Pengertian Dan Unsur-Unsur Tindak Pidana Pengguna Ijazah Yang Tidak Memenuhi Syarat

BAB III TINDAK PIDANA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

PENGGUNA IJAZAH PERGURUAN TINGGI YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT

A. Pengertian Dan Unsur-Unsur Tindak Pidana Pengguna Ijazah Yang Tidak Memenuhi Syarat

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP dan undang-undang hukum pidana lain yang dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia jika dipelajari, ternyata tidak ditemukan definisi tentang tindak pidana delik dan pertanggungjawaban pidana. Pasal-pasal dalam setiap Undang-undang tersebut menguraikan unsur-unsur delik yang berbeda-beda, bahkan ada pasal KUHP yang hanya menyebut kualifikasi delik dan unsur-unsur pertanggungjawaban pidana. 126 Tindak pidana delik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti delik diberi batasan sebagai berikut: “Perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang; tindak pidana.” 127 Moeljatno memakai istilah “perbuatan pidana” untuk kata “delik” menurut beliau menurut beliau kata” tindak” lebih sempit cakupannya dari pada “perbuatan”, kata “tindak” tidak menunjukkan pada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi hanya menyatakan keadaan yang konkret. Hukum pidana dalam rumusannya mengenal tindak pidana formil dan tindak pidana materil. Delik formil adalah yang perumusannya menitik beratkan pada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan 126 Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana 1, Jakarta:Sinar Grafika,2007,hal.220. 127 http:kamusbahasaindonesia.orgdelik, diakses tanggal 16 April 2012, pukul : 22.00 wib. Universitas Sumatera Utara pidana oleh undang-undang, disini rumusan dari perbuatan jelas. Tindak pidana materil adalah tindak pidana yang perumusannya menitik beratkan pada akibat yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang-undang, dengan kata lain hanya disebut rumusan dari akibat perbuatan. 128 a. Perbuatan aktifpositif atau pasifnegatif. Pengertian tindak pidana pada setiap ketentuan pada pasal-pasal dalam KUHP memiliki unsur-unsur tindak pidana yang berbeda, namun pada umumnya mempunyai unsur-unsur yang sama, yaitu : b. Akibat khusus tindak pidana yang dirumuskan secara materil c. Melawan hukum formil yang berkaitan dengan asas legalitas, dan melawan hukum materil unsur diam-diam, dan d. Tidak adanya dasar pembenar. Tindak pidana menggunakan ijazah yang dikeluarkan oleh satuan pendidikan yang tidak memenuhi syarat Pasal 68 ayat 2 UU Sisdiknas dikatakan tidak memenuhi syarat karena ijazah tersebut diperoleh atau dikeluarkan oleh satuan pendidikan perguruan tinggi yang belum memiliki izin operasional serta akreditasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Delik menggunakan ijazah yang tidak memenuhi syarat adalah suatu perbuatan yang telah merusak citra dunia pendidikan. Ijazah yang tidak memenuhi syarat tersebut oleh pelaku akan dipergunakan untuk mencapai kepentingan tertentu, yang mana perbuatan tersebut tidak seharusnya dilakukan. Oleh karena itu perbuatan tersebut patut dicela dan dimintai pertanggungjawaban. Ketentuan pada Pasal 68 ayat 2 UU Sisdiknas yang berbunyi; 128 Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta:Sinar Grafika,2005, hal.8. Universitas Sumatera Utara “setiap orang yang menggunakan ijazah, serfitikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan atau vokasi yang diperoleh dari satuan pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp.500.000.000 lima ratus juta rupiah.” Menurut ketentuan pada pasal 68 ayat 2 dalam hal tindak pidana menggunakan ijazah yang di keluarkan perguruan tinggi yang tidak memenuhi syarat teridiri atas unsur-unsur sebagai berikut: 1. Setiap orang. Ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, yang dapat menjadi subjek tindak pidana adalah seseorang manusia sebagai oknum. Ketentuan ini mudah terlihat pada perumusan-perumusan dari tindak pidana dalam KUHP, yang menampakkan daya berpikir sebagai syarat bagi subjek tindak pidana itu. Terlihat juga pada wujud hukum pidanapidana yang termuat dalam pasal-pasal KUHP, yaitu hukuman penjara, kurungan dan denda. 129 Pengertian setiap orang adalah siapa saja sebagai subjek hukum yang melakukan tindak pidana dan atas perbuatan dapat dipertanggungjawabkan. 2. Menggunakan ijazah, serfitikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan atau vokasi yang tidak memenuhi syarat. Ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan atau vokasi tidak memiliki pengertian secara khusus, namun bila ditinjau secara hukum bahwa yang dimaksud dengan ijazah menurut Pasal 61 ayat 2 menyatakan bahwa : 129 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung;Refika Aditama,2003, hal.59. Universitas Sumatera Utara ”ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar danatau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi”. 130 Serfitikat kompetensi menurut Pasal 61 ayat 3 menyatakan bahwa : ”sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi”. 131 Gelar akademik, profesi menurut Pasal 1 ayat 1 dan 3 Kepmendikbud RI No.036U1993 Tentang Gelar dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi menyatakan bahwa 132 Ayat 1 berbunyi : : ”Gelar akademik adalah gelar yang diberikan kepada lulusan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik”. Ayat 3 berbunyi : “Sebutan profesi adalah sebutan yang diberikan kepada seseorang yang memiliki gelar akademik yang telah menyelesaikan program keahlian atau profesi bidang tertentu”. Vokasi adalah gelar yang diberikan kepada lulusan pendidikan vokasi bidang studi tertentu dari suatu perguruan tinggi. 133 Berdasarkan pengertian tersebut diatas bahwa Ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan atau vokasi adalah suatu jenis surat tanda tamat belajar dan sebutan gelar akdemik yang diletakkan di belakang nama. Diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap penyelesaian pendidikannya, pada 130 Pasal 61 ayat 2 UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas 131 Pasal 61 ayat 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas 132 Pasal 1 ayat 1 dan 3 Kepmendikbud RI Nomor. 036U1993 Tentang Gelar dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi. 133 http:id.wikipedia.orgwikiGelar_vokasi, diakses pada tanggal 12 Mei 2012, pukul : 15.00 wib. Universitas Sumatera Utara satuan pendidikan yang terakreditasi. Tindak pidana menggunakan Ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi dan atau vokasi yang tidak memenuhi syarat merupakan perbuatan tercela dan patut dipidana. Patut dicela karena ijazah yang digunakan oleh pelaku merupakan ijazah yang tidak sah karena dikeluarkan oleh satuan pendidikan yang tidak memenuhi syarat. Dikatakan tidak memenuhi syarat karena perguruan tinggi tersebut belum memiliki ijin operasional dan status akreditasi yang jelas berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku. Unsur yang ke dua ini adalah bersifat alternatif, artinya apabila pelaku telah melakukan salah satu perbuatan tersebut sebagaimana yang dirumuskan dalam unsur ini dan terbukti dilakukan, maka dengan sendirinya unsur ini telah terbukti berdasarkan dari fakta-fakta yang ada. Disebutkan pelaku telah menggunakan ijazah yang tidak memenuhi syarat dapat di terangkan berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, yang menyatakan bahwa: ”perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan pendirian dan dinyatakan berhak menyelenggarakan program pendidikan tertentu dapat memberikan gelar akademik, profesi atau vokasi hanya sesuai dengan program pendidikan yang diselenggarakannya”. selanjutnya pada ayat 3 disebutkan bahwa: ”gelar akdemik, profesi atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari perguruan tinggi yang dinyatakan berhak memberikan gelar akademik, profesi atau vokasi.” ayat 7 disebutkan bahwa : Universitas Sumatera Utara ”ketentuan mengenai gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, ayat 5, dan ayat 6 diatur lebih lanjut dengan peraturan Pemerintah.” 