4.4.4 Hubungan Pengawasan dengan Pencegahan Infeksi Nosokomial
Dari hasil penelitian, diketahui dari 15 responden yang mempunyai penilaian baik terhadap pengawasan diketahui sebanyak 11 responden 73,3 dengan kategori
melaksanakan pencegahan infeksi nosokomial, selebihnya 4 responden 26,7 dengan kategori tidak melaksanakan pencegahan infeksi nosokomial. Hasil analisis
bivariat chi-square test bahwa terdapat nilai p 0,002 p 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan pencegahan infeksi nosokomial.
Dapat dilihat pada tabel 4.17. dibawah
Tabel 4.17. Hubungan Pengawasan dengan Pencegahan Infeksi Nosokomial
Pengawasan Pencegahan Infeksi
Nosokomial X²
Nilai p Dilaksanakan
Tidak melaksanakan
N N
1 Baik 11
73.3 4
26.7 9,956
0,002 2 Tidak Baik
4 20.0
16 80.0
Total 15
100 20
100 4.5.
Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel independen yang paling berpengaruh baik faktor internal maupun eksternal terhadap pencegahan
infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Kota Langsa. Dalam uji ini semua variabel yang berhubungan signifikan
pada uji bivariat α = 5 0,05 akan dimasukkan secara bersama-sama ke dalam uji multivariat. Uji yang digunakan
dalam analisis multivariat ini adalah Uji Regresi Logistik. Namun sebelum uji
Universitas Sumatera Utara
multivariat dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemilihan variabel yang memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam uji multivariat. Uji yang dilakukan untuk memilih
variabel ini adalah uji bivariat dengan menggunakan Uji Regresi Logistik. Dalam penelitian ini terdapat empat variabel independen yaitu pengetahuan,
sikap, fasilitas keperawatan dan pengawasan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Kota
Langsa. Variabel yang terpilihmemenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam uji multivariat, ditentukan dari hasil analisis uji bivariat dimana bila hasil analisis
bivariat didapat nilai p value 0,25 maka variabel tersebut akan dimasukkan ke dalam uji multivariat dan sebaliknya bila nilai p value 0,25 maka variabel itu tidak
dimasukkan atau dikeluarkan dari uji multivariat. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.18 dibawah ini :
Tabel 4.18. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial
No. Variabel B
P-Value
Konstanta 5,047
0,09 1
Pengetahuan -3,584
0,037 2
Fasilitas Keperawatan -2,930
0,029 3
Pengawasan -2,782
0,036 Dati tabel 4.18 dapat dilihat bahwa :
a. Variabel pengetahuan dengan p= 0,037 0,05 dan Epx B = 0,028
menunjukkan bahwa pengetahuan perawat terhadap pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat bedah di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD
Kota Langsa dengan risiko sebesar 0,028 kali
Universitas Sumatera Utara
b. Variabel fasilitas keperawatan dengan p= 0,029 p 0,05 dan Epx B = 0,053
menunjukkan bahwa fasilitas keperawatan terhadap pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat bedah di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD
Kota Langsa dengan risiko sebesar 0,053 kali c.
Variabel pengetahuan dengan p= 0,036 0,05 dan Epx B = 0,062 menunjukkan bahwa pengawasan perawat terhadap pencegahan infeksi
nosokomial di ruang rawat bedah di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Kota Langsa dengan risiko sebesar 0,062 kali
d. Dari ketiga variabel tersebut yang menjadi variabel yang paling dominan yaitu
pengawasan dengan nilai β -2,782.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Pengetahuan Perawat dengan Pencegahan Infeksi Nosokomial
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera
manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2003.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh perawat tentang infeksi nosokomial, dan upaya pencegahannya. Hasil penelitian
menunjukkan secara statistik dengan uji regresi logistik terdapat pengaruh secara signifikan anatara pengetahuan perawat dengan pencegahan infeksi nosokomial di
ruang rawat bedah Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Kota Langsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,9 pengetahuan perawat mayoritas
berada pada kategori baik selebihnya 37,1 perawat berada pada kategori tidak baik. Hal ini menunjukkan pengetahuan perawat sangat penting diperhatikan dalam upaya
pencegahan infeksi nosokomial atau keadaan yang memungkinkan dan berpotensi terhadap terjadinya infeksi nosokomial, karena infeksi nosokomial merupakan jenis
infeksi yang berasal dari lingkungan rumah sakit sebagai akibat perilaku perawat atau 65
Universitas Sumatera Utara