Sikap Attitude Perilaku Kesehatan

Orangtua berpendidikan rata, pekerjaan, dan penyakit jantung kompleks di anak mereka berhubung secara positif dengan pengetahuan PJB. Orangtua anak dengan PJB mempunyai celah luas pengetahuan penting, dan bahwa pendekatan sampai keperluan pendidikan orangtua untuk menjadi kebutuhan Cheuk,2004. Tiga puluh persen dari orangtua dengan benar mengetahui jenis kelainan jantung bawaan anak mereka dan 21 dengan benar menunjukkan kelainan tersebut di atas diagram jantung. Hanya dua puluh tujuh persen dari semua orangtua sudah mendengar infective endocarditis IE. Analisis dengan banyak variasi oleh kemunduran logistik nampak bahwa diagnosis jantung, pencapaian kependidikan dan pekerjaan orangtua adalah penentu utama pengetahuan orangtua, sifat mereka dengan PJB. Nilai untuk pengetahuan orangtua menunjukkan bahwa 36 mempunyai pengetahuan baik lebih dari 60 dari jawaban benar sedangkan pengetahuan buruk ditemukan di 64 dari orangtua Mahdi, 2009. Orangtua anak dengan PJB yang kompleks mempunyai kesulitan memahami kondisi medis anak mereka dan kesulitan belajar bagaimana terbaik untuk memilihara mereka. Sayangnya banyak orangtua anak dengan PJB mempunyai rentang pengetahuan berarti. Hal itu mungkin karena ketidakmengertian atau kesulitan mengingat perintah penting. Banyak orangtua merasakan frustasi luar biasa kalau bayi atau anak mereka mempunyai kesulitan makan. Mereka tidak mengerti hubungan antara pemberian makanan dan masalah kondisi jantung. Mereka dengan kurang hati-hati mungkin melelahkan anak selama pemberian makanan atau kurang memperhitungkan pentingnya pemasukan kalori. Orangtua muka kadang-kadang menakutkan tugas memilihara anak mereka dengan PJB kompleks Kamm, 2006. Delapan puluh dua koma sembilan persen orangtua tidak paham bahwa perdarahan gusi merupakan resiko kesehatan serius pada anak dengan PJB. Sembilan puluh koma dua persen tidak sadar bahwa suatu perlakuan gigi bisa menyulitkan kondisi jantung anak mereka. Perlunya pendidikan kesehatan lisan bagi orangtua atau pengasuh dengan anak berPJB untuk mencegah situasi dimana mereka membahayakan anak mereka karena ketidaktahuan. Meskipun 92,7 dari orangtua mengetahui keuntungan penyikatan gigi; hanya 36,6 menjamin penyikatan teratur bagi anak mereka Agbelusi, 2005.

2.2.2. Sikap Attitude

Universitas Sumatera Utara Sikap merujuk pada kecenderungan untuk bereaksi di cara tertentu untuk situasi tertentu untuk melihat dan menterjemahkan peristiwa menurut kecenderungan tertentu atau mengorganisasi pendapat ke dalam struktur masuk akal dan berhubungan Badran, 1995. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari- hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu perilaku atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau perilaku. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni: 1. Menerima Receiving, diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. 2. Merespon Responding, memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai Valuing, mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu masalah. 4. Bertanggung jawab Responsible, bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan tingkat sikap yang paling tinggi Notoatmodjo, 2007. Saat seorang bayi didiagnosis dengan PJB, orangtua mengalami shock, ketidak percayaan, ketakutan, kemarahan, dan sering berlarut dalam kesedihan. Di tengah-tengah emosi ini mereka harus belajar memperhitungkan keperluan istimewa bayi mereka. Mempersiapkan orangtua dengan pengetahuan dan ketrampilan untuk memelihara bayi mereka selama waktu menegangkan ini memerlukan usaha tim ahli yang bisa menyediakan pengetahuan jelas, ringkas, dan komunikasi konsisten. Masing-masing orangtua akan menanggapi secara unik, dan tanggapan orangtua mungkin tak selaras atau sangat berlainan satu sama lain. Bapak mungkin merasakan keperluan untuk menjadi kuat bagi orang lain dan di proses menyembunyikan emosi dan keperluan mereka sendiri. Potensi untuk interaksi bayi dengan ibu terganggu, postpartum depresi risiko tinggi. Anjurkan baik orang-tua mengungkapkan perasaan mereka, saling berbagi keprihatinan mereka, dan mengenali ketakutan dan sumber tekanan Green, 2003. Universitas Sumatera Utara Kepuasaan terhadap pemberian informasi tentang kondisi anak dengan jantung bawaan ditunjukkan 95 oleh keluarga pasien. Sembilan puluh tujuh persen keluarga mempercayakan penanganan sepenuhnya kepada dokter. Ketidak perdulian orangtua tentang masalah anak mereka tidak bergantung pada keparahan ataupun kompleksitasnya tetapi lebih cenderung kurangnya pengetahuan dan kebanyakan persepsi yang salah tentang kondisi anak mereka. Diagnosis prenatal untuk mengetahui adanya PJB disetujui oleh 88 keluarga dan aborsi disetujui 40 keluarga. Keinginan untuk melakukan diagnosis awal sebelum kelahiran tidak berkaitan dengan kepercayaan atau agama. Penolakan aborsi sangat terkait dengan pertimbangan agama dan beberapa keluarga yang menolak aborsi berpendapat diagnosis awal untuk PJB pada anak hanya untuk mengetahui dan mempersiapkan diri. Ibu lebih banyak menetapkan perlakuan diagnosis prenatal ataupun perilaku aborsi dibanding bapak, namun tidak terdapat perbedaan pendapat yang sangat jelas. Beeri, 2001. Orangtua dengan anak penderita kelainan jantung bawaan memiliki kesadaran penuh terhadap masalah kesehatan yang dapat menjadi masalah serius bagi anak mereka. Mereka sadar bahwa flu, patah tulang lengan ataupun infeksi merupakan masalah serius bagi anak mereka. Sangat sedikit orangtua yang sadar bahwa gusi berdarah berbahaya bagi anak mereka dan hanya setengah orangtua yang sadar bahwa ekstraksi gigi merupakan masalah serius bagi anak mereka Saunders, 1997.

2.2.3. Praktik atau Perilaku practice