29
II.4.2. Daya Guna Lampu Lalulintas
Daya guna lampu lalulintas pada simpang dapat dievaluasi dari seberapa jauh suatu sistem lampu lalulintas dapat memenuhi fungsi yang diharapkan, yaitu :
Mengurangi waktu tundaan Meningkatkan kapasitas simpang
Sedapat mungkin mempertahankan laju pergerakan Fasilitas penyebrangan bagi pejalan kaki
Meningkatkan keselamatan Jumlah dan tingkat kecelakaan merupakan ukuran dari tiap kecelakaan yang mungkin terjadi
untuk menentukan daya guna keselamatan pada simpang. Tundaan dan kapasitas simpang sangat tergantung dari
lay-out
geometrik simpang, konflik arus lalulintas dan metode pengendalian simpang yang dipakai.
II.4.3. Pengaturan Waktu Lalulintas
Dalam pengoperasian sinyal lampu lalulintas dapat dikategorikan kepada jenis perlengkapan yang digunakan, yaitu :
1. Operasional waktu sinyal tetap
Fixed Time Operation
Simpang dengan pengaturan waktu lampu lalulintas tetap
Fixed Time Operation
dalam pengoperasiannya menggunakan waktu siklus dan panjang fase yang diatur terlebih dahulu dan
dipertahankan untuk suatu periode tertentu. Panjanng siklus dan fase adalah tetap selama interval tertentu, sehingga tipe ini merupakan bentuk pengendalian lampu lalulintas yang paling murah
dan sederhana.
30
Pada keadaan tertentu, tipe ini tidak efisien dibandingkan tipe aktual karena tidak memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada volume arus lalulintas. Sehingga untuk
kebutuhan pengendalian dimana lebih baik jika dipakai lebih dari satu pengaturan
multi-setting
untuk situasi yang berbeda dalam satu hari. Pada umumnya periode waktu berhubungan dengan waktu sibuk dalam satu hari yaitu pagi, siang hari dan sore hari.
2. Operasional sinyal tidak tetap
Actuated Operation
Sistem ini mengatur waktu siklus dan panjang fase secara berkelanjutan disesuaikan dengan kedatangan arus lalulintas setiap saat. Kemudian ditentukan nilai waktu hijau maksimum
dan minimum. Alat detektor dipasang disetiap cabang simpang untuk mendeteksi kendaraan yang lewat, kemudian data disimpan dalam memori lalu diolah untuk mendapatkan nilai tambah
waktu diatas nilai waktu hijau minimum untuk suatu cabang simpang. Oleh karena itu sistem pengaturan ini sangat peka terhadap situasi dan sangat efektif jika diterapkan meminimumkan
tundaan pada simpang tersebut. Terdapat dua jenis
traffic actuated operation
, yaitu
semi actuated operatin
dan
fully actuated operation
. Operasional waktu sinyal separuh nyata
semi actuated operation
ditetapkan pada simpang dimana arus lalulintas pada jalan utama jauh lebih besar daripada jalan yang lebih kecil. Sebuah alat deteksi dipasang dijalan minor untuk mengetahui kedatangan
kendaraan dari jalan tersebut, dan diatur sedemikian rupa sehingga jalan mayor selalu mendapat sinyal lampu hijau lebih lama.
31
Operasional waktu sinyal yang nyata
fully actuated operation
ditempatkan pada simpang dimana arus lalulintas relatif sama disetiap cabang simpang tetapi distribusinya bervariasi dan
berfluktuasi. Detektor ditempatkan disetiap cabang simpang. Pada simpang
fully actuated operation
ini untuk tiap-tiap cabang simpang ditentukan waktu maksimum dan minimumnya. Arus lalulintas yang memasuki suatu simpang akan bervariasi dari waktu kewaktu selama
satu hari, sehingga akan dibutuhkan waktu siklus yang bervariasi. Kondisi ini tidak menjadi masalah bagi sistem pengaturan
traffic actuated operation,
sedangkan untuk pengaturan lampu lalulintas waktu tetap perlu ditentukan waktu siklus yang dapat menghindari terjadinya tundaan
yang berlebihan pada suatu arus lalulintas tinggi. Keuntungan yang dapat dipeoleh dari pengoperasian waktu sinyal tetap
fixxed ime operation
adalah : Waktu mulai
start
dan lama interval yang tetap sehingga memudahkan untuk mengkoordinasikannya dengan lampu lalulintas yang berdekatan.
Tidak dipengaruhi kondisi arus lalulintas pada suatu waktu tertentu. Lebih dapat diterima pada kawasan dengan volume arus pejalan kaki yang tetap dan
besar. Biaya instalasi yang lebih murah dan sederhana serta perawatan yang lebih mudah
Pengemudi dapat memperkirakan fase. Keuntungan pemakaian lampu lalulintas dengan waktu tidak tetap
actuated operation
adalah : Efisiensi persimpangan maksimum karena lama tiap fase disesuaikan dengan volume
pergerakan yang melewati persimpangan.
32
Dapat menyediakan fsilitas berhenti
stop
dan jalan
go
secara terus menerus tanpa penundaan yang berarti.
