Pengaruh Fasilitas Keperawatan dengan Pencegahan Infeksi Nosokomial Pengaruh Pengawasan Perawat dengan Pencegahan Infeksi Nosokomial

salah, teknik dekontaminasi yang tidak adekuat, dan kurangnya sumber daya untuk melaksanakan prinsip Universal Precaution. Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Karyadi Semarang 2003 menunjukkan angka kepatuhan tenaga kesehatan untuk menerapkan penerapan beberapa elemen Universal Precaution kurang dari 50. Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Abdoel Muluk pada tahun 2006 menunjukkan 58 tenaga kesehatan mengalami paparan terhadap darah dan cairan tubuh.

5.3 Pengaruh Fasilitas Keperawatan dengan Pencegahan Infeksi Nosokomial

Fasilitas dalam penelitian ini adalah Ketersediaankelengkapan fasilitas keperawatan yang disediakan oleh pihak rumah sakit dalam hal untuk melakukan pencegahan infeksi nosokomial. Fasilitas dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan 5 indikator dalam kuesioner. Hasil uji regresi logistik menunjukkan terdapat pengaruh signifikan fasilitas keperawatan dengan pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat bedah RSUD Kota Langsa. Hasil penelitian menunjukkan 31,4 perawat berada pada kategori baik dan selebihnya 68,6 berada pada kategori tidak baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lindawati 2001 yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara sarana dan prasarana dengan persepsi perawat pelaksana terhadap upaya pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat inap Rumah Sakit Pusat Pertamina RSPP Jakarta. Menurut green yang dikutip Kusmayati 2004 fasilitas merupakan salah satu dari sumber daya yang memungkinkan seseorang untuk berperilaku tertentu. Tanpa Universitas Sumatera Utara adanya dukungan fasilitas yang memadai, menyulitkan seseorang untuk dapat melakukan sesuatu dengan baik. Dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial dibutuhkan tersedianya sarana dan prasarana antara lain air mengalir untuk cuci tangan dan sabun, sarung tangan, mensterilkan peralatan, antiseptik dan desinfektan. Hasil penelitian menunjukkan 80 tidak tersedia sarung tangan steril diruang rawat bedah, 68,6 air pencuci tangan di ruang rawat bedah tidak ada bila diperlukan. Musadad 1992 menyatakan bahwa hanya 42,9 rumah sakit yang menyediakan sarana untuk cuci tangan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur SOP yang telah ditetapkan.

5.4 Pengaruh Pengawasan Perawat dengan Pencegahan Infeksi Nosokomial

Kontrol atau pengawasan adalah fungsi di dalam manajemen funsional yang harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan atau manajer semua unitsatuan kerja terhadap pelaksanaan pekerjaan dilingkungannya. Munir 1998 terjadinya infeksi disebabkan karena adanya kekurangan dalam system pengawasan manajeman. Kurangnya pengawasan manajemen Lack of control Managemen dapat terbentuk kurang program, kurangnya standar dari program atau kegagalan memenuhi standar. Pengawasan salah satu unsur manajer profesional yang harus dilaksanakan oleh semua anggota manajemen, baik ia seorang pengawas atau pimpinan utama suatu organisasi. Pengawasan dalam penelitian ini adalah kegiatan kepala ruangan dalam hal memantau perawat setelah melakukan tindakan. pengawasan dalam penelitian ini Universitas Sumatera Utara diperoleh berdasarkan 4 indikator dalam kuesioner. Hasil uji regresi logistik menunjukkan terdapat pengaruh signifikan pengawasan dengan pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat bedah RSUD Kota Langsa. Hasil penelitian menunjukkan 42,9 perawat berada pada kategori baik dan selebihnya 57,1 berada pada kategori tidak baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lindawati 2001 yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara pengawasan dengan persepsi perawat pelaksana terhadap upaya pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat inap Rumah Sakit Pusat Pertamina RSPP Jakarta p 0,000 0,05. Dan sejalan dengan hasil penelitian Fuadi 2009 ada hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan resiko terjadinya infeksi nosokomial di ruang rawat bedah Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh p 0,000 0,05. Menurut Green 1980 mengatakan seseorang akan patuh bila masih dalam tahap pengawasan, bila pengawasan mengendur maka perilaku akan ditinggalkan artinya ketika pengawasan itu sudah mulai menurun maka perawat untuk melakukan pencegahan infeksi nosokomial semakin rendah, mereka bekerja semau dengan yang mereka mau bukan semesti yang telah ada dalam standart prosedur operasional untuk melakukan pencegahan infeksi nosokomial. Berdasarkan dari hasil penelitian 45,7 mengatakan tidak pernah dilakukan pengawasan tentang pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat bedah, 48,6 Pegawasan yang dilakukan manajemen RS tentang upaya pencegahan infeksi nosokomial melibatkan penanggung jawab ruang rawat bedah, dan 42,9 Hasil Universitas Sumatera Utara pengawasan yang telah dilakukan oleh manajemen RS tentang upaya pencegahan infeksi nosokomial tidak ditindaklanjuti. Asumsi peneliti hal ini dikarenakan berbagai faktor seperti masalah dana, dikarenakan tidak ada anggaran untuk itu sehingga tidak melakukan pengawasan secara intensif. Kedua, kebijakan yang dibuat kurang maksimal seperti memberikan sanksi. Ketiga, tidak ada keinginan serius dari pihak pengawas sendiri untuk lebih tegas dalam hal pencegahan infeksi nosokomial. Pada prinsipnya Fungsi pengawasan di Rumah Sakit merupakan untuk mengetahui sejauh mana perawat mematuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja Rumah Sakit serta dalam melakukan tindakan pencegahan yang telah ditetapkan oleh pimpinan serta dijadikan dasar penilaian untuk sertifikasi, namun kenyataannya di RSUD Kota Langsa peran dan fungsi pengawas belum maksimal dan belum bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

5.5 Keterbatasan Penelitian