agama memperlancar dan memperkuat interaksi antara pengusaha dengan karyawan dan konsumen. Rasa percaya ini ditandai dari adanya hubungan
secara terus-menerus yang dilakukan pihak terlibat. Seperti hubungan antara pengusaha dengan Toko Devi Ulos yang telah berlangsung selama 8 tahun.
Mereka telah menjadi langganan tetap dalam proses pemasaran hasil tenun Ibu Hotmin tersebut. Rasa percaya ini juga terjadi pada hubungan pengusaha
dengan karyawannya, ditandai dengan lama bekerja karyawan yang rata-rata diatas 1 tahun kerja.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah didapat, maka peneliti memberikan saran kepada: 1.
Pengusaha harus terus melakukan strategi adaptasi terkait diversifikasi produk, serta kualitas produk harus terus ditingkatkan agar tetap menarik konsumen setia
kain tenun ATBM. Strategi pemasaran juga terus harus diperluas agar mampu menjangkau konsumen setia kain tenun ATBM yang terdapat di luar Pulau
Sumatera. Pengusaha juga harus terus mau menerima karyawan baru dan mengajari mereka agar mengerti cara bertenun.
2. Karyawan harus bekerja dengan baik dan mengembangkan kemampuan dalam
pembuatan kain tenun, agar usaha tenun milik Ibu Hotmin menjadi usaha yang besar nantinya. Karena ini juga akan memberi dampak positif bagi karyawan,
yaitu dapat menjadi kerja seumur hidup dan gaji yang diterima juga lebih besar, serta mendapat bonus gaji dari pengusaha.
3. Konsumen tenun ATBM lebih setia membeli produk ATBM, meningkatkan
pembelian kain tenun ATBM, dan siap memberi masukan kepada pengusaha
Universitas Sumatera Utara
terkait kain tenun yang motifnya kurang bagus, agar pengusaha bisa memperbaiki dan kain tenun ATBM tetap dapat mengikuti perkembangan
teknologi, sehingga tetap diminati konsumen. 4.
Pemerintah harus terus mengawasi dan memberi bantuan kepada pengusaha pertenunan UMKM, selalu mengutamakan pengusaha yang maju secara cepat
agar dapat memberi contoh untuk pengusaha UMKM pertenunan yang belum maju lainnya. Bagi pengusaha yang memiliki potensi besar dan mampu
menciptakan inovasi di bidang pertenunan hendaknya harus terus dibimbing Dinas UMKM dan diberi bantuan alat yang menunjang kemajuan pertenunan,
hal ini perlu dilakukan agar tenun ATBM juga dapat terus bertahan di tengah kemajuan teknologi dan hadirnya ATM yang lebih canggih.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Adaptasi
Strategi adaptasi menurut Suharto 2009: 29 sebagai coping strategies. Secara umum strategi bertahan hidup coping strategies dapat didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Strategi adaptasi merupakan sebuah
upaya atau tindakan terencana yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk dapat menanggulangi masalah yang dihadapi dengan keadaan lingkungan fisik sekitar dengan
tujuan memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Soerjono Soekanto dalam Tangkudung, 2014: 2, mengemukakan tentang
adaptasi dalam beberapa batasan adaptasi sosial, yaitu: 1.
Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. 2.
Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan. 3.
Proses perubahan-perubahan menyesuaikan dengan situasi yang berubah. 4.
Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan. 5.
Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.
6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah.
Strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya. Kerangka berbagai
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan aset yang dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian atau pengembangan strategi dalam mempertahankan kelangsungan hidup dalam Manik,
2011: 15-16 berupa: a.
Aset tenaga kerja: misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam bekerja untuk membantu ekonomi rumah tangga.
b. Aset modal manusia: misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat
menentukan kapasitas seseorang dalam bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang menentukan umpan balik atau hasil kerja terhadap tenaga yang
dikeluarkannya. c.
Aset produktif: misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan lainnya.
d. Aset relasi rumah tangga atau keluarga: misalnya memanfaatkan jaringan dan
dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, dan migarasi tenaga kerja. e.
Aset modal sosial: misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial lokal, arisan dan pemberi kredit dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.
Selanjutnya Suharto 2009: 31 menyatakan strategi bertahan hidup coping strategies
dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:
1. Strategi aktif: yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk
misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitarnya dan
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Strategi pasif: yaitu mengurangi pengeluaran keluarga misalnya, biaya untuk
sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya. 3.
Strategi jaringan: menjalin relasi, baik formal maupun informal dengan lingkungan sosialnya, dan lingkungan kelembagaan, misalnya meminjam uang
dengan tetangga, mengutang di warung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank, dan sebagainya.
Adaptasi sendiri memiliki beberapa macam bentuk yaitu adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi kultural. Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk
tubuh makhluk hidup atau alat-alat tubuh makhluk hidup terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian fungsi alat tubuh suatu makhluk hidup
terhadap keadaan lingkungannya. Adaptasi ini tidak dapat dilihat langsung oleh mata. Karena pada adaptasi fisiologi menyangkut tentang fungsi organ-organ bagian dalam
tubuh makhluk hidup dengan lingkungannya. Adaptasi kultural atau tingkah laku adalah cara makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungannya dalam bentuk tingkah laku
berhubungan dengan tindakan makhluk hidup untuk beradaptasi atau melindungi diri. Pada penelitian ini digunakan konsep dari adaptasi kultural. Adaptasi kultural yaitu
adaptasi dalam bentuk kelakuan yang dilakukan individu terkait pranata sosial-budaya di sekitarnya, misalnya penggunaan pompa air pada sebuah masyarakat yang sering
terkena musibah banjir untuk nantinya digunakan untuk menyedot air banjir tersebut. Konsep adaptasi berpangkal pada suatu keadaan lingkungan.
Strategi adaptasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berbagai tindakan ataupun pemikiran yang dilakukan pengusaha untuk mempertahankan usaha kerajinan
tenun ATBM di tengah kemajuan teknologi saat ini. Teknologi yang telah membawa
Universitas Sumatera Utara
perubahan besar pada industri kerajinan tenun, menyebabkan pengusaha-pengusaha kerajinan tenun yang ingin tetap maju dan bertahan harus mengembangkan usahanya
semaksimal mungkin. Perubahan yang terjadi pada industri tenun tersebut misalnya perubahan alat tenunnya, yang berawal dari alat tenun gedogan, ATBM Alat Tenun
Bukan Mesin, dan terakhir ATM Alat Tenun Mesin. Perubahan alat tenun ini juga berdampak pada perbedaan harga hasil kain tenun dari tiap-tiap alat tenun yang
digunakan, dan mempengaruhi keadaan pasar serta selera konsumen. Oleh sebab itu dibutuhkan cara untuk tetap bertahan dalam industri tenun tradisional ATBM agar tetap
mendapat tempat bagi konsumennya.
2.2 Teori Modal Sosial