134 Oleh karena Peraturan Pemerintah dimaksud belum ditetapkan setelah berlakunya Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Perguruan tinggi tidak memenuhi syarat karena sarana dan prasarananya tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan Kepmendiknas RI. Nomor : 234U2000 Tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi. Selanjutnya pemberian gelar akademik ditentukan sesuai dalam Pasal 25 Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 1999 Tentang Perguruan Tinggi. Dihubungkan dengan Kepmendiknas No.178U2001 Tentang Gelar dan Lulusan Perguruan Tinggi. Ijazah hanya dapat diberikan oleh perguruan tinggi yang memiliki wewenang menyelenggarakan program pendidikan formal. Perguruan tinggi yang tidak memenuhi persyaratan tidak dapat mengeluarkan ijazah dan ini harus dibuktikan berdasarkan fakta-fakta yang ada, bahwa perguruan tinggi tersebut bukan merupakan satuan pendidikan yang berhak menyelenggarakan program pendidikan formal terakreditasi. 3. Diperoleh dari satuan pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan. Satuan pendidikan dikatakan tidak memenuhi syarat dapat dikaitkan dengan mengenai masalah ketentuan syarat-syarat dan tata cara pendirian perguruan tinggi yang belum sesuai dengan ketentuan hukum. Ketentuan tersebut diatur dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Peraturan Pemerintah No. 134 Pasal 21 UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Universitas Sumatera Utara 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi. Dihubungkan selanjutnya dengan Kepmendiknas No.234U2000 Tentang PPPT. Apabila perguruan tinggi ini telah memenuhi persyaratan dalam hal pendiriannya maka perguruan tinggi tersebut berhak memberikan gelar akademik, profesi atau vokasi sesuai dengan program pendidikan yang diselenggarakannya. Ketentuan sebagaimana yang berlaku bahwa satuan pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan, karena sarana dan prasarana tidak sesuai ketentuan yang berlaku, yaitu berdasarkan Kepmendiknas RI. Nomor 234U2000. Mengenai hal ini juga harus dibenarkan bukti-bukti nyata bahwa perguruan tinggi tersebut adalah merupakan satuan pendidikan yang belum memenuhi persyaratan izin operasional dari Depdiknas. Perbuatan pelaku dan hal ini tidak dapat meniadakan kesalahan atas tindak pidana yang dilakukannya, meskipun didalam Pasal 68 ayat 2 UU Sisdiknas tidak secara tegas dimasukkan unsur melawan hukum wederrchtelijkheid. Menurut doktrin ilmu hukum bahwa setiap perumusan delik selalu mengandung unsur melawan hukum meskipun tidak secara tersurat dalam suatu pasal. Setiap orang dianggap mengetahui undang-undang dan bijaksana dalam memilih satuan pendidikan formal, sehingga tidak ada alasan bagi pelaku untuk menghindar dari kesalahannya. Pelaku tidak dibenarkan beralasan, bahwa ia tidak mengetahui bahwa perguruan tinggi yang mengeluarkan ijazah beserta gelar tersebut belum memenuhi persyaratan izin operasional dari Depdiknas. Berdasarkan ketentuan Universitas Sumatera Utara tentang ke abasahan perguruan tinggi tersebut maka perguruan tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum tidak dapat mengeluarkan ijazah. Berdasarkan pembagian unsur tindak pidana tersebut maka tindak pidana sesuai dengan Pasal 68 ayat 2 UU Sisdiknas, pelaku yang menggunakan ijazah tersebut dapat dimintai pertanggungjawaban pidana. Pertanggungjawaban hanya dapat dimintai apabila adanya kesalahan sebagai suatu perbuatan yang tercela. Dikatakan perbuatan tersesbut tercela juga harus didukung oleh pembuktian berdasarkan fakta-fakta yang ada atau telah terjadi dan pembuktian dalam hal ini telah tercantum sesuai dengan Pasal 184 KUHAP. 135

B. Masalah Melawan Hukum Terhadap Menggunakan Ijazah Yang