Pengetahuan Knowledge Perilaku Kesehatan

3. Perilaku terhadap makanan nutrition behavior, yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital manusia perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalammnya zat gizi, pengolahan makanan, dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita. 4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan environmental behavior, yakni respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri Notoatmodjo, 2007. Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari: a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan knowledge b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan attitude c. Praktek atau perilaku yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan practice Notoatmodjo, 2007.

2.2.1. Pengetahuan Knowledge

Pengetahuan adalah kecakapan mempertahankan dan memakai informasi, campuran pemahaman, pengalaman, ketajaman dan ketrampilan. Sifat pengetahuan bersandar pada cara berbeda akuisisi gagasan, persepsi, imajinasi, kenangan, pendapat, abstraksi dan berkeputusan. Kriteria pusat pengetahuan sekitar pengertian yang membolehkan membedakan di antara benar dan salah, seperti logika pemikiran deduktif dan metode ilmiah merumuskan dan menguji hipotesa. Tujuan puncak pengetahuan adalah kebenaran Badran, 1995. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang overt behavior. Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni: Universitas Sumatera Utara 1. Tahu Know, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. 2. Memahami Comprehension, diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi Application, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi ril sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. 4. Analisis Analysis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata- kata kerja: dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis Synthesis, menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada. 6. Evaluasi Evaluation, berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penialain itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada Notoatmodjo, 2007. Lima puluh sembilan persen dari orangtua dengan benar bisa menyebutkan kelainan jantung anak mereka, tetapi hanya 29 bisa menunjukkan dengan diagram. Orangtua secara umum bisa mengenali sifat dan maksud pembedahan sebelumnya 83 benar dan intervensi 91 benar anak mereka, tetapi lebih tidak sering benar tentang maksud pemberian obat- obatan 45. Hanya sekitar 7 bisa menggambarkan akibat sampingan obat jantung yang tertulis dalam resep bagi anak mereka. Lima puluh sembilan persen mengerti maksud latihan fisik dan larangan. Walaupun sekitar separuh mengetahui keperluan untuk antibiotika pada kunjungan dokter gigi, hanya 27 mempunyai kesadaran bahaya bakteri endocarditis. Universitas Sumatera Utara Orangtua berpendidikan rata, pekerjaan, dan penyakit jantung kompleks di anak mereka berhubung secara positif dengan pengetahuan PJB. Orangtua anak dengan PJB mempunyai celah luas pengetahuan penting, dan bahwa pendekatan sampai keperluan pendidikan orangtua untuk menjadi kebutuhan Cheuk,2004. Tiga puluh persen dari orangtua dengan benar mengetahui jenis kelainan jantung bawaan anak mereka dan 21 dengan benar menunjukkan kelainan tersebut di atas diagram jantung. Hanya dua puluh tujuh persen dari semua orangtua sudah mendengar infective endocarditis IE. Analisis dengan banyak variasi oleh kemunduran logistik nampak bahwa diagnosis jantung, pencapaian kependidikan dan pekerjaan orangtua adalah penentu utama pengetahuan orangtua, sifat mereka dengan PJB. Nilai untuk pengetahuan orangtua menunjukkan bahwa 36 mempunyai pengetahuan baik lebih dari 60 dari jawaban benar sedangkan pengetahuan buruk ditemukan di 64 dari orangtua Mahdi, 2009. Orangtua anak dengan PJB yang kompleks mempunyai kesulitan memahami kondisi medis anak mereka dan kesulitan belajar bagaimana terbaik untuk memilihara mereka. Sayangnya banyak orangtua anak dengan PJB mempunyai rentang pengetahuan berarti. Hal itu mungkin karena ketidakmengertian atau kesulitan mengingat perintah penting. Banyak orangtua merasakan frustasi luar biasa kalau bayi atau anak mereka mempunyai kesulitan makan. Mereka tidak mengerti hubungan antara pemberian makanan dan masalah kondisi jantung. Mereka dengan kurang hati-hati mungkin melelahkan anak selama pemberian makanan atau kurang memperhitungkan pentingnya pemasukan kalori. Orangtua muka kadang-kadang menakutkan tugas memilihara anak mereka dengan PJB kompleks Kamm, 2006. Delapan puluh dua koma sembilan persen orangtua tidak paham bahwa perdarahan gusi merupakan resiko kesehatan serius pada anak dengan PJB. Sembilan puluh koma dua persen tidak sadar bahwa suatu perlakuan gigi bisa menyulitkan kondisi jantung anak mereka. Perlunya pendidikan kesehatan lisan bagi orangtua atau pengasuh dengan anak berPJB untuk mencegah situasi dimana mereka membahayakan anak mereka karena ketidaktahuan. Meskipun 92,7 dari orangtua mengetahui keuntungan penyikatan gigi; hanya 36,6 menjamin penyikatan teratur bagi anak mereka Agbelusi, 2005.

2.2.2. Sikap Attitude