Secara umum menurunkan tundaan pada persimoangan terisolasi.
II.4.4. Parameter-Parameter Pengaturan Lampu Lalulintas
Parameter-parameter yang biasa digunakan dalam perencanaan waktu lampu lalulintas adalah :
1.
Intergreen Periode
waktu antar hijau
Waktu antar hijau atau
intergreen periode
adlah waktu yang diperlukan untuk pergantian antara waktu hijau pada suatu fase awal ke suatu fase berikutnya, merupakan periode
kuning+merah semua antara dua fase sinyal yang berurutan detik. Waktu minimum yang diperuntukkan pada periode ini adalah selama 4-6 detik. Atau dimana waktu semua sinyal
beberapa saat tetap sebelum pergantian sinyal berikutnya yang disebut antara
interval
dan pertukaran tersebut selama waktu kuning
amber
dan merah semua
all red
yang disebut pertukaran antara
change interval
. Kendaraan yang akan membelok kekanan dapat bergerak membelok kekanan selama
intergreen
periode ini.
Intergreen
periode juga merupakan penjumlahan antara waktu kuning, dalam desain umumnya diambil selama 3 detik, dengan waktu
all red,
dalam desain umumnya diambil selama 2 detik.
Waktu merah semua ini dipergunakan untuk membersihkan
clearence time
daerah persimpngan dari kendaraan yang terjebak saat melintasi persimpangan sebelum pergerakan fase
selanjutnya. Lama waktu antar hijau bergantung pada ukuran lebar persimpangan dan kecepatan kendaraan.
33
Di Indonesia waktu antar hijau dialokasikan sebagaimana yang ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.2 Lama waktu antar hijau detikfase
Ukuran Simpang Lebar Jalan
m Waktu Antar-hijau
detikfase Kecil
6-9 4
Sedang 10-14
5 Besar
≤14 ≤6
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
2. Waktu Hijau Minimum dan Waktu Hijau Maksimum
Waktu hijau minimum adalah waktu hijau yang diperlukan oleh pejalan kaki untuk menyeberangi suatu ruas jalan. Lamanya waktu hijau ini ditentukan 7-13 detik. Pada sistem
pengaturan
Traffic actuated control
jika terjadi arus lalulintas yang terus menerus menyala. Untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan batas hijau maksimum. Waktu hijau maksimum
ini ditentukan sebesar 8-68 detik.
3. Arus Jenuh
Saturation Flow
Kapasitas suatu simpang ditentukan oleh kapasitas tiap-tiap cabang simpang pada suatu persimpangan. Dua faktor yang menentukan kapasitas cabang simpang yaitu, kondisi fisik
cabang simpang, seperti lebar jalan, jari-jari belok dan kelandaian cabang simpang serta jenis kendaraan yang akan melalui simpang
34
tersebut. Kapasitas suatu cabang simpang ditentukan berdasarkan pada kondisi fisik cabang simpang pada suatu persimpangan ditunjukkan oleh suatu parameter yang disebut arus jenuh
saturation flow
. Aus jenuh adalah antrian arus lalulintas pada saat awal waktu hijau yang dapat melewati
garis
stop
pada suatu lengan secara terus menerus selama waktu hijau dari suatu antrian tidak terputus. Arus lalulintas jenuh pada suatu persimpangan merupakan kapasitas lengan tersebut
persiklus. Secara ideal pengukuran arus jenuh lebih baik dilakukan di lapangan, akan tetapi
pengukuran arus jenuh dengan estimasi diperlukan ketika akan dilakukan pemasangan lampu lalulintas pada persimpangan maupun untuk memodifikasi keadaan sinyal lampu lalulintas
signal setting
yang telah ada berkenaan dengan perubahan geometri persimpangan, alokasi lajur dan susunan fase.
Estimasi arus jenuh didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya dari sejumlah persimpangan pada masa tertentu. Aspek-aspek yang mempengaruhi arus jenuh secara umum
adalah faktor lingkungan, tipe lajur, kemiringan dan komposisi lalulintas. Estimasi empiris yang pernah dilakukan pada setiap metode pengukuran arus jenuh dikembangkan atas dasar
pertimbangan pengaruh faktor-faktor tersebut.
Metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI, 1997 menetapkan arus jenuh sebagai fungsi lebar jalur yang sama. Terdapat banyak persamaan yang dapat digunakan untuk
menghitung arus jenuh S ini diantaranya adalah :
35
3.1. Metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI 1997
Metode perhitungan arus jenuh yang diberikan Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKIJ 1997 ditentukan bahwa arus lalulintas yang mengalir pada saat waktu hijau dapat disalurkan oleh
suatu pendekatan. Penetuan arus jenuh dasar S
ₒ
untuk setiap pendekatan yang diuraikan dibawah ini : Untuk pendekatan tipe P
Protected,
yaitu arus terlindung: S
ₒ
= 600 x We smpjam hijau
Dimana, S
ₒ
= arus jenuh dasar smpjam We = lebar jalan efektif m
Gambar 2.2 Arus jenuh dasar untuk pendekatan tipe P
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKIJ, 1997