya lembaga mediasi perbankan yang mandiri dan independen oleh asosiasi perbankan. Khusus untuk perbankan mengenai mediasi diatur dalam PBI No. 85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No. 101PBI2008. Mediasi Perbankan ini merupakan upaya lanjutan penyelesaian sengketa nasabah yang tidak terselesaikan secara internal oleh bank. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian sebelum menempuh proses mediasi terlebih dahulu pihak nasabah harus telah mengajukan pengaduan kepada bank yang bersangkutan dan ketika tidak menerima putusan dari lembaga pengaduan yang ada di internal bank, baru kemudian pihak nasabah diperkenankan untuk menyelesaian sengketa dimaksud ke lembaga Mediasi Perbankan, yang untuk sementara ini dijalankan oleh Bank Indonesia BI.

C. Lembaga Mediasi Perbankan dalam Penyelesaian Sengketa Bank